PEMBINGKAIAN BERITA JATUHNYA PESAWAT YEMENIA AIR JENIS AIRBUS A310-300 (Analisis framing pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas tanggal 1 – 3 Juli 2009).

(1)

(Studi Analisis Framing Tentang Pembingkaian Berita Jatuhnya Pesawat Airbus A310-300 Yemenia Air Pada Surat Kabar Jawa Pos Dan Kompas)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

RECKY ADAN PERDANA NPM 0443010430

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

(Analisis Framing Pada Jawa Pos dan Kompas Tanggal 1 – 3 Juli 2009)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

RECKY ADAN PERDANA

NPM 0443010430

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(3)

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamiin, atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pembingkaian Berita Jatuhnya Pesawat Yemenia Air Airbus A310-300 Pada Surat Kabar Jawa Pos Dan Kompas”, guna melengkapi syarat wajib tugas akhir dalam menempuh program Strata Satu jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dengan selesainya skripsi ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan, petunjuk serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik khususnya kepada :

1. Kedua Orang Tuaku (Enciknda dan Alm.Ayahanda) tercinta yang telah membesarkan dan membimbing dari kecil dengan penuh kasih sayang, tak lupa juga adikku tercinta Niken AH.

2. Bapak Prof.Dr.Teguh Soedarto,MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra.Hj.Ec.Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.


(4)

6. Bapak Drs. Kusnarto, Msi selaku Dosen Wali yang selalu mendukung dan memperhatikan mahasiswa didiknya semasa kuliah hingga selesai.

7. Om Nurhidayat sekeluarga di Kupang NTT dan di Sidoarjo yang telah banyak membantu dan mendukung baik secara moril, spirituil dan materiil kepada penulis selama ini sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

8. My Sunshine Nita, yang tak hentinya memberikan dorongan dan semangat kepada penulis agar terselesaikannya skripsi ini. Semoga lekas sembuh dan bisa berkumpul lagi bersama keluarga.

9. Teman-temanku Freddy, Arman, Hendra, Yoyok, Mashudi, Arga, Om Abas sekeluarga, Om Dartono sekeluarga, Tante Erwin sekeluarga, Pakde Hari serta dukungan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu memperlancar penyelesaian skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, February 2010

Penulis


(5)

JUDUL ………..…... i

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ………..……… ii

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… viii

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……… xi

ABSTRAKSI ………. xii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 12

1.3 Tujuan Penelitian ………. 12

1.4 Manfaat Penelitian ………... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 14

2.1 Latar Belakang Masalah ……….. 14

2.1.1 Media dan Konstruksi Realitas ………...… 14

2.1.2 Ideologi Media ……… 16

2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas ………..…. 18


(6)

2.1.7 Perangkat Framing Robert N. Entman ……….. 26

2.2 Kerangka Berpikir ………... 33

BAB III METODE PENELITIAN ……… 35

3.1 Metode Penelitian ……… 35

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ……….. 36

3.3 Unit Analisis ……… 36

3.4 Populasi dan Korpus ……… 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….. 39

3.6 Teknik Analisis Data ……… 39

3.7 Langkah – Langkah Analisis Framing ………. 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 43

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 43

4.1.1 Gambaran Umum Surat Kabar Kompas ………. 43

4.1.1.1. Jaringan Distribusi ………. 48

4.1.1.2. Kebijakan Redaksional Kompas ……… 50

4.1.1.3. Profil Produk ……….. 53

4.1.2 Gambaran Umum Surat Kabar Jawa Pos ………. 55

4.1.2.1. Kebijakan Redaksional Jawa Pos ………. 61

4.1.2.2. Profil Produk ……… 63


(7)

4.2.3 Perbandingan Frame Jawa Pos dan Kompas ……….. 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 110

5.1 Kesimpulan ……….. 110

5.2 Saran ……… 111

DAFTAR PUSTAKA ………. 113

LAMPIRAN ……… 114


(8)

