55
BAB V PEMBAHASAN
Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Sampel penelitian ini sebanyak 100 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor predisposisi pengetahuan, sikap dan persepsi memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan di puskesmas, sedangkan pendidikan
dan faktor pemungkin pendapatan dan keterjangkaun tidak memiliki pengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan serta faktor penguat sikap petugas
kesehatan yakni, perawat dan dokter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru tahun 2015.
5.1 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Rawat
Jalan di Puskesmas Batang Toru
5.1 1 Pengetahuan Responden
Hasil penelitian responden menunjukkan pengetahuan sebanyak 52 responden 52,0 tingkat pengetahuan baik, sedangkan sebanyak 48 responden
48,0 berpengetahuan tidak baik. Hasil yang diperoleh dari tabulasi silang antara pengetahuan dengan pemanfaatan diperoleh 52 responden yang termasuk
dalam tingkat pengetahuan baik, sebesar 53.8 memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Dari 48 responden yang termasuk dalam tingkat pengetahuan
tidak baik, sebesar 93.7 tidak memanfatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,007 p0,05 yang
berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan dengan kata lain variabel pengetahuan mempunyai
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
56
hubungan secara signifikan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru.
Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan merupakan indikator dari orang melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika seseorang didasari pengetahuan
yang baik terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami bagaimana kesehatan itu dan mendorong untuk mengaplikasikan apa yang diketahuinya.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin besar keputusan untuk memanfaatkan pelayanan rawat jalan, hal ini sesuai dengan hasil
penelitian, dimana
dari 52
berepengetahuan baik
sebesar 53,8
yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan sedangkan yang tidak memanfaatkan karena
kurangnya pengetahuan
tentang penyakit
serta pengalihan
peserta jamkesmas,askes dan jamsostek menjadi peserta BPJS.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tidak memanfatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas karenamasih banyak kepala rumah tangga
yang tidak tahu tentang penyakit yang mencakup: jenis, penyebab, gejala-gejala, cara penularan dan penanganannya, seperti penyakit TB paru, dilapangan masih
banyak masyarakat yang beranggapan bahwa TB paru adalah penyakit akibat guna-gunaatau kurang tahunya masyarakat tentang gejala-gejala TB paru sehingga
mereka lebih memilih menggunakan pengobatan tradisionaldukun dari pada berobat ke puskesmas, padahal di puskesmas tersedia obat TB paru yang
diperoleh secara gratis, hal ini juga didukung dengan data yang diperoleh dari profil Puskesmas Batang Toru bahwa jumlah penderita TB paru semakin
meningkat tiap tahunnya, pada tahun 2014 penderita TB paru yang positf 44 kasus
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
57
dari 305 suspek dan yang sembuh hanya 10 kasus dan yang paling buruknya lagi ada 2 orang yang meninggal karena HIVAIDS sebab penanganan yang terlambat,
hal ini terjadi karena masyarakat tidak langsung memeriksakan dirinya ke puskesmas Batang Toru ketika mengalami keluhan sakit atau gejala-gejala yang
terjadi karena pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang penyakit. Masih banyaknya kepala keluarga yang tidak tahu bahwa peserta
jamkesmas, askes dan jamsostek otomatis menjadi peserta BPJS dan dapat berobat ke puskesmas secara gratis dan ada juga yang masyarakat yang belum
memiliki kartu jaminan kesehatan sama sekali karena mereka beranggapan untuk mengurus kartu BPJS itu sulit sehingga mereka lebih memilih berobat ke mantri
daripada ke puskesmas walaupun harus mengeluarkan biaya pengobatan serta ada juga yang mengatakan bahwa kartu jaminan kesehatan itu belum terlalu penting
pada saat ini karena keluarganya belum ada yang sakit parah dan harus berobat ke rumah sakit dengan kata lain mereka baru menggunakan atau mengurus kartu
jaminan kesehatan ketika anggota keluarganya yang sakit parah dan harus berobat ke rumah sakit.
Penelitian ini
sesuai dengan
penelitian Handayani
2013 yang
menyatakan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Situmeang 2010, yang menyatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan terhadap pemanfaatan oleh
peserta Jamkesmas di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah.
