B. Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010
B.1 Faktor Psikologis
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi tentang partisipasi politik masyarakat Karo pada pemilihan kepala daerah Kota Medan Tahun 2010. Partisipasi politik
masyarakat dapat dijelaskan berdasarkan faktor psikologis yaitu, yang berkaitan dengan ciri-ciri kepribadian seseorang dan orientasi kepribadian seseorang.
Tabel 3.7 Jawaban Responden Apakah Memiliki Hubungan Keluarga Dengan Salah
Satu Calon Walikota dan Wakil Walikota
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Ya
2 Tidak
97 100
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun responden yang memiliki hubungan keluarga dengan salah satu calon Walikota dan Wakil Walikota.
Seluruh responden menjawab tidak memiliki hubungan dengan salah satu calon Walikota dan Wakil Walikota.
Secara psikologis seseorang berpartisipasi menggunakan hak pilihnya ditentukan oleh kedekatannya dengan kandidat yang ada. Dari data di atas dapat
dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang tidak mengenal lebih dekat dengan calon Walikota dan Wakil Walikota tetapi meskipun tidak memiliki hubungan
keluarga sedarah masyarakat Kelurahan Simpang Selayang tetap mempergunakan dan berpartisipasi dalam pelaksanaan pilkada.
Tabel 3.8. Jawaban Responden Jika Anda Tidak Memiliki Hubungan Keluarga Apakah Ada
Keluarga Anda Yang Memiliki Hubungan Keluarga Dengan Salah Satu Calon Walikota Dan Wakil Walikota
No Jawaban
Responden Frekuensi
Persentase
1 Ya
2 Tidak
97 100
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Untuk menindaklanjuti pertanyaan sebelumnya tentang hubungan keluarga tersebut kemudian dipertanyakan kepada responden Jika anda tidak memiliki
hubungan keluarga apakah ada keluarga anda yang memiliki hubungan keluarga dengan salah satu calon Walikota dan Wakil Walikota, maka jawaban yang diberikan
responden tetap sama dengan jawaban tabel sebelumnya, yaitu tidak ada keluarga responden yang memiliki hubungan keluarga dengan salah satu calon walikota dan
wakil walikota. Hal ini menjelaskan bahwa selain responden tidak memiliki hubungan
keluarga dengan peserta oilkada, maka keluarga responden juga tidak ada memiliki hubungan keluarga dengan peserta pilkada. Hal ini menggambarkan bahwa partisipasi
politik yang diberikan oleh responden tidak didasarkan oleh adanya hubungan kekeluargaan antara responden dengan peserta pilkada.
Tabel 3.9 Jawaban Responden Apakah Agama Dari Calon Walikota dan Wakil Walikota
Mempengaruhi Partisipasi Politik Responden No
Jawaban Responden Frekuensi
Persentase 1.
Memberikan pengaruh 16
16,5 2.
Kurang memberikan pengaruh 3.
Tidak memberikan pengaruh 81
83,5 Jumlah
97 100
Sumber : kuesioner 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa agama dari calon Walikota dan Wakil
Walikota tidak memberikan pengaruh responden untuk berpartisipasi dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan tahun 2010. Hanya sebagian
kecil responden yang memberikan jawaban bahwa agama memberikan pengaruh partisipasi politik responden Sebagian besar responden menjawab agama yang dianut
para calon tidak mempengaruhinya untuk berpartisipasi politik dalam pemilihan pilkada. Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang
tidak melihat sisi agama dari pasangan calon yang ada untuk berpartisipasi politik. Melihat hasil sebaran angket di atas maka dapat diketahui bahwa agama calon
pasangan pilkada tidak menjadi dasar bagi para responden untuk menentukan pilihannya dalam pelaksanaan Pilkada di Kota Medan Tahun 2010.