HALAMAN

Gambar 2.1. “Hierarchi of InflunceShoemaker dan Rease …………...…… 20


(9)

HALAMAN

Berita Jawa Pos Tanggal 1 Juli 2009 ……….. 114

Berita Jawa Pos Tanggal 1 Juli 2009 (sambungan) ……… 115

Berita Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin a ……….. 116

Berita Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin a (sambungan) ……… 117

Berita Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin b ……….. 118

Berita Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin b (sambungan) ……… 119

Berita Jawa Pos Tanggal 3 Juli 2009 ……….. 120

Berita Jawa Pos Tanggal 3 Juli 2009 (sambungan) ……… 121

Berita Kompas Tanggal 1 Juli 2009 ……… 122

Berita Kompas Tanggal 1 Juli 2009 (sambungan) ……… 123

Berita Kompas Tanggal 2 Juli 2009 poin a ……… 124

Berita Kompas Tanggal 2 Juli 2009 poin b ……… 125

Berita Kompas Tanggal 2 Juli 2009 poin b (sambungan) ……… 126

Berita Kompas Tanggal 3 Juli 2009 ……… 127


(10)

HALAMAN

Tabel 2.1. Skema Framing Robert n. Entman ……… 31

Tabel 4.1 Jaringan Wilayah Distribusi Kompas ……… 49

Tabel 4.2 Sirkulasi Kompas Per Hari ……….. 49

Tabel 4.3 Format Umum Pemberitaan Kompas ……… 54

Tabel 4.4 Format Umum Pemberitaan Jawa Pos ……….. 64

Tabel 4.5 Judul Berita Jawa Pos Tanggal 1 Juli 2009 ……… 67

Tabel 4.6 Judul Berita Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin a ……… 70

Tabel 4.7 Judul Berita Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin b ……… 73

Tabel 4.8 Judul Berita Jawa Pos Tanggal 3 Juli 2009 ……….. 76

Tabel 4.9 Frame Jawa Pos Tanggal 1 Juli 2009 ……… 78

Tabel 4.10 Frame Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin a ………. 79

Tabel 4.11 Frame Jawa Pos Tanggal 2 Juli 2009 poin b ………. 80

Tabel 4.12 Frame Jawa Pos Tanggal 3 Juli 2009 ……… 81

Tabel 4.13 Frame Umum Jawa Pos ……… 82

Tabel 4.14 Judul Berita Kompas Tanggal 1 Juli 2009 ……… 85

Tabel 4.15 Judul Berita Kompas Tanggal 2 Juli 2009 poin a ………. 88

Tabel 4.16 Judul Berita Kompas Tanggal 2 Juli 2009 poin b ……….. 91

Tabel 4.17 Judul Berita Kompas Tanggal 3 Juli 2009 ……… 94

Tabel 4.18 Frame Kompas Tanggal 1 Juli 2009 ……….. 96

Tabel 4.19 Frame Kompas Tanggal 2 Juli 2009 poin a ………. 97


(11)

(12)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena kecelakaan jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di Samudra Hindia yang dimuat pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas. Surat kabar Jawa Pos lebih menilai dari sisi kegagalan pesawat dalam melakukan pendaratan hingga melakukan manuver dan menyebabkan pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 tersebut jatuh di laut. Sedangkan frame surat kabar Kompas lebih kepada isu upaya untuk mencari korban-korban serta puing-puing pesawat.Selain itu latar belakang peneliti untuk tertarik melakukan penelitian berita yang menggunakan analisis framing ini juga menaruh perhatian pada permasalahan nilai berita kedekatannya (proximity). Salah seorang pramugari pesawat Yemenia Air maskapai Yemenia Airways asal Indonesia yang diperkirakan turut menjadi korban yang tewas jatuhnya pesawat Yemenia Air tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membangun dan mengkonstruksi berita-berita tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di perairan Samudera Hindia. Untuk itulah digunakan analisis framing sebagai metode analisis teks media. Alasan pemilihan surat kabar Jawa Pos dan Kompas selain karena adanya perbedaan sudut pandang dalam menyikapi peristiwa jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300, juga karena sama-sama surat kabar yang terbesar di Jawa Timur.

