Faktor Konsumen

7.1 Faktor Konsumen

Menurut Green L.W (1980) dalam Notoatmodjo S (1993), perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Dan juga selain itu ketersediaan fasilitas dan sikap dan prilaku dari para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan dan akan mempengaruhi admisi serta BOR rumah sakit.

a. Umur Menurut Reinke W (1994) bahwa usia mempengaruhi permintaan

pelayanan kesehatan, karena seiring bertambahnya umur seseorang maka semakin besar kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Pada umumnya penggunaan pelayanan kesehatan adalah tinggi pada anak-anak dan orang tua.

Berdasarkan tabel 6.2 pada BAB VI dapat diketahui bahwa, kelompok umur mayoritas yang menjalani rawat inap di kelas I adalah kelompok umur lebih dari 56 tahun ada 14 responden (43,8 %) dan kelas II adalah kelompok umur 18 sampai 55 tahun ada 22 responden (52,4 %), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit dalam menjalani rawat inap di kelas I dan kelas II adalah kelompok umur 0 sampai 17 tahun ada 5 responden dan 7 responden. Hal ini dapat terjadi karena letak RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan berada pada poros jalan raya utama Surabaya Bali dan dekat dengan kawasan industri Eastate Rembang (PIER) Berdasarkan tabel 6.2 pada BAB VI dapat diketahui bahwa, kelompok umur mayoritas yang menjalani rawat inap di kelas I adalah kelompok umur lebih dari 56 tahun ada 14 responden (43,8 %) dan kelas II adalah kelompok umur 18 sampai 55 tahun ada 22 responden (52,4 %), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit dalam menjalani rawat inap di kelas I dan kelas II adalah kelompok umur 0 sampai 17 tahun ada 5 responden dan 7 responden. Hal ini dapat terjadi karena letak RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan berada pada poros jalan raya utama Surabaya Bali dan dekat dengan kawasan industri Eastate Rembang (PIER)

b. Jenis kelamin Dari tabel 6.3 pada BAB VI dapat diketahui bahwa, jenis kelamin laki-laki

lebih banyak menjalani rawat inap di kelas I ada 17 responden (53,1 %) dan sedangkan di kelas II jenis kelamin responden laki-laki maupun perempuan memiliki jumlah yang sama. Hal ini bisa terjadi karena laki-laki banyak yang masuk pada golongan masyarakat terikat, yaitu terikat peraturan di tempat mereka bekerja yang telah ada kerjasama dengan pihak rumah sakit. Selain itu laki-laki memiliki sikap yang tegas dan lebih dominan dalam menghasilkan suatu keputusan untuk memilih.

c. Pekerjaan Menurut Supriyanto S (2005), sasaran rumah sakit dapat berasal dari

beberapa golongan masyarakat diantaranya masyarakat yang terkoordinir, yaitu golongan masyarakat dalam suatu wadah organisasi misalnya instansi, perkantoran, pabrik, hotel dan lainnya, dimana dalam mencari pengobatan umumnya mereka terikat peraturan yang dibuat oleh perusahaan tersebut (mereka tidak bebas memilih rumah sakit mana yang diinginkan, golongan ini potensial menjadi sasaran rumah sakit)

Sedangkan menurut Kotler (2005), pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsi, para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

Berdasarkan tabel 6.5 pada BAB VI dapat diketahui bahwa, pegawai swasta merupakan kelompok pekerjaan responden yang paling banyak melakukan rawat inap di kelas I dan kelas II yaitu ada 17 responden (53,1 %) dan 25 responden (59,5 %) yang kebanyakan bekerja di pabrik sekitar dan kelompok wiraswasta merupakan terbanyak kedua yang melakukan rawat inap di kelas I ada

7 responden (21,9 %) dan kelas II yaitu ada 11 responden (26,2 %). Hal ini terjadi karena pegawai swasta merupakan kelompok masyarakat terikat, yaitu mereka terikat oleh peraturan di tempat kerja yang telah mengadakan kerjasama dengan pihak rumah sakit.

d. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan pasien sangat mempengaruhi pemanfaatan sarana

kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorantg semakin sadar pula akan pentingnya kesehatan. Dari data tabel 6.4 pada BAB VI, pendidikan responden yang menjalani rawat inap di kelas I dan kelas II adalah SMA sebanyak 13 responden (40,6 %) dan 16 responden (38,1 %) dan hanya ada 3 responden (9,4 %) di kelas I dan 1 responden (2,4 %) di kelas II yang lulusan perguruan tinggi. Hal ini akan menjadi tantangan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan karena dengan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan lebih mengutamakan pada pelayanan yang bermutu dan sangat kritis karena mereka mengetahui hak-hak sebagai seorang pasien.

e. Tingkat ekonomi Menurut kotler (2005), pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan

ekonomi seseorang : penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap belanja atau menabung.