Tabel 3. 10 Jawaban Responden Apakah Suku Dari Calon Walikota dan Wakil Walikota
Mempengaruhi Partisipasi Politik Responden
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Memberikan pengaruh
2 Kurang memberikan pengaruh
3 Tidak memberikan pengaruh
97 100
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa suku dari calon Walikota dan Wakil Walikota sama sekali tidak mempengaruhi partisipasi politik responden. Hal ini
karena responden beranggapan bahwa berasal dari latar belakang suku apapun seorang calon Walikota dan Wakil walikota tidak menjadi masalah bagi mereka.
Dengan tidak adanya pengaruh dari suku masing-masing peserta pasangan pilkada di Kota Medan Tahun 2010 maka hal ini menjelaskan bahwa responden
berpartisipasi dalam pelaksanaan pilkada Kota Medan Tahun 2010 tidak dipengaruhi oleh kesukuan peserta pilkada. Dengan demikian gambaran yang akan diperoleh dari
hasil pilkada di wilayah penelitian menunjukkan suatu keadaan bahwa partisipasi politik responden adalah netral dalam kaitannya dengan kesukuan peserta pilkada.
Tabel 3. 11 Jawaban Responden apakah Masyarakat Lain Memberikan Partisipasi Politik Karena
Adanya Pengaruh SukuRas Dengan Para Peserta Pilkada
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Memberikan pengaruh
2 Kurang memberikan pengaruh
3 Tidak memberikan pengaruh
97 100
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Demikian juga halnya dengan pertanyaan apakah masyarakat lain memberikan partisipasi politik karena adanya pengaruh sukuras dengan para peserta
pilkada, maka responden penelitian memberikan jawaban tidak memberikan pengaruh. Artinya responden memberikan anggapan bahwa masyarakat memberikan
partisipasi politik karena tidak adanya pengaruh sukuras dengan para peserta Pilkada. Anggapan responden tentang tidak adanya pengaruh bagi masyarakat lainnya
dalam memberikan partisipasi politiknya karena adanya sukuras dengan para peserta pilkada. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat yang dijadikan responden dalam
penelitian ini sudah bersikap positif dalam melakukan partisipasi politiknya dimana menurut mereka sukuras bukan menjadi pembeda dalam hal mereka berpartisipasi
pada pelaksanaan pilkada di Kota Medan tahun 2010.
Tabel 3.12 Jawaban Responden Terhadap Apakah Faktor Ideologi Partai Memberikan Pengaruh
Kepada Anda Dalam Partisipasi Politik Pada Pemilihan Walikota Dan Wakil Walikota Tahun 2010 Yang Lalu
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Memberikan pengaruh
9 9,3
2 Kurang memberikan pengaruh
3 Tidak memberikan pengaruh
88 90,7
Jumlah 97
100 Sumber : Kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa faktor ideologi partai politik yang ikut mengusung calon Walikota dan Wakil Walikota sangat kecil pengaruhnya kepada
partisipasi politik responden. Hanya sebagian kecil responden yang memberikan pengaruh partisipasi politik karena faktor ideologi partai politik. Sebagian besar
responden menjelaskan tidak memberikan pengaruh partisipasi politik terhadap faktor ideologi partai politik yang ikut bersaing dalam pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota Kota Medan tahun 2010. Tabel di atas memberikan suatu pandangan kepada kita bahwa masyarakat
tidak terpengaruh terhadap ideologi partai dalam partisipasi politiknya. Artinya apapun ideologi suatu partai yang mendukung salah satu peserta pilkada Kota Medan
Tahun 2012 tidak memberikan pengaruh kepada responden untuk berpartisipasi dalam kegiatan pilkada tahun 2010 di Kota Medan.
Tabel 3. 13 Jawaban Responden Terhadap Apakah Memiliki Pilihan Calon Walikota dan Wakil
WalikotaYang Tepat
No Jawaban
Responden Frekuensi
Persentase
1 Ya
23 23,7
2 Tidak
74 76,3
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Dari tabel dia atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pilihan calon Walikota dan Wakil Walikota yang tepat hanya sebagian kecil. Kemudian sisanya
yaitu sebagian besar responden lainya tidak memiliki pilihan calon Walikota dan Wakil Walikota yang tepat.
