37 merupakan gambaran dari kompetensi interpersonal. Buhrmester
mengemukakan lima dimensi interpersonal, yaitu: kemampuan berinisiatif dalam memulai suatu hubungan interpersonal, kemampuan membuka diri,
kemampuan bersikap asertif, kemampuan untuk memberikan dukungan emosional, dan kemampan untuk mengelola dan mengatasi konflik.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi interpersonal yang dimaksukan dalam penelitian ini
adalah kemampuan individu untuk berinisiatif, bersikap terbuka, bersikap asertif, memberikan dukungan emosional, dan mampu mengatasi konflik
untuk melakukan komunikasi dan menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain.
4. Aspek-aspek Kompetensi Interpersonal
a. Kompetensi untuk Berinisiatif
Inisiatif menurut Bee 1981 yakni kemampuan untuk memulai suatu bentuk usaha tertentu dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Pendapat ini dipertegas oleh Buhrmester, dkk 1998 yang mengemukakan bahwa inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu
bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Tahap awal untuk menjalin relasi
dengan orang lain adalah dengan memperkenalkan diri atau menyapa orang lain.
Smart dan Smart 1972 mengemukakan tiga hal tentang inisiatif, yaitu:
38 i. Inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru untuk
memperkaya diri ii. Pencarian pengalaman baru dengan tujuan untuk mencocokkan
sesuatu atau informasi yang telah diketahui dengan tujuan untuk dapat lebih memahaminya.
iii. Dorongan yang penuh semangat dalam rangka mencari infromasi
yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar dan tentang dirinya sendiri.
Perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya inisiatif menurut Buhrmester, dkk 1998, yaitu:
1 Mengenalkan diri pada seseorang baru yang ingin dikenal. 2 Menjadi individu yang menarik dan menyenangkan ketika
berkenalan dengan orang lain. 3 Menawarkan sesuatu pada kenalan baru yang terlihat menarik dan
atraktif. 4 Meminta dan mengusulkan pada kenalan baru untuk melakukan
aktivitas bersama-sama 5 Melanjutkan percakapan dengan kenalan baru yang lebih ingin
dikenal. Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berinisiatif adalah usaha untuk memulai sesuatu bentuk interaksi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial
yang lebih
besar dengan
tahap awalnya
adalah dengan
39 memperkenalkan diri atau menyapa orang lain.
b. Kemampuan Bersikap Terbuka
Menurut Jourard 1964 mengemukakan bahwa self disclosure adalah suatu kemampuan untuk membicarakan diri sendiri
dan kemampuan ini sangat penting artinya dalam membentuk suatu persahabatan. Ia juga menyebutkan bahwa keterbukaan sama
maknanya dengan keintiman atau pendektan yang mana hal tersebut membedakan antara hubungan persahabatan dan hubungan formal.
Dalam pengungkapan diri, Wrightsman dan Deaux 1981 mengungkapkan bahwa informasi yang bersifat pribadi mengenai
dirinya dan memberikan perhatian kepada orang lain, sebagai bentuk penghargaan yang akan memperluas kesempatan menjadi sharing.
Keterbukaan seseorang tercermin dalam perilaku individu tersebut. Menurut Buhrmester, dkk 1998 menunjukkan contoh-
contoh perilaku adanya keterbukaan diri, yakni:
1 Memberi kesempatan kepada kenalan baru untuk lebih mengenal
diri kita yang sebenarnya.
2 Mengungkapkan pada sahabat bahwa kita menghargai dan
menyayanginya.
3 Mengungkapkan pada sahabat hal-hal yang mencemaskan,
menakutkan dan membuat kita merasa malu.
4 Mengetahui cara mengemukakan percakapan dengan kenalan baru
untuk lebih mengenal masing-masing pihak.
40
5 Melepaskan pertahanan diri kita dan mempercayai seorang sahabat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self disclosure merupakan kemampuan seseorang untuk membuka diri,
memperkenalkan dirinya kepada orang lain, dan sebaliknya menerima oranglain, memberi penghargaan sehingga keterbukaan adalah kunci
dari self disclosure.
c. Kemampuan untuk Bersikap Asertif
Menurut Pearlman dan Cozby dalam Nashori, 2003 asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk
mengungkapkan perasaan secara jelas dan dapat mempertahankan hak-haknya dengan tegas.
Charhoun dan Acoccella
1990 mengatakan
bahwa kemampuan bersikap asertif merupakan kemampuan untuk meminta
orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan dan menolak untuk melakukan hal yang tidak diinginkan. Kemampuan bersikap asertif ini
dapat mempermudah individu dalam melakukan komunikasi interpersonal yang efektif.