Landasan teori yang digunakan adalah konsep tentang media dan konstruksi realitas, konsep ideologi dalam media massa, model Hierarchi of Influnce, analisis framing, dan metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis framing.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 tanggal 1 – 3 Juli 2009 pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas masimg-masing memuat 4 berita dengan total 8 berita. Analisis framing ini menggunakan pendekatan Robert N. Entman, dengan mengguakan empat perangkat framing yakni Define Problem atau Problem Identification

(pendefinisian masalah), Diagnose Causes atau Causal Interpretation

(memperkirakan sumber/penyebab masalah), Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (Membuat keputusan moral), Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian).

Hasil dari analisis ini menilai yaitu pada perbedaan dalam memperkirakan sumber/penyebab masalah antara surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam memberitakan isu jatuhnya pesawat Yemenia Air. Bahwa pada surat kabar Jawa Pos Pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 yang mengangkut 142 penumpang dan 11 awak gagal mendarat pada landasan pacu lalu melakukan manuver sehingga menyebabkan pesawat terjatuh ke laut. Sedangkan pada surat kabar Kompas perkiraan sumber/penyebab masalah lebih kearah pencarian


(13)

pesawat yang jatuh dan meraih sesuatu dari puing-puing pesawat

Kata kunci : Framing, jatuhnya pesawat Yemenia Air, Jawa Pos dan Kompas


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi dari narasumber kepada khalayaknya. Sebagaimana menurut Mc Quail, dalam bukunya Mass Communication Theoris (2000 : 6), menyebutkan bahwa peran media massa sebagai Window on event and experience. Media massa dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang terjadi di luar sana. Media massa juga berperan sebagai filter atau gate keeper yang menyeleksi berbagai hal yang layak untuk diberi perhatian atau tidak. Adapun media massa dalam memilih isu, informasi atau bentuk content lainnya berdasarkan para pengelolanya. Oleh media massa, khalayak diberikan tentang informasi apa saja yang layak diketahui dan mendapat perhatian. Disinilah letak pentingnya peran media massa sebagai realitas simbolik yang dianggap merepresentasikan realitas objektif sosial dan berpengaruh pada realitas sosial dan realitas subjektif yang ada pada perilaku interaksi sosial masyarakat.

Media massa juga digunakan untuk menyampaikan pendapat atau inspirasi baik dari pihak masyarakat atau pemerintahan. Selain itu media adalah sebuah institusi wakil dari masyarakat untuk menyampaikan berbagai realitas yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Media juga merupakan suatu gambaran umum tentang banyak hal, tentang kemampuan untuk berperan


(15)

sebagai institusi yang dapat membentuk suatu opini publik, antara lain karena media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atas suatu ide atau gagasan, bahkan menjadi suatu kepentingan atau citra yang direpresentasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris. Sehubungan dengan hal tersebut, media juga dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif ataupun negatif. Tentu saja atribut- atribut normatif ini bersifat sangat relatif subjektif yang bergantung pada kepentingan apa dan siapa yang diwakilinya, meskipun seharusnya media massa bersifat objektif. Media massa berdasarkan kemungkinan yang diperankan merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan. Bahkan terlebih lagi posisi media sebagai institusi informasi dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan dalam proses-proses perubahan unsur- unsur sosial, budaya dan politik yang ada.