Berdasarkan tabel 6.6 pada BAB VI, tingkat pendapatan keluarga dan kepala keluarga responden yang menjalani rawat inap di kelas I terbanyak adalah kelompok pendapatan Rp. 1.000.000 sampai Rp 3.000.000 ada 20 responden (62,5 %) dan mayoritas kelompok pendapatan keluarga dan kepala keluarga responden yang menjalani rawat inap di kelas II terbesar adalah kelompok pendapatan Rp. 500.000 sampai Rp 1.000.000 ada 33 responden (78,6 %). Jadi dapat disimpulkan rata-rata yang melakukan rawat inap di kelas I dan kelas II RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, sehingga pihak rumah sakit bisa meningkatkan kepuasan tanpa harus meningkatkan biaya pada segmen ini.

f. Kebiasaan pola pencarian pelayanan kesehatan Menurut Green L.W (1980) dalam Notoatmodjo S (1993), perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Dan juga selain itu ketersediaan fasilitas dan sikap dan prilaku dari para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung memperkuat terbentuknya perilaku kesehatan dan akan mempengaruhi admisi serta BOR rumah sakit.

Berdasarkan tabel 6.7 pada BAB VI, mayoritas kebiasaan berobat keluarga responden yang menjalani rawat inap di kelas I adalah berobat ke dokter pribadi atau umum ada 11 responden (34,4 %) dan mayoritas kebiasaan berobat keluarga responden yang menjalani rawat inap di kelas II adalah berobat ke puskesmas ada

18 responden (42,9 %), serta yang berobat ke RSUD Bangil ada 11 responden (34,4 %) di kelas I dan ada 13 responden (31,0 %) responden lebih memilih 18 responden (42,9 %), serta yang berobat ke RSUD Bangil ada 11 responden (34,4 %) di kelas I dan ada 13 responden (31,0 %) responden lebih memilih

g. Referensi dan pengalaman berobat Menurut Supriyanto S (2005), Faktor sosial yang mempengaruhi

keputusan konsumen dalam membeli jasa adalah kelompok referensi, opini pemimpin dan anggota keluarga.

Berdasarkan tabel 6.8 pada BAB VI, kehendak sendiri menjadi dorongan yang kuat untuk memilih RSUD Bangil untuk menjalani rawat inap di kelas I dan kelas II, kemudian responden memilih karena terikat peraturan di tempat mereka bekerja dan yang lainnya mengatakan atas pertimbangan pihak keluarga. Kehendak sendiri lebih dominan bisa karena pengalaman dari pengobatan sebelumnya, jadi hal ini harus didukung oleh strategi pemasaran dan media yang digunakan untuk memperkenalkan rumah sakit pada masyarakat luas.

Dari data tabel 6.9 pada BAB VI, hanya ada 4 responden (12,5 %) di kelas

I dan 6 responden (14,3 %) di kelas II yang memilih RSUD Bangil karena pertimbangan sudah langganan atau pelayanannya baik, sedangkan yang lain memilih RSUD Bangil karena waktu yang mendesak dan yang paling dekat. Hal ini dapat dimaklumi karena RSUD Bangil baru saja pindah lokasi.

Berdasarkan tabel 6.10 pada BAB VI, pertimbangan responden dalam memilih kelas I atau kelas II di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan terbanyak adalah karena ruangannya lebih nyaman ada 15 responden (46,9 %) dan 24 responden (57,1 %) serta hanya ada 1 responden (1,4 %) di kelas II yang menjawab karena sudah langganan. Hal ini dapat disimpulkan responden lebih Berdasarkan tabel 6.10 pada BAB VI, pertimbangan responden dalam memilih kelas I atau kelas II di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan terbanyak adalah karena ruangannya lebih nyaman ada 15 responden (46,9 %) dan 24 responden (57,1 %) serta hanya ada 1 responden (1,4 %) di kelas II yang menjawab karena sudah langganan. Hal ini dapat disimpulkan responden lebih

h. Loyalitas komsumen Menurut Supriyanto S (2005), 1)loyalitas didekati melalui: perspektif

perilaku artinya pasien dikatakan loyal apabila melakukan pembelian secara konsisiten, 2)perspektif sikap yang berupa kecenderungan, seperti adanya prilaku pelanggan yang pindah merek apabila ada diskon.

Berdasarkan tabel 6.11 pada BAB VI, pemilihan yankes pada masa yang akan datang oleh responden yang menjalani rawat inap di kelas I dan kelas II mayoritas memilih untuk kembali ke RSUD Bangil ada 16 responden (50,0 %) dan 19 responden (45,2 %). Hal ini dapat disimpulkan sebagian besar responden akan kembali berobat ke RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan bila membutuhkan pelayanan kesehatan.