MEGA PROYEK JALAN TOL ATAS LAUT

4.1 MEGA PROYEK JALAN TOL ATAS LAUT

4.1.1 Gambaran Umum

Dahlan Iskan sebagai Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara) menyatakan idenya tentang pembangunan jalan tol lintas laut yang menghubungkan Jakarta-Surabaya. Ide ini berkaitan dengan keberhasilan proyek sebelumnya yaitu pembangunan tol di atas laut Bali. Dahlan Iskan mengatakan bahwa keberhasilan tersebut haruslah menjadi pintu masuk untuk perkembangan infrastuktur serupa di masa depan. Maka, untuk mewujudkan hal itu, ia mengusulkan untuk membangun tol di atas laut yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya. Tol ini dapat berupa tanggul atau jembatan yang panjangnya mencapai 775 Km.

Pembangunan yang dapat dikatakan sebagai mega proyek ini telah diperkirakan akan menelan investasi lebih dari Rp 150 triliun. Dana yang digunakan dalam mega proyek ini tidak sama sekali menggunakan dana APBN. Pola konsorsium BUMN kembali akan dipakai untuk mewujudkan mega proyek tol di atas laut Jakarta-Surabaya ini. Kementrian BUMN menggalang 19 perusahaan milik negara untuk bersinergi membangun jalan tol ini. Dari salah satu sumber menyatakan bahwa dalam prosesnya pembangunan ini direncanakan akan dilaksanakan melalui dua tahap, yakni Semarang-Surabaya dan Jakarta-Semarang.

Pada awalnya, ide pembangunan ini ditanggapi dingin oleh kementrian PU yang merupakan pihak yang berwenang dalam menentukan jaringan jalanan nasional. Kementrian PU mengatakan akan lebih memprioritaskan pembangunan tol Trans Jawa yang terlebih dahulu telah dilaksanakan. Tetapi, tanggapan ini tidak membuat ide pembangunan tol lintas laut oleh menteri BUMN ini tidak dapat dilaksanakan.

Kementerian Pekerjaan Umum berpendapat secara teknis jalan tol atas laut Jakarta-Surabaya sangat memungkinkan untuk dibangun. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menuturkan ada beberapa opsi yang bisa diadopsi untuk proyek ini. Karenanya Djoko menyarankan konsorsium BUMN yang terlibat dalam proyek itu harus segera membuat studi kelayakan (feasibility study) serta analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Studi kelayakan yang dilakukan itu sendiri ditargetkan akan selesai pada 6 bulan. Studi ini akan dilakukan bersama-sama dengan 19 perusahaan BUMN yang telah menandatangani nota kesepahaman proyek tol atas laut sepanjang jalan pantai utara Jawa tersebut. Sebanyak 19 BUMN tersebut meliputi PT Jasa Marga Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan (PP) Tbk, PT Brantas Abipraya, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya, PT Pelindo II, PT Pelindo III, PT Semen Indonesia Tbk, PT Krakatau Steel Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank BNI Tbk, PT Bank BRI Tbk, PT Bank BTN Tbk, PT Jamsostek, dan PT Taspen.

4.1.2 Tumpang Tindih Dengan Jalan Tol Trans Jawa

Gambar 4.1 Desain Jalan Tol Trans Jawa

(Sumber : www.citramarga.com , 2013)

Pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol Trans Jawa yang akan membentang sekitar 897,7 kilometer. Proyek Jalan Tol Trans Jawa senilai Rp 46,77 triliun ini akan menghubungkan Anyer hingga Banyuwangi. Jalan tol Trans Jawa akan membentang di empat provinsi dan dibagi dalam 15 ruas tol. Proyek itu bakal menyatu dengan ruas-ruas tol yang telah beroperasi saat ini, yaitu Jakarta-Anyer, Tol Dalam Kota Jakarta, Jakarta Outer Ring Road, Jakarta-Cikampek, Cirebon- Kanci, Semarang Ring Road, dan Surabaya-Gempol. Menurut Pengamat Pemerintah merencanakan pembangunan jalan tol Trans Jawa yang akan membentang sekitar 897,7 kilometer. Proyek Jalan Tol Trans Jawa senilai Rp 46,77 triliun ini akan menghubungkan Anyer hingga Banyuwangi. Jalan tol Trans Jawa akan membentang di empat provinsi dan dibagi dalam 15 ruas tol. Proyek itu bakal menyatu dengan ruas-ruas tol yang telah beroperasi saat ini, yaitu Jakarta-Anyer, Tol Dalam Kota Jakarta, Jakarta Outer Ring Road, Jakarta-Cikampek, Cirebon- Kanci, Semarang Ring Road, dan Surabaya-Gempol. Menurut Pengamat