Media massa sebagai fungsi kontrol sosial bagi masyarakat, memiliki kekuatan yang signifikan dalam mempengaruhi khalayaknya. Adapun fungsi kontrol sosial yang dimiliki oleh media massa mempunyai kebebasan yang bertanggug jawab dalam menyampaikan serta menyebarkan informasi mengenai kebijakan pemerintah kepada setiap khalayak atau masyarakat. Tidak ada kejadian sekecil apapun yang tidak diberitakan oleh media massa , sehingga semua kejadian dipastikan dapat mempengaruhi tingkah laku atau pola pikir masyarakat dalam sebuah negara. Oleh karena itu sebagai institusi yang bergerak pada bidang informasi, dapat disebut sebagai salah satu urat nadi pemerintahan. Walaupun demikian, kebebasan dan


(16)

tanggung jawab yang dianut oleh media massa juga harus berlandaskan etika profesi dan hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan. Hal ini dapat menyebabkan media massa bukan lagi menjadi saluran yang seimbang dimana masing-masing pihak yang memiliki kepentingan dan penekanan batas dan memberikan penafsiran terhadap realitas.

Menurut Stuart Hall, logika media sebagai transaksi bebas mengandalkan semua pihak dan kelompok dalam masyarakat mempunyai posisi yang seimbang dan setara. Jikalau terjadi perebutan pemaknaan, maka perebutan itu terjadi secara tidak adil (Eriyanto, 2001 : 39). Akan tetapi mayoritas yang terjadi adalah justru sebaliknya, media massa selama ini dikuasai oleh kelompok dominan dalam masyarakat. Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. Pada praktiknya apa yang disebut sebagai kebenaran sebuah realita ternyata sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan survival media itu sendiri, baik dalam pengertian bisnis maupun politis. Seperti dalam ungkapan Budi Susanto (1992 : 62) “kebenaran milik perusahaan” atau bahakan kelompok dominan tertentu yang menjadi penentu atau acuan untuk kebenaran- kebenaran lainnya. Atas kebenaran milik perusahaan itulah realitas yang ditampilkan oleh media bukan sekedar realitas yang tertunda melainkan juga realitas yang tersunting. Sehingga di balik sebuah realitas yang tersunting ini juga terdapat pemilihan atas fakta atau informasi yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebarluaskan.


(17)

Media tidak hanya menentukan realitas macam apa yang akan mengemuka, namun juga siapa yang layak dan tidak layak masuk dalam realitas itu. Dalam hal ini, media menjadi sebuah kontrol yang bukan lagi semata-mata sebagaimana yang dicita-citakan, yakni “…kontrol, kritik dalam koreksi pada setiap bentuk kekuasaan agar kekuasaan selalu bermanfaat…” (Leksono, 1998 : 24) tetapi kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan mengatur isi pikiran dan keyakinan-keyakinan masyarakat itu sendiri (Sobur, 2003 : 114).

Dalam perkembangannya, media massa terutama surat kabar telah mengalami kemajuan yang sangat pesat saat ini. Terbukti bahwa tampak banyaknya jumlah dan beragamnya jenis surat kabar yang beredar di masyarakat. Hal ini menuntut setiap penerbit surat kabar untuk selalu berupaya meningkatkan kualitas isi dan penampilan surat kabarnya. Masing-masing penerbit surat kabar bersaing untuk merebut perhatian pembacanya dengan menampilkan beragam informasi yang disukai oleh pembaca. Surat kabar tidak lagi hanya dikenal sebagai media informasi yang hanya menyajikan berita-berita aktual dan akurat saja, akan tetapi mulai tampak adanya unsur-unsur bisnis dan iklan yang tentu saja sebagai penunjang perusahaan surat kabar agar tetap bertahan.

Surat kabar sebagai media massa cetak didefinisikan sebagai media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata-kata, gambar, dan foto. Media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman


(18)

peristiwa yang ditangkap oleh seorang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, dan foto (Kasali, 1992 : 9).

