5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mencermati perkembangan majalah perempuan, tersirat idealisme perempuan untuk mengembangkan diri sebagai individu yang mandiri, berwawasan luas, dan
tidak didominasi kekuasaan laki-laki. Majalah-majalah ini juga mengkonsepsikan citra perempuan ideal. Tak terbelenggu rutinitas rumah tangga, tetapi juga responsif
atas perkembangan masyarakat. Namun disayangkan, tuntutan pembebasan perempuan ini bersimpang jalan
dengan apa yang disebut tuntutan pasar. Mereka mencetak perempuan bebas dan mandiri, tetapi sekaligus menjadikannya sebagai makhluk yang lemah. Alih-alih
makhluk berakal, berprestasi, perempuan lebih banyak ditampilkan sex appeal-nya. Berbeda dengan majalah-majalah di awal zaman pergerakan perempuan, yang melulu
berjuang bagi kesetaraan hak-hak perempuan dan laki-laki. Mereka ingin menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, tidak mau tergantung dan diperintah laki-laki.
Terbitnya majalah perempuan menyimpan kegamangan. Mereka sibuk merumuskan citra perempuan ideal, yang sesuai kriteria perempuan kelas menengah.
Femina, misalnya semula ingin tampil bersahabat dan mampu menangkap aspirasi kaum perempuan. Mereka juga menawarkan sajian yang praktis, bersih, dan tidak
rumit. Munculnya majalah-majalah perempuan sebagai agen gaya hidup. Mereka
terus mencetak tren-tren baru, sesuai mobilitas dan gaya hidup perempuan kota. Para pelaku media ini terus mereka-reka, apa yang dipikir orang mengenai gaya hidup
Universitas Sumatera Utara
6 kelas menengah. Sebut saja Swara Kartini Indonesia, Dewi, Mode, Mahkota, Rias,
Nova, Wanita Indonesia dan Aura. Media yang digunakan untuk mengkomunikasikan suatu ide dapat berupa apa
saja. Mulai dari radio, televisi, spanduk, pameran, surat kabar, dan majalah. Saat ini saya akan lebih memfokuskan pada majalah, karena sangat relevan dengan isi film ini.
Terlebih, majalah fashion memiliki kemampuan untuk membentuk opini publik. Hal ini mendukung penentuan tren yang berlaku untuk saat ini.
Saat ini majalah fashion yang secara dominan berisikan iklan-iklan. Mulai dari iklan parfum, pakaian dalam, kacamata, busana, pelumas mesin hingga rokok,
menampilkan model perempuan sebagai ikon produknya. Hal ini mempromosikan standar bentuk tubuh yang diterima atau sesuai dengan konstruksi pemikiran ketika
itu. Tubuh kurus atau bahkan sangat kurus seakan dijadikan simbol kehebatan sekaligus kecantikan seseorang. Menjadikan seseorang mengejar sesuatu yang semu
atas nama kebahagiaan, kebanggaan, dan keberhasilan. Terutama bagi perempuan. Pencitraan seperti inilah yang menjadikan perempuan atau siapapun juga dapat
kehilangan kesadaran dan merasa terbatas dalam memilih. Terlebih mereka yang tidak mengikuti arus sulit untuk masuk ke dalam komunitas mainstream yang saat ini
sangat dominan dalam masyarakat. Sehingga, mau tidak mau mereka akan mencoba berkompromi untuk dapat diterima dalam komunitas tersebut.
Lebih lanjut, majalah fashion memiliki segmen bagi kalangan perempuan yang digolongkan mapan dan mandiri. Majalah fashion menjadi faktor terbesar dalam
proses menentukan pembelian suatu pakaiaan. Hal inilah yang mendukung feminism, terutama ketika seseorang terjebak pada arus yang diciptakan kapitalis untuk
menambah keuntungan bagi mereka. Serta memunculkan konsumerisme akut yang
Universitas Sumatera Utara
7 secara tidak sadar semakin memperkuat konstruksi sosial mengenai sex roles dalam
masyarakat. Selain itu majalah fashion juga semakin mendukung eksplotasi bagi
perempuan. Terlihat, saat ini majalah perempuan dan remaja juga semakin ketularan perilaku majalah fashion yang sangat mengumbar adegan perempuan yang menantang
pria untuk berlaku agresif. Setelah diekspos secara ekplisit seksual dalam suatu iklan mengindikasikan stereotipe peran berdasarkan gender yang menerima, pemerkosaan
dan perilaku agresif terhadap perempuan. Hal ini semakin menjadikan perempuan hanya sebagai objek untuk dinikmati sebagaimana sex roles-nya. Serta untuk
mendukung keberlanjutan industri yang saling diuntungkan. Sesungguhnya busana merupakan suatu seni yang menunjukan perjalanan
sejarah peradaban manusia. Manusia perlahan membutuhkan pakaiaan untuk melindungi dirinya dari kebuasan alam. Sehingga secara perlahan manusia mulai
memikirkan untuk menyediakannya bagi seluruh komunitas. Demi kelanjutan hidup sukunya. Dimana setiap daerah memiliki bentuk pakaian yang berbeda, disesuaikan
dengan keadaan alamnya masing-masing. Seiring dengan perubahan zaman, busana tidak hanya diperuntukan demi
kebutuhan hidup semata. Manusia mulai memberi detail dalam pembuatan pakaian demi kepuasan dalam hal estetika. Keinginan ini hadir tepat ketika konstruksi sosial
mengenai sex roles mulai dipraktekan. Menjadikan perempuan lebih mendominasi hal-hal seperti ini, terutama untuk masuk pada ranah publik yang sangat didominasi
oleh ketentuan yang sifatnya tetap. Bahkan perempuan seakan dipaksa untuk menjadi cantik sesuai dengan
keinginan pria. Serta digunakan sebagai media pemasaran oleh kapitalis. Semisal di Cina yang selama ratusan tahun beranggapan, perempuan dengan kaki yang kecil
Universitas Sumatera Utara
8 adalah cantik. Namun, hal itu sesungguhnya hanya menguntungkan produsen
pembuat sepatu. Serta di Jepang cantik identik dengan perempuan yang berwajah putih penuh bedak dengan bibir mungil merah terang. Yang menguntungkan
pembuat gincu dan bedak. Terlebih untuk mendukung berlangsungnya pelayanan para gadis bagi penguasa.