Dalam realisasinya pembangunan jalan tol trans Jawa terhambat karena masih terkendala pembebasan lahan. Diperkirakan penyelesaian pembangunan jalan tol trans Jawa mundur dari target semula tahun 2014, yaitu pada tahun 2015. Total panjang ruas jalan tol trans Jawa sekitar 616,1 kilometer, yang membutuhkan lahan seluas 5.150,53 hektar. Tol yang mulai dibangun pada 2007 ini terdiri dari sembilan ruas, yaitu Cikopo-Palimanan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, Batang-Semarang, Semarang-Solo, Solo-Mantingan, Mantingan-Kertosono, Kertosono-Mojokerto,dan Mojokerto-Surabaya. Tidak dipungkiri jika dari segi pembiayaan pembangunan tol Trans Jawa akan lebih memakan dana dibandingkan Tol Lintas Laut Jakarta-Surabaya.

Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PU Djoko Muryanto untuk proyek jalan tol Trans-Jawa baru sekitar 36% dan sudah menghabiskan anggaran sebesar Rp1,7 triliun dan masih memerlukan tambahan dana Rp 3,2 triliun untuk pembebasan lahan. Sedangkan proyek Tol Lintas laut Jakarta-Surabaya diperkirakan akan menghabiskan dana Rp 150 triliun. Dari segi pelaksanaan proyek Tol Lintas laut Jakarta-Surabaya akan lebih mudah dilaksanakan karena tidak perlu ada pembebasan lahan. Namun, jika proyek tol Lintas laut Jakarta-Surabaya ini Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PU Djoko Muryanto untuk proyek jalan tol Trans-Jawa baru sekitar 36% dan sudah menghabiskan anggaran sebesar Rp1,7 triliun dan masih memerlukan tambahan dana Rp 3,2 triliun untuk pembebasan lahan. Sedangkan proyek Tol Lintas laut Jakarta-Surabaya diperkirakan akan menghabiskan dana Rp 150 triliun. Dari segi pelaksanaan proyek Tol Lintas laut Jakarta-Surabaya akan lebih mudah dilaksanakan karena tidak perlu ada pembebasan lahan. Namun, jika proyek tol Lintas laut Jakarta-Surabaya ini

Hasil riset Djoko Setijowarno menjelaskan bahwa tol Lintas laut Jakarta- Surabaya hanya akan menguntungkan di wilayah Jakarta dan sekitarnya serta Surabaya dan sekitarnya. Jika ada operator yang untung pun, Djoko menilai hal tersebut hanyalah keuntungan semu. Keuntungan semu yang dimaksud ini adalah kebijakan pembangunan jalan tol atas laut tersebut tentunya hanya akan dipakai oleh kendaraan pribadi roda empat. Permasalahnya adalah kendaraan pribadi masih memakai bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kendaraan pribadi roda empat merupakan kendaraan yang paling banyak menikmati subsidi BBM dari pemerintah. Inilah yang dinamakan keuntungan semu.

Pemerintah atau operator tol akan dapat untung dari pembayaran masuk jalan tol namun keuntungan tersebut akan dipakai kembali untuk member subsidi para pengguna jalan tol, inilah yang disebut keuntungan semu. Kendaraan roda empat pun menguras 53 persen dari kebutuhan BBM untuk transportasi darat secara total sebesar Rp 93 triliun per tahun. Sementara itu, transportasi darat ini mengonsumsi 97 persen kebutuhan subsidi BBM total. Setiap tahun impor BBM mencapai 450.000 barrel atau setara Rp 1,7 triliun per hari. Kondisi ini tentu saja akan merugikan anggaran negara.