Faktor ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap calon pemimpin daerahnya, dapat dikatakan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap calon
Walikota dan Wakil Walikota sangat rendah pada pemilihan umum tersebut. Sehingga karena tidak adanya calon pilihan yang tepat memberikan pengaruh terhadap
partisipasi politik masyarakat.
Tabel 3. 14 Jawaban Responden Terhadap Apakah Anda Merasa Tidak Memiliki Kepentingan
Dengan Kebijakan Yang Akan Dibuat Oleh Pemerintah Terpilih, Sehingga Mempengaruhi Partisipasi Politik Anda
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 Memiliki
91 93,8
2 Kurang memiliki
3 Tidak memiliki
6 6,2
Jumlah 97
100 Sumber: kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menganggap tidak memiliki kepentingan dengan kebijakan yang akan dibuat oleh pemerintah
terpilih nantinya sehingga mempengaruhi partisipasi politik responden. Sedangkan sebagian besar lainya menganggap memiliki kepentingan dengan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah sehingga memberikan pengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat.
Artinya masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini menjelaskan bahwa dengan pilihan yang tepat yang dilakukan oleh responden akan
memberikan kontribusi terhadap kehidupan mereka khususnya dalam pelaksanaan pengambilan kebijakan pemerintah.
Tabel 3. 15 Jawaban Responden Apakah Merupakan Anggota Partai Politik Tertentu
No Jawaban
Responden Jumlah
Persentase
1 Ya
2 Tidak
97 100
97 100
Sumber : kuesioner 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang menjadi
anggota partai politik tertentu. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, adapun alasan masyarakat untuk
tidak bergabung menjadi anggota partai politik tertentu adalah karena beberapa masyarakat beranggapan bahwa kalau menjadi anggota partai politik tidak ada
gunannya, menjadi anggota partai politik hanya menambah kerjaan, tidak adanya sosialisasi politik yang dilakukan partai politik tertentu kepada masyarakat sehingga
rendahnya tingkat kepekaan masyarakat terhadap pemilu dan politik dan sebagian responden dari kalangan mahasiswa menjelaskan bahwa belum mendapatkan partai
politik yang sesuai dengan hati nuraninya.
Tabel 3. 16 Jawaban Responden Terhadap Faktor Apakah Pihak Keluarga Anda Memberikan
Pengaruh Kepada Anda Dalam Hal Partisipasi Politik Pada Pemilihan Walikota Dan Wakil Walikota Tahun 2010 Yang Lalu
No Jawaban Responden
Frekuensi Persentase
1 Memberikan pengaruh
29 29,8
2 Kurang memberikan pengaruh
3 Tidak memberikan pengaruh
68 70,2
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa faktor pihak keluarga juga ada memberikan pengaruh kepada responden untuk berartisipasi politik namun tidak
begitu signifikan yaitu sebanyak hanya sebagian kecil saja. Hal ini karena peran keluarga sangat besar dalam kehidupan sesorang,
misalnya saja dari pemenuhan kebutuhan hidup serta kebutuhan akan pendidikan. Selain itu keluarga menjadi sumber informasi terdekat bagi responden untuk
mendapatkan informasi mengenai pemilihan umum. Berdasarkan penelitian di lapangan setelah menanyai lebih lanjut kepada
beberapa responden yang menjawab memberikan pengaruh, maka sebagian responden mengatakan bahwa pihak suami mempengaruhi partisipasi politiknya.