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
58
5.1.2 Sikap Responden
Hasil penelitian responden menunjukkan sikap sebanyak 37 responden 37,0 bersikap baik, sedangkan sebanyak 63 responden 63,0 bersikap tidak
baik. Hasil yang diperoleh dari tabulasi silang antara sikap dengan pemanfaatan diperoleh bahwa sebanyak 37 responden yang termasuk dalam kategori sikap
tentang pemanfaatan pelayananrawat jalan di puskesmas yang bersikap baik, sebesar 54.0 memanfaatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas. Dari
63 responden yang termasuk dalam kategori sikap tentang pemanfaatan pelayanan rawat jalan yang bersikap tidak baik, sebesar 82.5 tidak memanfatkan pelayanan
rawat jalan di puskesmas. Hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0.004 p0,05 artinya bahwa sikap mempunyai hubungan bermakna
terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai sikapnya yang
tidak selalu berobat ke puskesmas ketika mereka sakit, hal ini dikarenakan mereka pernah berobat ke puskesmas akan tetapi setelah beberapa hari kemudian mereka
tidak kunjung sembuh juga dan pelayanannya juga kurang memuaskan sebab harus menunggu dokter yang terlambat datang sehingga mereka lebih memilih
berobat ke mantri dari pada ke puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tidak menyarakan
anggota keluarganya berobat ke puskesmas ketika mereka sakit karena mereka sibuk bekerja di sawah dan tidak ada waktu untuk membawa anggota keluarga
meraka berobat ke puskesmas sehingga mereka lebih menyarankankan untuk berobat ke mantri sebab mereka tidak perlu keluarga rumah karena mantri sendiri
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
59
yang akan menghampiri rumah mereka. Sedangkan responden yang menyatakan tidak selalu memeriksakan penyakit yang mereka derita ke puskesmas karena
responden beranggapan bahwa jika mereka masih bisa bekerja tanpa terganggu dengan penyakitnya mereka tidak akan memeriksanya ke puskesmas akan tetepi
jikalau mereka tidak bisa bekerja atau hanya bisa berbaring saja ditempat tidur barulah mereka memeriksakan penyakitnya tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang menyatakan bahwa tidak langsung memeriksakan diri ketika mulai merasa ada keluhan sakit atau
tidak enak badan ke puskesmas karena mereka mengatakan tidak perlu repot-repot langsung berobat ke puskesmas lebih baik membeli obat-obatan yang ada di
warung dan merajiknya sendiri jikalau tidak sembuh juga mereka lebih memilih berobat ke mantri.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Handayani 2013, dalam penelitiannya menyatakan bahwa sikap berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan
oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Situmeang 2010,yang
mengatakan bahwa sikap memiliki pengaruh terhadap sarana pelayanan kesehatan di Kelurahan Pasir Bidang Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah.
5.1.3 Persepsi Responden
Hasil penelitian responden menunjukkan persepsi sebanyak 47 responden 47,0 berpersepsi baik, sedangkan sebanyak 53 responden 53,0 berpersepsi
tidak baik. Hasil yang diperoleh dari tabulasi silang antara persepsi dengan pemanfaatan diperoleh bahwa sebanyak 47 responden yang termasuk dalam
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
60
kategori persepsi baik, sebesar 61.7 memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Dari 53 responden yang termasuk dalam kategori persepsi tidak baik,
sebesar 96.2 tidak memanfatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Hasil
analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,002 p0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara persepsi dengan pemanfaatan
pelayanan rawat jalan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai persepsi yang
timbul dari masyarakat akibat pengalaman mereka pada masa lalu saat berobat ke puskesmas tersebut ialah ketidak puasan pasien terhadap pelayanan medis yang
diterima seperti sikap petugas yang tidak menangani pasien dengan baik yakni dokter yang terlalu cepat dalam memeriksa pasien dan tidak memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai hasil pemeriksaannya, dokter cenderung langsung menuliskan resep obat untuk pasien tanpa memberi
kesempatan untuk bertanya dan apabila ada yang kurang jelas pasien disuruh bertanya kepada perawat saja dan perawat yang akan menyampaikan kembali
kepada dokter dan dokter yang terlambat datang Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang menyatakan bahwa
pernah suatu hari beliau berobat ke puskesmas, setelah diperiksa beberapa saat oleh dokter, kemudian dokter langsung menuliskan resep obat untuk pasien dan
setelah pasien meminum obat tersebut dan ditunggu beberapa hari penyakitnya tidak sembuh-sembuh.Setelah kejadian itu beliau pun tidak mau lagi untuk
berobat ke puskesmas dan lebih memilih untuk berobat ke mantri atau hanya
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
61
membeli obat-obatan yang ada di warung yang lebih manjur terhadap penyakit mereka.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Handayani 2013, dalam penelitiannya menyatakan bahwa persepsi berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
