berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak Eriyanto, 2002 : 189.
Framing dalam prakteknya dijalankan oleh media dengan
menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan
yang mencolok, menempatkan di headline, halaman depan atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan
memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau suatu peristiwa yang diberitakan. Penonjolan didefinisikan
sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna dan berkesan. Pada dasarnya penonjolan tersebut tidaklah dimaknai sebagai
bias, tetapi secara ideoligis sebagai strategi wacana, upaya menyuguhkan pada public tentang pandangan tertentu agar pandangan tersebut dapat
diterima oleh khalayak. Salah satu yang menjadi prinsip analisis framing adalah wartawan bisa menerapkan standart kebenaran, serta batasan-
batasan tertentu dalam mengolah dan menyuguhkan berita Sobur, 2004 : 86.
2.1.7 Perangkat
Framing Robert N. Entman
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan yakni model Robert N. Entman. Dimana Entman menyebutkan bahwa framing merupakan
seleksi atas berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa tersebut lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal
ini berarti menyajikan secara khusus definisi dari suatu masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian
sebagaimana masalah tersebut digambarkan. Dari pengertian ini, framing pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan
rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan Entman dalam Dennis
McQuail, 2002. Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan
dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi media. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan
aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi- informasi dalam konteks yang khas sehingga
peristiwa tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada peristiwa yang lain. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks
komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks Eriyanto, 2004 : 186.
Berbagai bentuk penonjolan bisa beragam menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok,
melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Dengan
bentuk seperti itu sebuah ide atau gagasan dari informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena
berhubungan dengan skema pandangan khalayak Eriyanto, 2004 : 185. 27
Menurut Entman, frames menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang
memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama
jurnalis membangun frame berita.dalam konteks tersebut menurut Entman, framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik,
dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak. Entman menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi
untuk mendominasi teks. Namun Entman menyayangkan banyak teks berita dalam merefleksikan permainan kekuasaan dan batas wacana atas
sebuah isu, memperlihatkan homogenitas framing pada satu tingkat analisis dan belum mempersaingkannya dengan framing lainnya.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Realitas
yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam
memahami suatu realitas. Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain dan
menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana seperti penempatan yang mencolok menempatkan di
headline depan atau belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu dari
konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak Eriyanto, 2004 : 187.
Seleksi isu aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta, dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk
ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian- bagian berita yang dimasukkan include. Tetapi ada juga berita yang
dikeluarkan exclude. Tidak semua aspek atau bagian dari isu atau peristiwa ditampilkan , wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu
atau peristiwa. Sedangkan penonjolan aspek tertentu dari suatu isu ataau peristiwa, aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek
tertentu ditulis dati suatu peristiwa atau isu tersebut telah dipilih bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan
pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan Eriyanto, 2004 : 189.
Secara konsisten dalam pandangan Entman, konsep framing menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of
communication teks. Analisis framing dapat menjelaskan dengan cara
tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer atau komunikasi informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan,
ungkapan, news report, atau novel. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas sebuah realitas dan
membuatanya lebih menonjol dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan
yang khusus, interpretasi kasual, evaluasi moral dan atau merekomendasikan penanganannya Siahaan, 2001 : 80-81.
Dalam prosesnya framing berkaitan erat denganrutinitas dan konvensi profesionalisme jurnalistik. Proses framing tidak dapat
dipisahkan dari strategi pengolahan dan penyajian informasi dalam presentasi media. Dalam hal ini, wartawan menempati posisi strategis
untuk menyusun dan mengolah informasi. Dengan posisi ini, wartawan mengolah dan mengemas informasi sesuai dengan ideologi,
kecenderungan atau keberpihakan politik mereka. Wartawan juga dapat membatasi dan menafsirkan komentar- komentar dari sumber berita, serta
memberi porsi pemberitaan yang berbeda antara sumber berita satu dengan lainnya. Hal tersebut merupakan konsep framing yang dikemukakan oleh
Entman, framing digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dan realitas media Eriyanto, 2002 : 186.
Frame berita timbul dalam dua level, pertama konsepsi mental
yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks media, misalnya frame anti militer yang dipakai untuk melihat dan
memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian
mengenai peristiwa. 30
Menurut Entman Eriyanto, 2004 : 188-191 framing dalam berita dilakukan dengan empat cara yakni :
Tabel 2.1 :
SKEMA FRAMING
ROBERT N. ENTMAN
Define Problem Pendefinisian masalah
Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat? Atau sebagai apa?
Diagnose Causes Memperkirakan masalah atau sumber
masalah Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh
apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa
aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make Moral Judgement Membuat keputusan moral
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa
yang dipakai untuk mendelegitimasi suatu tindakan?
Treatment Recommendation Menekankan penyelesaian
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu?
Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
Sumber : Eriyanto, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002 : 188.
Menurut Robert N. Entman Eriyanto, 2001 : 20, framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni : pertama, pada identifikasi masalah
problem identification yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif dan negatif. Kedua pada identifikasi penyebab dari suatu masalah; ketiga
pada evaluasi moral moral evaluation, yaitu penelitian atas penyebab masalah. Dan keempat, saran penanggulangan masalah treatment recommendation, yaitu
menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksi hasilnya.
Konsepsi framing Entman tersebut mnggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandai oleh wartawan. Define Problem atau Problem
Identification pendefinisian masalah adalah elemen yang pertama kali dapat
dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frames atau bingkai paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami.
Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.
Diagnose Causes atau
Causal Interpretation memperkirakan
sumberpenyebab masalah, merupakan eleman framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa
what, tetapi bisa juga berarti siapa who. Bagaimana peristiwa dipahami, tentu
saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.
Make Moral Judgement Membuat keputusan moral adalah elemen
framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan,
penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan
sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. Elemen framing yang lain adalah Treatment Recommendation
menekankan penyelesaian. Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah.
Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwaa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah Eriyanto, 2001 :
190-191. 32
2.2 Kerangka Berpikir