Landasan Teori KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

22 jika maknanya dibandingkan dengan makna kata-kata lain yang dirasakan berhubungan. Jika perbandingannya tepat, ada dua kemungkinan yang ditemukan: struktur semantisnya memiliki kesamaan atau sebaliknya Mulyadi, 2000: 43.

2.2 Landasan Teori

Kajian semantik makian bahasa Batak Toba ini menggunakan teori MSA yang dianggap relevan dan dapat mendukung temuan di lapangan sehingga dapat memperkuat teori dan keakuratan data. Teori MSA yang dikembangkan oleh Wierzbicka 1996 dirancang untuk mengeksplikasikan semua makna, baik makna leksikal, makna gramatikal, maupun makna ilokusi. Asumsi dasar teori MSA menyatakan bahwa analisis makna akan menjadi lebih sederhana dan tuntas. Akan tetapi, agar analisis makna sederhana dan tuntas, digunakan perangkat makna asali semantic primitives sebagai elemen akhir dalam analisis makna. Teori MSA menggunakan konsep teoretis yang relevan dalam menganalisis makna, yaitu makna asali, polisemi takkomposisi, dan sintaksis universal. Wierzbicka 1996: 3-11 mengatakan bahwa ada 55 elemen makna asali yang dapat digunakan untuk memparafrase makna sebuah butir leksikon, antara lain SESUATU, SESEORANG, MENGETAHUI, INGIN, TERJADI, BAIK, BESAR, MUNGKIN, SEBAB, dan SETELAH dalam Mulyadi, 2000: 43. Jumlah ini telah berkembang lagi, dan Goddard mencatat terdapat 65 makna asali, seperti terlihat berikut ini. Universitas Sumatera Utara 23 Tabel 1. Perangkat Makna Asali KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI Substantif I AKU, YOU KAMU, SOME ONE SESEORANG PEOPLEPERSON, ORANG, SOMETHINGTHING SESUATUHAL , BODY TUBUHBADAN Substantif Relasional KIND JENIS, PART BAGIAN Pewatas THIS INI , THE SAME SAMA, OTHERELSE LAIN Penjumlah ONE SATU , TWO DUA, MUCHMANY BANYAK, SOME BEBERAPA, ALL SEMUA Evaluator GOOD BAIK, BAD BURUK Deskriptor BIG BESAR , SMALL KECIL Predikat Mental THINK PIKIR, KNOW TAHU, WANT INGIN, FEEL RASA , SEE LIHAT,HEAR DENGAR Ujaran SAY UJAR , WORDS KATA, TRUE BENAR Tindakan,peristiwa, gerakan, perkenaan DO BERBUATLAKU, HAPPEN TERJADI, MOVE GERAK , TOUCH SENTUH Tempat, keberadaan, milik, dan spesifikasi BE SOME WHERE SESUATU TEMPAT, THERE ISEXIST ADA, HAVE PUNYA, BE SOMEONESOMETHING MENJADI SESEORANGSESUATU Universitas Sumatera Utara 24 Hidup dan Mati LIVE HIDUP, DEAD MATI Waktu WHENTIME BILA atau KAPAN WAKTU, NOW SEKARANG , BEFORE SEBELUM, AFTER SETELAH , A LONG TIME LAMA, A SHORT TIME SINGKATSEKEJAP , FOR SOME TIME SEBENTARBEBERAPA SAAT , MOMENT SAAT Ruang WHEREPLACE DI MANATEMPAT , HERE DI SINI , ABOVE DI ATAS, BELOW DI BAWAH, FAR JAUH, NEAR DEKAT, SIDE SEBELAH, INSIDE DI DALAM Konsep logis NOT TIDAK, MAYBE MUNGKIN, CAN DAPAT, BECAUSE KARENA, IF JIKA Augmentor intensifier VERY SANGAT, MORE LEBIHLAGI Kesamaan LIKEAS SEPERTI Sumber : Subiyanto 2008: 270-271 Gagasan makna asali bukanlah sebuah konsep baru dalam literatur semantik. Pada abad ke-17 keberadaan makna ini sudah diakui oleh para ahli seperti Descartes, Pascal, Arnauld, dan Leibniz periksa Wierzbicka: 1996: 12. Arnauld dalam Goddard: 1994: 2, misalnya, mengatakan sebagai berikut. “It is impossible to define all words. In defining we employ a definition to express the idea which we want to join to defined word; if we then wanted to defined ‘the definition’, still other Universitas Sumatera Utara 25 words would be needed — and so on to infinity. Hence, it is necessary to stop at some primitive words which are not defined”. Semua kata tidak mungkin dapat didefinisikan. Dalam mendefinisikan kata kita menggunakan sebuah arti untuk mengekspresikan ide yang ingin kita gabung ke dalam kata yang didefinisikan; selanjutnya, jika kita ingin mendefinisikan ‘makna’, kata-kata yang lain tetap akan diperlukan, dan seterusnya hingga