Selain itu ada juga terdapat pemilih pemula yang baru pertama sekali menjadi pemilih menjadikan orang tua sebagai panutan atau contoh. Karena keluarga atau orang
tuanya memiliki partisipasi politik maka si anak juga akhirnya memilih jalan yang sama, yaitu ikut berartisipasi dalam politik. Jadi, faktor keluarga mempengaruhi
masyarakat dalam menggunakan partisipasi politiknya. Tabel 3.17
Jawaban Responden Terhadap Apakah Menganggap Mengikuti Kegiatan Pemilihan Umum Sebagai Suatu Kegiatan Yang Sia-sia
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 Ya
69 71,1
2 Tidak
28 28,9
97 100
Sumber:kuesioner 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 69 responden yaitu sebagian
besar menganggap bahwa mengikuti kegiatan pemilihan umum hanya sebagai suatu kegiatan yang sia-sia. Secara psikologis, bahwa perilaku partisipasi politik itu
disebabkan oleh orientasi kepribadian seseorang atau pemilih itu sendiri. Secara konseptual akan menunjukan karakteristik apatis, anomi dan alienasi. Dalam
penelitian ini, sebagian besar responden dapat dikatagorikan ke dalam karakteristik yang apatis, karena mereka merasa tidak mampu mempengaruhi kebijakan politik
yang ada dan melihat bahwa berpartisipasi atau tidak berpartisipasi politik dalam pemilihan adalah sesuatu yang sia-sia.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa responden, dapat dijelaskan bahwa responden merasa tidak berkepentingan langsung dengan
Walikota dan Wakil Walikota terpilih nantinya.
B.2 Faktor Latar Belakang Status Sosial-Ekonomi
Data ini diambil untuk mengetahui bagaimana keadaan status sosial dan ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan dan tingkat
penghasilan. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi partisipasi politik masyarakat Karo berdasarkan latar belakang status sosial-ekonomi pada pemilihan Walikota dan Wakil
Walikota Kota Medan tahun 2008 di Kelurahan Simpang Selayang. Tabel 3.18
Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Katagori Pendidikan
Jumlah Persentase
Pendidikan Sarjana SI, S2 dan
S3 2
2,1
Diploma DI, D2 dan D3
8 8,3
SLTA Sederajat 48
49,5 SMP Sederajat
27 27,8
SD 12
12,3 Jumlah
97 100
Sumber: kuesioner 2012 Melihat dari tabel di atas responden yang berpartisipasi dalam pelaksanaan
pemilihan kepala daerah berdasarkan tingkat pendidikan adalah kebanyakan dari tamatan jenjang pendidikan menengah SMA sebanyak 48 responden 49,5.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam menganalisis teori serta mampu untuk menentukan keputusan dalam persoalan-
persoalan untuk mencapai tujuan menjadi faktor yang penting bagi masyarakat sebagai pelaku dalam pemilihan umum. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka ketajaman dalam menganalisa informasi tentang politik dan persoalan-persoalan politik yang diterima semakin meningkatkan dan menciptakan
minat kemampuan berpolitik. Responden yang hanya tamatan jenjang pendidikan rendah SD dan SMP
sebanyak 39 orang 40,1. Ini dapat dikatakan bahwa memang tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang termasuk dalam level rendah. Hanya ada
10 orang responden 10,4 yang merupakan tamatan Sarjana maupun Diploma. Rendahnya pendidikan responden dianggap mempengaruhi responden untuk
berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah, karena apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka kesadaran akan kewajiban politiknya juga
meningkat dan begitu juga sebaliknya, apabila tingkat pendidikan seseorang rendah maka, kesadaran akan kewajiban politiknya juga rendah sehingga memutuskan untuk
tidak berartisipasi menggunakan hak pilihnya.