4.1.3 Tinjauan MP3EI

Gambar 4.2 MP3EI Indonesia

Sumber : MP3EI

Sudah jelas bahwa pembangunan jalan tol atas laut Jakarta-Surabaya merupakan wacana baru di luar masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau yang disebut MP3EI. Dimana pembangunan jalan tol atas laut Jakarta-Surabaya akan tumpang tindih dengan pembangunan proyek-proyek yang sudah ditercantum pada MP3EI untuk Koridor Ekonomi Jawa dalam pembangunan infrastuktur dan transportasi yaitu Pembangunan Trans Jawa dan Pembangunan Rel Ganda Jakarta-Surabaya.

Fokus pembangunan ekonomi Koridor Ekonomi Jawa sebenarnya adalah pada kegiatan ekonomi utama yaitu makanan-minuman, tekstil, dan peralatan transportasi. Selain itu terdapat pula aspirasi untuk mengembangkan kegiatan ekonomi utama perkapalan, telematika, dan alat utama sistem senjata (alutsista).

Ada pun investasi terkait dengan Pembangunan Koridor Ekonomi Jawa teridentifikasi rencana investasi baru untuk kegiatan ekonomi utama Makanan- Minuman, Tekstil, Peralatan Transportasi, Area Jabodetabek, Perkapalan, Alutsista, serta infrastruktur pendukung dengan total IDR 1.290 Triliun.

Di samping investasi di atas, ada pula beberapa investasi untuk kegiatan yang bukan menjadi kegiatan ekonomi utama di Koridor Ekonomi Jawa, tetapi menjadi bagian dari 22 kegiatan ekonomi utama seperti, besi baja, tembaga, pariwisata yang difokuskan pada 10 Destinasi Pariwisata Nasional serta migas dengan jumlah investasi sebesar IDR 168,58 Triliun. Selain itu, ada pula investasi dari beberapa kegiatan di luar 22 kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan di MP3EI seperti petrokimia sebesar IDR 18,00 Triliun.

Dalam MP3EI, dalam kurun waktu 2011 sampai dengan 2014, pengembangan Koridor Ekonomi Jawa akan berfokus pada enam kegiatan ekonomi utama dengan indikasi total investasi yang akan dikeluarkan pada kurun waktu tersebut mencapai IDR 1.290 Triliun. Terkait dengan struktur ruang dan dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, pembangunan infrastruktur di Koridor Ekonomi Jawa akan difokuskan pada bagian utara Jawa. Di sepanjang pantai utara Jawa dibangun jalan tol trans Jawa dan jalur kereta api yang menjadi konektivitas antar lokus dalam rangka memperlancar arus perpindahan komoditas dari utara ke selatan dan sebaliknya.

Disamping itu akan dilakukan pembangunan dan perbaikan pelabuhan laut di Tanjung Priok, Cilamaya, Merak, dan Lamongan dalam rangka memperlancar arus komoditas baik intra koridor maupun antar koridor. Bandar Udara Internasional Jawa Barat yang akan dibangun di Kabupaten Majalengka, diharapkan mampu mengakselerasi perwujudan koridor dan sekaligus mengurangi beban aktivitas ekonomi di Jawa bagian Barat.

4.1.4 Kaitan Dengan Sektor Lainnya

1. Kaitan Dengan Sektor Pembangunan Pembangunan merupakan proses perubahan terus-menerus dari kondisi kurang baik menjadi lebih baik sehingga terjadi keseimbangan lingkungan baru. Di bidang transportasi darat, pembangunan prasarana jalan dan jembatan telah meningkatkan jasa pelayanan produksi dan distribusi yang penting dan banyak berperan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,mendorong terciptanya 1. Kaitan Dengan Sektor Pembangunan Pembangunan merupakan proses perubahan terus-menerus dari kondisi kurang baik menjadi lebih baik sehingga terjadi keseimbangan lingkungan baru. Di bidang transportasi darat, pembangunan prasarana jalan dan jembatan telah meningkatkan jasa pelayanan produksi dan distribusi yang penting dan banyak berperan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,mendorong terciptanya

Untuk itu pembangunan jalan perlu selalu dikaitkan daya dukung lingkungan baru tersebut, agar lingkungan tidak terdegradasi, sehingga pembangunan jalan disamping mempertimbangkan pilar ekonomi juga pilar sosial budaya dan lingkungan sebagai suatu kesatuan agar berkelanjutan.