5.1.4 Sikap Petugas Kesehatan
Hasil penelitian responden menunjukkan sikap petugas sebanyak 40 responden 40,0
menyatakan bahwa petugas kesehatan bersikap baik, sedangkan sebanyak 60 responden 60,0 menyatakan bahwa petugas kesehatan
bersikap tidak baik. Tabulasi silang antara sikap petugas kesehatan dengan pemanfaatan diperoleh bahwa sebanyak 40 responden yang termasuk dalam
kategori sikap petugas yang menyatakan petugas bersikap baik, sebesar 62.5 memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Dari 60 responden yang
termasuk dalam kategori sikap petugas kesehatan yang menyatakan petugas bersikap tidak baik, sebesar 90.0 tidak memanfatkan pelayanan rawat jalan di
puskesmas. Hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,001 p0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara sikap petugas
kesehatan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan. Hasil wawancara dengan responden mengatakan bahwa dokter tidak ramah
kepada pasien yang datang berobat karena dokter datangnya terlambat dan terlihat terburu-buru sehingga tidak sempat lagi menegur pasien apalagi ketika banyak
pasien yang menunggunya, jadi dokter tidak punya banyak waktu untuk mendengarkan si pasien. Sedangkan yang mengatakan doker tidak berada di
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
62
tempat ketika mereka berobat ke puskesmas karena pernah suatu hari beliau datang untuk berobat ke puskesmas pada siang hari tetapi dokter tidak ada di
tempat melainkan sudah pulang ke rumah, sebab doker juga membuka praktik di rumahnya padahal puskesmas Batang Toru adalah puskesmas rawat inap yang
seharusnya dokter selalu ada di puskesmas bahkan ada juga dokter yang tidak masuk kerja terutama pada hari jumat dan sabtu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang mengatakan bahwa petugas tidak cekatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang datang
berobat karena petugas tidak fokus terhadap pasien melainkan meraka juga mengobrol dengan petugas lain bahkan ada perawat yang bersikap acuh tak acuh.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai dokter yang tidak memberikan informasi yang tentang penyakit yang mereka derita
karenadokter yang terlalu cepat atau terburu-buru dalam memeriksa pasien dan tidak memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya mengenai hasil
pemeriksaannya, dokter cenderung langsung menuliskan resep obat untuk pasien tanpa memberi kesempatan untuk bertanya dan apabila ada yang kurang jelas
pasien disuruh bertanya kepada perawat saja dan perawat
yang akan menyampaikan kembali kepada dokter sebab dokter terlambat datang dan akan
paling cepat pulang sehingga dokter tidak banyak waktu berada di puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muninjaya 2004 yang
menyatakan rendahnya kunjungan masyarakat ke puskesmas antara lain buruknya citra pelayanan di puskesmas, di antaranya pengawai tidak disiplin, kurang ramah
dan kurang profesional.
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
63
5.2. Faktor- Faktor yang tidak Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru
5.2.1 Pendidikan Responden
Hasil penelitian responden menunjukkan pendidikan sebanyak 58
responden 58 dengan tingkat pendidikan tinggi, sedangkan sebanyak 42 responden 42 dengan tingkat pendidikan rendah. Hasil yang diperoleh dari
tabulasi silang antara pendidikan dengan pemanfaatan diperoleh bahwa sebanyak 58 responden yang termasuk dalam kategori pendidikan tinggi, sebesar 69.0
tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan. Dari 42 responden yang termasuk dalam tingkat pendidikan rendah, sebesar 69.1 tidak memanfatkan pelayanan
rawat jalan.Hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,104 p0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan
dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin besar
keputusan untuk memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan masih
banyak responden yang berpendidikan tinggi yang tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas sebab tingkat pendidikan seseorang tidak bisa menjamin
dia akan memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke puskesmas ketika ia sakit melainkan pengetahuan dan informasi lah yang memengaruhi seseorang untuk
mengambil suatu keputusan.
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
64
Penelitian ini
sesuai dengan
penelitian Handayani
2013, yang
menyatakan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
5.2.2. Pendapatan Responden
Hasil penelitian responden menunjukkan berpendapatan UMR sebanyak
65 responden 65,0, sedangkan sebanyak 35 responden 35,0 berpendapatan UMR. Tabulasi silang antara pendapatan dengan pemanfaatan diperoleh bahwa
sebanyak 35 responden yang termasuk dalam kategori pendapatan UMR,
sebesar 69.2 tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas.Dari 35 responden yang termasuk dalam kategori pendapatan
UMR, sebesar 68.6 tidak memanfatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Hasil analisis dengan uji
chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,125 p 0,05 yang berarti tidak ada
hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan.