Majalah merupakan surat kabar yang terbit secara periodik, mingguan, bulanan, bahkan tahunan dan beredar keseluruh masyarakat. Isi dari majalah ini
beraneka ragam ada berupa macam – macam artikel tentang masalah – masalah yang aktual, puisi, biografi, feature, esai, dan ilustrasi. Dibandingkan surat kabar, majalah
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menjelaskan dan menganalisa suatu kejadian atau kemajuan pada masa kini. Hal ini disebabkan karena pada halaman surat
kabar dan sifat penerbitannya secara berkala, baik bulanan, dwi mingguan, atau mingguan membuat pengelola majalah lebih leluasa karena memiliki waktu yang
cukup dan dengan hal tersebut membuat majalah lebih menarik dan lengkap. Media yang sering digunakan oleh mahasiswi adalah media massa yaitu
berupa media cetak. Melalui media cetak mahasiswi banyak memperoleh informasi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan berpikir. Dari sekian banyak media
cetak, majalah wanita adalah salah satu sumber informasi yang banyak mengulas tentang kehidupan wanita, sehingga menjadi sangat dekat dengan kehidupan mereka.
Majalah wanita merupakan majalah yang memuat tentang tips, trik atau paduan berfashion, kecantikan, konflik – konflik rumah tangga, pekerjaan, kesehatan,
selebriti, resep makanan, pendidikan, cerita pendek dan cinta. Isinya tentang gaya hidup wanita yang berfikiran maju yang bisa menerima kemajuan dalam beberapa hal
diatas. Gaya hidup yang dimaksud adalah tingkah laku dan kebiasaan sehari – hari seorang wanita aktif yang timbul karena membaca beritanya. Dalam majalah wanita
Universitas Sumatera Utara
9 tema yang disampaikan mengikuti masa yang lagi hangat diperbincangkan atau ditiru
oleh masyarakat. Dalam hal ini, dapat kita lihat dengan munculnya majalah – majalah khusus wanita seperti Cosmogirl.
Majalah wanita cenderung menyajikan berita tentang fashion. Fashion merupakan mode atau cara berpakaian seseorang yang selalu mengikuti trend dan
perkembangan zaman. Fashion adalah suatu gambaran seseorang dari luar. Jika seseorang menggunakan fashion dengan gayanya dan terlihat bagus maka orang itu
sudah memahami gaya fashion yang ada. Fashion yang ada dalam majalah wanita dipakai para model – model cantik ataupun artis – artis terkenal. Fashion yang
digunakan oleh model ataupun artis nantinya akan menjadi trendsetter orang yang menciptakan mode yang kemudian dicontoh oleh orang lain. Mode – mode terbaru
lengkap disajikan dengan keterangan merk, harga, dan tempat penjualan. Ada unsur kebudayaan asing dan modern di dalamnya. Globalisasi kebudayaan terjadi melalui
majalah ini. Budaya barat dimasukkan melalui cara penyampaian pesan dan contoh gambar. Sikap para pembaca terhadap kebudayaan ini bervariasi. Hal ini tergantung
dari penilaian masing – masing pembacanya. Dalam hal lokasi penelitian, peneliti mengambil lokasi di Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara di kota medan. Adapun yang menjadi pertimbangan peneliti karena melihat fenomena fashion yang ada di kalangan mahasiswi,khususnya
mahasiswi Ekonomi yg masih dianggap kiblat dalam dunia fashion. Para mahasiswi cenderung mengikuti fashion yang ada di majalah wanita. Selain itu, adanya unsur
kedekatan antara peneliti dengan responden sehingga dapat memudahkan penelitian dan data yang di dapatkan lebih valid.
Universitas Sumatera Utara
10 Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti majalah wanita
Cosmogirl dan pengetahuan tentang fashion di kalangan Mahasiswi Ekonomi USU di Kota medan.
1.2 Perumusan Masalah