Pembangunan jalan menuntut berbagai kompatibilitas lintas spasial, lintas sektor dan antar pemangku kepentingan. Untuk itu pembangunan jalan berbasis pada kondisi tingkat perkembangan setiap wilayah yang secara nasional dibagi dalam tiga kategori, yaitu pengembangan jalan di kawasan telah berkembang, kawasan mulai berkembang, dan kawasan pengembangan baru.

Dalam hal ini, terkait rencana peembangunan tol atas laut Jakarta- Surabaya, pembahasan akan di fokuskan pada kawasan yang telah berkembang, meliputi Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang relatif kegiatan ekonominya telah berkembang dengan dukungan alur laut Internasional ALKI Barat (Selat Sunda – Laut Natuna) dan bahkan dapat dipandang sebagai satu kesatuan wilayah ekonomi. Prasarana jalan dibangun serasi dengan perkembangan transportasi jalan raya, terutama keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kendaraan dengan kemampuan daya dukung jaringan jalan, termasuk pembangunan jalan tol yang dilaksanakan melalui kerjasama antara pemerintah dan swasta.

Sejauh ini telah dilakukan reformasi pengaturan jalan tol melalui penggantian UU No. 13 Tahun 1980 dengan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Dalam UU Jalan yang baru diatur pembagian kewenangan penyelenggaraan jalan yang tegas memenuhi tuntutan otonomi; penyelenggaraan jalan tol yang tidak monopolistik; peran masyarakat yang lebih nyata dalam penyelenggaraan jalan.

2. Kaitan Dengan Sektor Perhubungan

Ditinjau dari kaitannya dengan sektor perhubungan, di satu sisi rencana pembangunan mega proyek tol atas laut Jakarta-Surabaya diharapkan mampu mengurangi titik kemacetan yang ada di darat sehingga jalur transportasi akan lebih lancar. Namun dalam kewenangan penyelenggaraan jalan yang diatur dalam UU No. 38 Tahun 2004 disebutkan bahwa penyelenggaraan ini tidak boleh bersifat monopolistik.

Tetapi pada kenyataannya penandatanganan Nota Kesepahaman Persiapan Rencana Kerja Sama Pengusahaan Tol Atas Laut Jakarta-Surabaya ini masih dipegang oleh 19 perusahaan BUMN yang meliputi PT Jasa Marga Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan (PP) Tbk, PT Brantas Abipraya, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya, PT Pelindo II, PT Pelindo III, PT Semen Indonesia Tbk, PT Krakatau Steel Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank BNI Tbk, PT Bank BRI Tbk, PT Bank BTN Tbk, PT Jamsostek, PT Taspen.

Menteri BUMN Dahlan Iskan pun mengungkapkan proyek jalan tol di atas laut Jakarta-Surabaya akan dilengkapi dengan fasilitas transportasi jalur kereta cepat. Hal ini juga akan masuk dalam kajian feasibility study (FS) dan Amdal yang dilakukan oleh 19 perusahaan BUMN.

Namun rencana ini pun dinilai bertentangan oleh Sigit Sosiantomo, ide pembangunan jalan tol atas laut Jakarta-Surabaya, berlawanan dengan rencana pembangunan rel ganda kereta api super cepat pada jalur Jakarta-Surabaya yang telah ada studi kelayakannya dari JICA. Jika rel ganda terwujud, proyek inilah yang lebih signifikan untuk mengalihkan penumpang dari jalan raya ke jalur rel. Sehingga beban jalur pantura berkurang dan anggaran untuk preservasi jalan nasional juga dapat dihemat.