Menurut Nashori 2003, kemampuan bersikap asertif adalah kemampan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas,
meminta orang lain melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak dinginkan tanpa melukai perasaan orang lain.
Perilaku-perilaku asertif menurut Buhrmester, dkk 1998, yaitu:
41 a. Mengatakan kepada orang lain bahwa kita tidk bekenan dengan
cara dia memperlakukan kita. b.
Mengatakan ”tidak” ketika teman menyuruh kita melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan.
c. Menolak permintaan teman yang tidak masuk akal d. menegur sahabat kita yang ingkar janji.
e. mengatakan pada orang lain bahwa dia telah melukai perasaan, mempermalukan, dan membuat kita marah.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bawa kemampan bersikap asertif adalah kemampuan untuk mengatakan
hak-hak pribadi kita, mengungkapakan pikiran dan gagasan serta perasaan kita secara jujur dengan cara yang baik dan tidak menyakiti
hati.
d. Kemampuan Memberikan Dukungan Emosional
Cohen Wills dalam Hill, 1991 menyatakan bahwa dukungan emosional adalah kemampuan untuk mengespresikan
perhatian, kesabaran, dan simpati kepada orang lain. Barker dan Lemle dalam Buhrmester, 1998 menjelaskan bahwa dukungan
emosional mencakup kemampuan untuk memberikan perasaan nyaman kepada orang lain ketika orang tersebut sedang mengalami
kesusahan dan ditimpa masalah. Penguasaan atas aspek ini memudahkan individu untuk masuk kedalam lingkup pergaulan atau
untuk mengenali dan merespon dengan tepat perasaan dan
42 keprihatinan orang lain Goleman, 2000.
Lukman dalam Almesa, Widyastuti Mardiana, 2007 mengungkapkan
bahwa kemampuan
memberikan dukungan
emosional sangat bermanfaat dalam hubungan antar pribadi. Memberi dukungan emosional berarti memberikan dukungan yang bersifat
afektif. Salah satu bentuk dukungan yang bersifat afektif adalah empati. Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Almesa et al, 2007
mengatakan bahwa empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Sikap empati ini akan dapat mempererat
hubungan interpersonal individu. Perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya dukungan
emosional dinyatakan oleh Buhrmester, dkk 1998 yaitu: 1 Mendengarkan dengan sabar ketika sahahat menceritakan
masalahnya. 2 Membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi sahabat
berkaitan dengan keluarga atau teman lain. 3 Mengatakan atau melakukan sesuatu dalam rangka memberikan
dukungan emosional pada saat sahabat kita menjalani kesusahan. 4 Menunjukkan siap penuh empati
5 Memberikan nasehat
yang baik
ketika seorang
teman membutuhkannya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memberikan dukungan emosional adalah kemampuan
43 untuk menenangkan dan memberikan perasaan nyaman kepada orang
lain ketika orang lain tersebut sedang mengalami masalah, memberikan empati dan bersikap hangat kepada orang lain adalah
salah satu teknik untuk membuat orang lain tenang dan merasa nyaman dengan kita.
e. Kemampuan dalam Mengatasi Konflik
Kemampuan mengatasi konflik meliputi sikap-sikap untuk menyusun strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali
penilaian atau suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. Menyusun strategi penyelesaian masalah adalah bagaimana
individu yang bersangkutan merumuskan cara untuk menyelesaikan konflik dengan sebaik-baiknya.
Grasha 1987 mengatakan bahwa konflik akan selalu ada dalam setiap hubungan antar manusia dan bisa disebabkan oleh
berbagai hal. Kemampuan mengatasi konflik diperlukan agar tidak merugikan suatu hubungan yang terjalin karena akan memberikan
dampak yang negatif. Kemampuan mengatasi konflik ini meliputi sikap-sikap untuk menyusun suatu penyelesaian masalah dan
mengembangkan konsep harga diri yang baik. Konflik akan memberi makna positif bila konflik dikomunikasikan secara terbuka untuk
memperoleh penanganan secara efektif. Menurut Buhrmester, dkk 1998, perilaku-perilaku yang
menunjukkan adanya kemampuan dalam mengatasi konflik, adalah
44 sebagai berikut:
1 Pada saat memiliki masalah dengan sahabat, kita benar-benar mendengarkan keluhannya dan tidak berusaha menebak apa yang
dipikirkannya. 2 Tidak mengulang ucapan atau perbuatan yang dapat memperparah
konflik. 3 Dapat menerima bahwa orang lain memiliki pandangan sendiri
terhadap suatu kejadian meskipun kita tidak setuju dengan cara pandang tersebut.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengatasi konflik diperlukan agar tidak merugikan suatu hubungan
yang terjalin karena akan memberikan dampak yang negatif.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kompetensi