Surat kabar hadir disebabkan oleh kebutuhan akan informasi dan komunikasi. Peranan surat kabar dalam menyampaikan pesan-pesan pada masyarakat luas menjadi sangat penting, sehingga apabila sehari saja mereka tidak membaca akan sangat kehilangan (Yusuf, 1990 : 5). Seberapa penting arti keberadaan surat kabar dinilai berbeda-beda oleh tiap-tiap orang, dimana kebutuhan informasi setiap orang dan setiap kelompok masyarakat tidaklah sama. Keingintahuan orang dan masyarakat tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangan dan dipengaruhi oleh pendidikan, lingkungan masyarakat, pekerjaan, dan pergaulan (Oetama, 1987: 120-121). Namun ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini, banyak media cetak lebih mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah objektifitas pemberitaan pun menjadi perdebatan klasik dalam studi media.

Berikut salah satu perdebatan yang mewakili dua pandangan pro dan kontra objektifitas pemberitaan adalah John C, Merril dan Everette E. Dennis. Merril berpendapat bahwa jurnalisme yang objektif adalah mustahil. Semua karya jurnalistik pada dasarnya subjektif, mulai dari proses pencarian berita, peliputan, penulisan sampai penyuntingan berita. Nilai-nilai subjektif wartawan ikut mempengaruhi semua proses kerja jurnalistik. Sebaliknya menurut Dennis bahwa, jurnalisme objektif bukan sesuatu yang mustahil, karena semua proses kerja jurnalistik pada dasarnya dapat diukur dengan nilai-nilai objektif, misalnya memisahkan fakta dan opini, menghindari


(19)

pandangan emosional dalam melihat peristiwa dan memberikan prinsip keseimbangan dan keadilan,serta melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya bahwa jurnalisme akan objektif mungkin jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi subjektifitas wartawan maupun redaktur. (Siahaan, 2001 : 60)

Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media cetak melakukan penonjolan- penonjolan terhadap suatu berita. Dalam mengambil keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkantentu melibatkan nilai dan idiologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. (Sobur, 2004 : 163)

Ketika produksi media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya merupakan hasil sebuah ”rekonstruksi realita”. Bahwa peristiwa yang disaksikan atau dialami reporter dan juru kamera diproses melalui editing dan reediting, penyuntingan dan penyuntingan lagi, baik reporter dan juru kamera maupun editor dan redaktur atau pemimpin redaksi. Suatu proses yang cukup unik meskipun berlangsung dengan cepat. Ini yang disebut sebagai proses rekonstruksi atau realita.(Pareno, 2005 : 4)

Tidak setiap informasi mengandung dan memiliki nilai berita. Setiap informasi yang tidak memiliki nilai berita, menurut pandangan jurnalistik tidak layak untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan oleh media massa. Hanya informasi yang memiliki nilai berita, atau membawa banyak manfaat kepada khalayak yang patut mendapatkan perhatian dari media.


(20)

Seperti yang dikatakan oleh Assegaff dalam buku Sumandria, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staff redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. (2005 : 65)

Dalam hal ini peneliti memilih dan menggunakan metode analisis

framing sebagai metode penelitian untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi sebuah isu dan menulis sebuah berita. Sebagai analisis teks media, framing

merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap fakta. Melalui model analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa yang diuntungkan dan yang dirugikan, dan seterusnya. (Eriyanto, 2004 : iv). Dengan menggunakan metode analisis framing diharapkan sebuah realitas akan dapat terbongkar, selain itu untuk mengetahui bagaimana pembingkaian sebuah berita oleh sebuah media ke dalam bentuk frame sehingga menghasilkan konstruksi makna berita yang spesifik.

