33
disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir
adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi Effendy, 2003:56.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan
adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan
penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa Rakhmat, 1999:68. Pada tahap ini individu akan membuka memorinya,
sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek. Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap terakhir, ia
menyimpan ke dalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses selanjutnya, timbullah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek.
Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil
dari keputusannya Effendy,1993:256.
2.2. Kerangka Pikir
Persatuan Bangsa-Bangsa PBB mendefinisikan trafiking sebagai: Perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan
seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima bayaran atau
34
manfaat untuk memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.
Trafficking bukanlah fenomena baru di Indonesia, dan meskipun kriminalisasi perdagangan orang ini dapat terkait dengan siapa saja, orang
memang seringkali mengidentikkannya dengan perdagangan perempuan dan anak. Ini cukup beralasan karena pada banyak kasus, korban perdagangan
perempuan dan anak yang lebih menonjol ke permukaan. Kasus-kasus trafficking tidak hanya terkait dengan eksploitasi
seksual, tapi juga terjadi terhadap pekerja migran. Mereka yang terjerat dalam sindikat ini adalah orang-orang yang tidak memiliki apa-apa kecuali
tenaga proletarian, perempuan maupun laki-laki. Mereka direkrut oleh calo nakal yang mengiming-imingi mereka gaji yang menggiurkan, padahal
mereka dijual kepada kontre kontraktor nakal, begitu transaksi antara calo dan kontre berlangsung, mereka yang diperdagangkan ini berada di bawah
kekuasaan kontre. Pada penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengetahui tingkat pengetahuan efek kognitif masyarakat Surabaya tentang unsur iklan
layanan masyarakat “Trafficking” di stasiun televisi
Tingkat Pengetahuan : 1. Tinggi
2. Sedang 3. Rendah
Stimulus yang berupa unsur iklan layanan
masyarakat “
Trafficking
“ di televisi
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir Tingkat Pengetahuan masyarakat Tentang Unsur Iklan Layanan Masyarakat “
Trafficking” di Stasiun Televisi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, dimana dalam pendekatan deskriptif kuantitatif akan dapat
menginterpretasikan secara rinci tingkat pengetahuan masyarakat tentang isi pesan iklan layanan masyarakat “Trafficking” di televisi.
Penelitian ini hanya mengoperasikan satu variabel saja yaitu tingkat pengetahuan masyarakat terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat
”Trafficking” di televisi. Selanjutnya untuk mempermudah pengukuran variabel maka akan ditampilkan definisi operasional dari variabel tingkat
pengetahuan tersebut.
3.1.1.Definisi Operasional
Tingkat pengetahuan adalah suatu konsep yang merupakan salah satu akibat dari perubahan yang terjadi, yang diklasifikasikan ke dalam
efek kognitif. Dari efek kognitif itulah terjadi bila ada perubahan pada apa yang ia ketahui, dipahami atau dipersepsi oleh khalayak serta juga terkait
dengan pentrasmisian pengetahuan Rakhmat, 2001:67. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap isi pesan iklan traffiking
adalah respon yang diberikan oleh masyarakat setelah melihat dan memperhatikan berbagai informasi dalam iklan tentang ”Trafficking”,
35