Niat Beli Konsumen Landasan Teori

merek produk yang akan dibelinya, maka hal itu akan mengurangi ketidakpastian atas resiko pembelian.

2.2.6. Niat Beli Konsumen

2.2.6.1.Pengertian Niat Beli Niat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya oleh konsumen untuk melakukan pembelian nyata. Secara singkat niat beli dapat diartikan sebagai rencana pembelian. Menurut Rossiter dan Percy 1987, minat pembelian konsumen adalah “Brand Purchase the Brand or take other relevant purchase-related action ”. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa minat pembelian terhadap suatu merek adalah perintah seorang pembelian kepada dirinya sendiri untuk membeli sebuah merek produk atau untuk pembelian tindakan lain yang berhubungan dengan pembelian. Menurutnya, minat pembelian merupakan tahap perencanaan sebelum seorang pembeli melakukan tindakan. Minat pembelian merupakan salah satu tahap dari tanggapan konsumen. 2.2.6.2.Dimensi – Dimensi Pembelian Pemasar harus memahami proses di mana konsumen membuat keputusan pembelian agar pemasar dapat mengembangkan strategi dengan tepat. Henry Assael, 1984 menyebutkan pengambilan keputusan konsumen berdasarkan dua dimensi, yaitu: 1. Keluasan pengambilan keputusan 2. Kedalaman keterlibatan konsumen dalam pembelian Dimensi pertama menunjukkan kontinum dari pengambilan keputusan sampai kebiasaan. Keputusan dibuat berdasakan proses pertimbangan terhadap pencarian informasi dan evaluasi atas alternatif-alternatif merek. Disisi lain terdapat pengambilan keputusan yang hanya melibatkan sedikit informasi sama sekali. Hal ini terjadi pengambilan keputusan yang hanya melibatkan sedikit informasi sama sekali. Hal ini terjadi bila konsumen merasa tidak puas dengan merek tertentu dan membelinya terus-menerus. Kombinasi dari dua dimensi tersebut menghasilkan empat tipe pengambilan keputusan, antara lain Sukarno, 2005:141: 1. Complex Decision Making, yang timbul bila keterlibatan konsumen yang tinggi dan pengambilan keputusan yang kompleks. Pada tipe ini konsumen aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan alternatif merek. 2. Brand loyalty, konsumen akan belajar dari pengalaman sebelumnya dan membeli merek yang paling memuaskan. Pada tipe ini konsumen mempunyai kesetiaan yang tinggi akan merek produk. 3. Variety seeking, bila keterlibatan konsumen rendah namun terdapat proses untuk mengatasi kebosanan terhadap suatu merek, sehingga kesetiaan terhadap suatu merek sangat kurang. 4. Inertia, disini konsumen membeli merek yang sama bukan karena kesetiaan mereka terhadap merek tersebut, namun karena tidak ingin menghasilkan waktu atua tenaga untuk mencari alternatif lain.

2.2.7. Perilaku Pembelian Konsumen