Tabel 3.19 Partisipasi Responden Politik Masyarakat Karo Berdasarkan Latar Belakang
Pekerjaan
Katagori Pekerjaan
Jumlah Persentase
Pekerjaan Petani
10 10,3
Sopir 9
9,2 Wiraswasta
6 6,1
Pedagang 12
12,3 PNS
3 3,1
Mahasiswa 8
8,2 Ibu rumah tangga
17 17,5
Pegawai swasta 3
3,1 Buruh Bangunan
22 22,6
Sopir Becak 7
7,2 Jumlah
97 100
Sumber: kuesioner 2012 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan juga mempengaruhi
terhadap partisipasi politik masyarakat Karo. Seperti beberapa pendapat mahasiswa yang menjadi responden mengatakan ada jadwal kuliah yang tidak bisa ditunda
sehingga tidak bisa berpartisipasi untuk menggunakan hak pilihnya. Pendapat lain dari Ibu rumah tangga lebih memilih untuk mengurusi anaknya daripada harus
berpartisipasi. Bahkan responden terbanyak dari pekerjaan buruh memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya dan mandapatkan honor atau pun hanya sekedar
menggunakan waktu tersebut untuk beristirahat di rumah. Jadi dapat diartikan bahwa jenis pekerjaan masing-masing responden memiliki pengaruh sehingga membuat
perbedaan partisipasi politik untuk ikut atau tidak ikut dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah Kota Medan tahun 2010.
Tabel 3.20 Partisipasi Politik Berdasarkan Latar Belakang Penghasilan
Katagori Penghasilan
Jumlah Persentase
Penghasilan dalam satu Bulan
Rp. 500.000 23
23,7 Rp.500.000 – Rp. 1 juta
58 59,8
Rp. 1.000.000 – 3.000.000 16
17,5 Jumlah
97 100
Sumber: kuesioner 2012 Tingkat penghasilan yang ditunjukan dari tabel di atas juga menunjukan
bahwa sebanyak 58 orang responden 59,8 berpenghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1 juta dalam setiap bulannya. Terdapat juga 23 orang responden 23,7
berpenghasilan Rp.500.000 dalam setiap bulannya. Bahkan hanya ada 16 orang respoden 17,5 yang berpenghasilan Rp. 1 juta – 3 juta setiap bulannya.
Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang tergolong dalam penghasilan sedang. Rendahnya penghasilan masyarakat
mengakibatkan mereka berpikir rasional untuk bagaimana berusaha mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Daripada harus
berpartisipasi mereka lebih memilih untuk mencari uang, karena bila tidak berkerja maka mereka tidak akan dapat memenuhi kebutuhannya. Sehingga penghasilan
sangat mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan tahun 2010.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa status sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Simpang Selayang masih tergolong sedang. Dengan pengetahuan dan
penghasilan yang terbatas yang mereka miliki cendrung menghalangi mereka untuk berartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah. Masyarakat yang
berpendapatan ekonomi rendah dan sedang akan lebih sulit untuk menanggung beban finansial akibat keterlibatan dalam proses pemilu. Sedangkan masyarakat dengan
pendapatan yang lebih tinggi akan lebih mudah menanggung beban tersebut. Sehingga tidak heran kalau beberapa responden memilih untuk tidak menggunakan
hak pilihnya karena menggunakan hari H untuk tetap mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seperti, menarik becak atau angkot, berjualan, dan pergi
keladang atau menggunakan hari H untuk mencari kerja tambahan. Masyarakat beranggapan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan apa-apa terhadap pemilihan
umum tersebut. Tabel 3. 21
Jawaban Responden apakah Pada Hari H Responden Mempunyai Kegiatan Lain
No Jawaban
Responden Frekuensi
Persentase
1 Ya
51 52,6
2 Tidak
46 47,4
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Partisipasi politik masyarakat Karo pada pemilihan kepala daerah Kota Medan dihubungkan dengan adanya kegiatan lain yaitu
sebesar 52,6. Dan sisanya sebesar 47,4 tidak memiliki kegiatan pada saat hari H pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan tahun 2010. Seperti responden
mahasiswa yang harus mengikuti jadwal perkuliahan. Selain itu ada juga responden yang pada saat hari H masih berada di di luar daerah untuk bekerja, dan juga sebagian