tak terbatas. Oleh karena itu, ini diperlukan untuk berhenti pada beberapa kata-kata primitif yang tidak didefinisikan. Aristoteles juga mengungkapkan hal yang sama dalam Wierzbicka: 1996. Menurut Aristoteles, sebuah definisi haruslah dibuat dengan menggunakan istilah yang dapat dimengerti; bukan dengan istilah yang acak. Jika tidak digunakan istilah yang lebih dapat dimengerti, definisi tersebut akan sukar dipahami. Konsep dasar lain dalam MSA adalah polisemi. Polisemi adalah leksikon tunggal yang dapat mengekspresikan dua makna asali yang berbeda. Ini terjadi karena adanya hubungan komposisi antara satu eksponen dengan eksponen yang lainnya karena memiliki kerangka gramatikal yang berbeda Subiyanto, 2008: 272. Ada dua hubungan nonkomposisi, yaitu hubungan yang ‘menyerupai pengartian’ dan ‘hubungan implikasi’ Indrawati, 2006: 148. Hubungan yang menyerupai pengartian tampak pada melakukanterjadi dan melakukan padaterjadi. 1 X melakukan sesuatu pada Y Sesuatu terjadi pada Y 2 Jika X merasakan sesuatu Universitas Sumatera Utara 26 Sesuatu terjadi pada X Perbedaan sintaksis yang penting antara melakukan dan terjadi adalah bahwa melakukan membutuhkan dua argumen referensial, sedangkan terjadi hanya membutuhan satu argumen. Hubungan implikasi terdapat pada eksponen terjadi dan merasakan, misalnya jika X merasakan sesuatu, maka sesuatu terjadi pada X. Konsep dasar selanjutnya adalah sintaksis universal. Sintaksis universal dikembangkan oleh Wierzbicka pada akhir tahun 1980-an. Sintaksis universal terdiri atas kombinasi leksikon butir makna asali yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksis bahasa yang bersangkutan. Misalnya, INGIN memiliki kaidah universal tertentu dalam konteks: saya ingin melakukan sesuatu. Selanjutnya, unit dasar sintaksis universal ini dapat disamakan dengan klausa yang dibentuk oleh substantif, predikat, dan elemen- elemen lain. Kombinasi elemen tersebut akan membentuk kalimat kanonis Indrawati, 2006: 148. Kalimat kanonis adalah kalimat sederhana berbentuk parafrase yang dibentuk oleh kombinasi elemen-elemen makna asali. Unit dasar sintaksis universal dapat disamakan dengan “klausa”, dibentuk oleh substantif dan predikat, serta beberapa elemen tambahan sesuai dengan ciri predikatnya Mulyadi, 2006: 71. Contoh pola sintaksis universal antara lain adalah: a. Aku melihat sesuatu di tempat ini. b. Sesuatu yang buruk terjadi padaku. Universitas Sumatera Utara 27 c. Jika aku melakukan ini, orang akan mengatakan sesuatu yang buruk tentang aku. d. Aku tahu bahwa kau orang yang baik. Pola kombinasi yang berbeda dalam sintaksis universal mengimplikasikan gagasan pilihan valensi. Contohnya, elemen MENGATAKAN, di samping memerlukan “subjek” dan “komplemen” wajib seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu’, juga “pesapa” seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang’, atau “topik” seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu tentang sesuatu’ atau “pesapa dan topik” seperti ‘seseorang mengatakan sesuatu pada seseorang tentang sesuatu’ Mulyadi dan Siregar, 2006: 71. Hubungan ketiga konsep dasar tersebut dapat diringkas dalam skema di bawah ini. Gambar 1. Hubungan Makna Asali, Polisemi, dan Sintaksis Universal makna asali polisemi Sintaksis Universal makna asali makna Sumber: Mulyadi dan Siregar 2006 Universitas Sumatera Utara 28 Sebuah butir leksikon memiliki minimal dua makna asali. Kemudian makna asali tersebut membentuk polisemi, yang dapat mengekspresikan dua makna asali yang berbeda. Selanjutnya, makna asali yang berpolisemi tersebut membentuk sintaksis universal, yaitu kalimat sederhana yang berbentuk parafrase. Berdasarkan kalimat parafrase tersebut, dapat diketahui makna sebuah butir leksikon tersebut.

2.3 Tinjauan Pustaka