Berdasarkan fakta di lapangan dibuktikan bahwa 56 responden yang berpendapatan
UMR hanya sebanyak 20 responden saja yang berobat ke puskesmas, hal ini terjadi karena mereka mengatakan bahwa biaya yang
dikeluarkan untuk transportasi ke puskesmas sebesar Rp 8.000- Rp 10.000 sama dengan biaya pengobatan ke mantri karenamantri sendiri yang akan langsung
menghampiri rumah mereka serta tak jarang juga mereka lebih membeli obat- obatan yang ada di warung yang tentunya biaya yang dikeluarkan lebih murah.
Responden yang berpendapatan UMR pun masih banyak yang tidak
memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas padahal biaya pengobatan di
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
65
puskesmas tidak mahal. Hal ini dikarenakan mereka ingin mencari pengobatan yang lebih baik dan dapat segera sembuh.
Hasil penelitian ini sesuai dengan Handayani 2013, dalam penelitiannya menyatakan
bahwa pendapatan
tidak berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
5.2.3. Keterjangakaun
Hasil penelitian responden menunjukkan keterjangkaun sebanyak 76 responden 76,0 menyatakan mudah, sedangkan sebanyak 24 responden
24,0 menyatakan sulit. Tabulasi silang antara keterjangkauan dengan pemanfaatan diperoleh bahwa sebanyak 76 responden yang termasuk dalam
kategori ketejangkauan menyatakan mudah, sebesar 63.2 tidak memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas. Dari 24 responden yang termasuk dalam
kategori keterjangkauan
yang menyatakan
sulit, sebesar
87.5 tidak
memanfatkan pelayanan rawat di puskesmas. Hasil analisis dengan uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,027 p0,05 yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara keterjangkauan dengan pemanfaatan pelayanan rawat jalan tetapi setelah diuji multivariat variabel keterjangkaun tidak memiliki pengaruh yang
berarti terhadap pemanfaatan pelayanan rawat jalan karena memiliki nilai p yang lebih besar dari variabel lainnya dengan nilai p sebesar 0.126.
Hal ini dibuktikan bahwa sebanyak 76 responden dalam keterjangkaun mudah hanya 36.8 yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan di puskesmas,
dengan kata lain walaupun jarak puskesmas dekat dengan rumah responden masih ada yang tidak pergi berobat ke puskesmas ketika mereka sakit karena mereka
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
66
lebih memilih untuk menunggu di rumah saja dan mantri lah yang langsung menghampiri rumah mereka.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Handayani 2013, dalam penelitiannya menyatakan bahwa keterjangkaun tidak berpengaruh terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia.
5.3. Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan di Puskesmas Batang Toru Tahun 2015
Hasil penelitian responden menunjukkan pemanfaatan pelayanan rawat jalan sebanyak 31 responden 31,0 menyatakan bahwa mereka memanfaatkan
pelayanan rawat jalan di puskesmas ketika mereka sakit, sedangkan sebanyak 69 responden 69,0 menyatakan bahwa mereka tidak memanfaatkan pelayanan
rawat jalan di puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang tidak memanfaatkan
pelayanan rawat jalan di puskesmas yaitu karena kepala keluarga lebih memilih berobat ke mantri atau membeli obat-obatan di warung daripada berobat ke
puskesmas sebab mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang terlalu mahal, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi ke puskesmas sama
dengan biaya pengobatan ke mantri yaitu berkisar antara Rp 8.000- Rp. 10.000 sebab mantri lah yang langsung ke rumah warga yang sakit dan kepala keluarga
biasanya sibuk bekerja di sawahkebun sehingga tidak ada waktu untuk mengantar anggota keluarganya yang sakit ke puskesmas.
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai determinan pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Tahun 2015 dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian responden menunjukkan bahwa yang memengaruhi
pemanfaatan pelayanan rawat jalan adalah pengetahuan responden tentang penyakit, sikap responden dan persepsi responden terhadap pemanfaatan
pelayanan rawat jalan di puskesmas serta sikap petugas kesehatan di puskesmas Batang Toru. Hasil uji multivariat dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel sikap petugas kesehatan, merupakan paling berpengaruh atau model yang terbaik dalam meningkatkan determinan
pemanfaatan pelayanan rawat jalan di Puskesmas Batang Toru 2.
Hasil penelitian responden menunjukkan bahwa yang tidak memengaruhi pemanfaatan pelayanan rawat jalan adalah pendidikan, pendapatan dan
juga keterjangkaun. 3.
Hanya sebanyak 31 responden 31,0 yang memanfaatkan pelayanan rawat jalan ke Puskesmas Batang Toru yaitu mereka yang memiliki kartu
jaminan kesehatan PBI yang letak rumah mereka lebih dekat dengan puskesmas.
PDF Create 3 Trial
www.scansoft.com
Universitas Sumatera Utara