responden memiliki pekerjaan yang harus mereka selesaikan. Tabel 3. 22
Jawaban Responden Terhadap Media Massa Yang Digunakan
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 Koran
66 68,1
2 Majalah
3 Televisi
3 3,1
4 Radio
7 7,2
5 Selebaran
21 21,6
Jumlah 97
100 Sumber: kuesioner 2012
Media massa merupakan sarana paling efektif menjangkau pemilih termasuk
memberikan kesadaran akan pentingnya memilih. Media massa mampu membuat publik lebih dari hanya sekedar berfikir tetapi juga memikirkan. Media massa juga
dijadikan sebagai sarana informasi pemilih. Media juga memiliki peranan yang cukup penting peranan yang cukup
penting terhadap perkembangan politik di dalam masyarakat. Tanpa adanya media, sangat kecil kemungkinan bagi masyarakat untuk dapat mengikuti perkembangan
informasi terkini perkembangan dunia politik saat ini. Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa media massa yang paling banyak digunakan responden yaitu Koran, sebanyak 66 orang 68,1 memilih Koran sebagi sumber informasi utama untuk mendapatkan
informasi dunia politik. Responden yang menggunakan selebaran sebanyak 21 responden 21,6, dan sisanya 10 orang responden 9,3 menggunakan media
televisi dan radio. Intensitas responden mendapatkan informasi juga dapat mempengaruhi
perilaku politiknya. Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan peneliti menemukan bahwa masyarakat hampir setiap hari mengakses informasi tehadap
informasi politik yang berkembang. Hal ini menunjukan masih ada kesadaran masyarakat dalam mengolah informasi dan menambah pengetahuannnya terhadap
kehidupan politik lokal yang ada.
B.3 Faktor Kepercayaan Politik
Berikut ini adalah tabel rakapitulasi partisipasi politik masyarakat Karo berdasarkan faktor kepercayaan politik pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota
Kota Medan tahun 2010 di Kelurahan Simpang Selayang.
Tabel 3. 23 Jawaban Responden Terhadap Bagaimana Kinerja Pemerintah
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 Puas
13 13,4
2 Kurang puas
3 Tidak Puas
84 86,6
97 100
Sumber: kuesioner 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 84 responden 86,6
responden menganggap tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Hanya 13 responden 13,4 yang merasa puas terhadap kinerja pemerintah. Hal ini dapat dilihat terhadap
sarana dan prasarana pendukung yang ada di Kelurahan Simpang Selayang yang kurang memadai, misalnya jalan raya yang rusak sehingga menggangu akses
masyarakat untuk bepergian dan memasarkan hasil usahanya. Selain itu masih susahnya untuk mengurus administrasi dengan aparatur desa, seperti mengurus surat-
surat penting dan pembagian beras miskin raskin yang tidak tepat sasaran dan merata. Semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah
akan meningkatkan semangat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan pemimpinnya. Tetapi yang terjadi di Kelurahan Simpang Selayang adalah rendahnya
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah sehingga mengurangi semangat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Secara tidak langsung masyarakat membuat pilihannya untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi ditentukan dengan pertimbangan kinerja-kinerja pemerintah
saat ini. Yang terjadi saat ini adalah masyarakat merasa tidak puas terhadap kinerja pemerintah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di lapangan,
ditemukan bahwa masyarakat masih kecewa kepada pemerintah dalam berbagai macam hal. Seperti, sulitnya berurusan dengan pegawai kecamatan atau
kelurahandesa untuk mengurus surat jual beli tanah, pembuatan KTP, mengurus surat Kartu Keluarga KK, jaminan kesehatan masyarakat Jamkesmas bagi masyarakat
kurang mampu dan lain sebagainya. Jadi tidak heran kalau responden merasa tidak percaya dan puas kepada kinerja pemerintah sehingga mempengaruhi mereka untuk
berpartisipasi politik dalam pelaksanaan Pilkada.
B.4 Sistem Pemilihan Umum
Berikut ini tabel rekapitulasi partisipasi politik responden dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah Kota Medan berdasarkan faktor sistem pemilihan umum
pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Kota Medan tahun 2010. Tabel 3. 24
Jawaban Responden Terhadap Apakah Pernah Mengikuti Kampanye
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 Ya
26 26,8
2 Tidak
71 73,2
97 100
Sumber: kuesioner 2012
Kampanye adalah usaha yang dilakukan oleh para kandidat untuk meyakinkan para pemilih untuk mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dengan menawarkan
program-programnya. Melalui kampanye, para kandidat menawarkan program- programnya dengan harapan calon pemilih merasa yakin dan memberikan
mandatnya. Bagi publik atau calon pemilih, kampanye merupakan sarana untuk melihat, mengamati, dan menentukan calon mana yang akan dipilihnya atau bahkan
apakah dia harus memilih atau tidak calon tersebut. Demikian juga kampanye bukan hanya sekedar kebutuhan para calon Walikota dan Wakil Walikota tetapi juga
kebutuhan pemilih untuk menentukan pilihannya bahkan menentukan akan menggunakan hak pilihnya atau tidak.
Tingkat partisipasi masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang terhadap kampanye yang dilakukan calon Walikota dan Wakil Walikota tahun 2010
menunjukan hasil yang tidak begitu baik, dari 97 responden hanya 26 responden 26,8 yang pernah mengikuti kegiatan kampanye yang diselenggarakan oleh
kandidat Walikota dan Wakil Walikota. Sedangkan 71 responden 73,2 menyatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kampanye tersebut.
Tabel 3. 25 Intensitas Responden Mengikuti Kampanye
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 1 kali
22 84,6
2 2 kali dengan partai yang sama
4 15,4
3 2 kali dengan partai yang beda
4 Tidak pernah ikut kampanye
26 100
Sumber: kuesioner 2012 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang mengikuti kegiatan
kampanye sebanyak 1 kali ada 22 responden 84,6 dan sebanyak 2 kali dengan partai yang sama ada 4 responden 15,4. Berdasarkan pengakuan responden
mereka mengikuti kampanye karena di mobilisasi oleh salah satu tim sukses dari calon Walikota dan Wakil Walikota tertentu karena tidak ada satu pun responden yang
menjadi anggota partai politik tertentu. Terlihat dari data di atas bahwa masyarakat tidak terlalu berperan aktif dalam aktifitas kampanye dan responden yang ikut
berkampanye hanya sebagai simpatisan partai politik tersebut.
B.5 Faktor Sistem Politik
Berikut ini tabel rekapitulasi partisipasi politik responden pada pemilihan kepala daerah Kota Medan berdasarkan faktor sistem politik pada pemilihan Walikota
dan Wakil Walikota Kota Medan tahun 2010.
Tabel 3. 26 Jawaban Responden Terhadap Apakah Visi dan Misi Yang Disampaikan Walikota dan
Wakil Walikota Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat
No Jawaban Responden
frekuensi Persentase
1 Sangat Mempengaruhi
6 6,2
2 Mempengaruhi
12 12,4
3 Tidak Mempengaruhi
79 81,4
Jumlah 97
100 Sumber : kuesioner 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa visi dan misi yang disampaikan calon Walikota dan Wakil Walikota tidak terlalu mempengaruhi responden untuk
berpartisipasi dalam pemilihan Walikota dan Wakil Walikota. Dimana hanya 6,2 yang menjawab visi dan misi yang disampaikan kandidat sangat mempengaruhi, dan
sebanyak 12,4 menjawab visi dan misi juga mempengaruhi partisipai politik responden. Dan sebanyak 81,4 sisanya merasa visi dan misi tidak mempengaruhi
partisipasi politik masyarakat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan di lapangan kepada beberapa responden menyatakan bahwa mereka tidak percaya terhadap visi
dan misi yang disampaikan oleh para calon yang hanya bisa mengumbar-umbar janji kepada masyarakat tanpa ada bukti kerjanya.
C. Interpretasi Data