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagaimana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan


(21)

hendak dibawa kemana berita tersebut, mengkonstruksi tentang realitas suatu peristiwa. (Eriyanto, 2005 : 224)

Guna membuat informasi menjadi lebih bermakna, sebuah media cetak biasanya melakukan penonjolan- penonjolan terhadap suatu berita. Nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah media tak lepas dalam keterlibatan pengambilan keputusan mengenai sisi-sisi mana yang akan ditonjolkan. (Sobur, 2001 : 163)

Sehingga realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempunyai khalayak dalam memahami realitas. Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana (Sobur, 2001 : 164). Misalnya dengan penempatan mencolok (sebagai headline, di depan atau di belakang), pengulangan, pemakaian grafis, untuk mendukung, memperkuat, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Perangkat framing yang digunakan peneliti dalam memframingkan berita jatuhnya pesawat Airbus A310-300 milik maskapai Yemenia Air di Samudra Hindia ini, menggunakan perangkat framing Robert M. Entman. Karena dalam perangkat framing Entman menyebutkan bahwa framing seleksi atau berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa tersebut lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi, dalam khalayak hal itu berarti


(22)

menyajikan secara khusus definisi dari suatu masalah (Define problems atau

identification), interpretasi sebab akibat (Diagnose cause atau causal interpretation), evaluasi moral (Make moral judgement), dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah tersebut digambarkan (Treatment recommendation). Dari pengertian di atas, framing menurut Entman pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan oleh sebuah media. (Entman dalam Dennis McQuail, 2002)

Antara media satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan dalam membingkai atau mengkonstruksi suatu realita. Meskipun peristiwanya sama tetapi dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan oleh media itu membentuk perbedaan konstruksi. Seperti halnya harian Kompas dan Jawa Pos yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis framing. Kedua harian ini memiliki cara pandang berbeda dalam menyeleksi suatu isu dan menulis berita mengenai jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 pada tanggal 1 s/d 3 Juli 2009. Dalam hal ini subjek penelitian adalah surat kabar Kompas dan Jawa Pos, sedangkan objek dalam penelitian ini yakni berita tentang jatuhnya pesawat Airbus A310-300 milik maskapai Yemenia Air.

Surat kabar Kompas dipilih karena Kompas merupakan harian yang bersifat nasional, paling prestisius dan paling laku di Indonesia, lebih dari setengah juta copy terjual setiap harinya. Kompas juga merupakan surat kabar


(23)

yang berkualitas dan terbesar di Asia Tenggara. Sebagai surat kabar yang terbesar dan terlaris di Indonesia, kompas juga merupakan surat kabar yang berusaha menjadi perwujudan dari aspirasi dan cita-cita bangsa secara positif. Hal ini dapat dilihat dari bagian kompas membingkai suatu isu tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air, menonjolkan aspek-aspek tertentu, menyoroti tentang kronologis peristiwa kecelakaan pesawat tersebut. Sesuai dengan visinya Kompas yakni manusia dan kemanusiaan, sehingga harian ini berusaha untuk senantiasa peka akan nasib manusia dan berpegang pada ungkapan klasik dalam jurnalistik yaitu menghibur yang papar dan mengingatkan yang mapan.

Surat kabar Kompas sangat diakui keberadaannya di Indonesia dan dengan tegas dinyatakan sebagai surat kabar yang independent atau nonpemerintah. Dalam menulis realitas Kompas termasuk media yang menganut sistem both side cover yang artinya menyajikan dua sisi yang berbeda. Kompas bersifat histories, maksudnya laporan itu tidak berarti kelengkapan fakta, melainkan juga mempertajam fakta dengan data-data dan nilai-nilai histories, dengan laporan semacam itu Kompas akan membantu pembacanya untuk mempertimbangkan fakta yang dihadapinya, tidak hanya berdasarkan pengalaman dan kebudayaan masa kini tapi juga berdasarkan pengalaman dan ingatan histories. Selain itu Kompas memiliki reputasi ke dalam analitis dengan gaya penulisan yang rapi.

Sedangkan pemilihan surat kabar Jawa Pos dikarenakan Jawa Pos merupakan surat kabar pertama dan sampai sekarang satu-satuya yang


(24)

berkembang menjadi konglomerat pers melalui konsentrasi secara eksklusif di pasar propinsi. Jawa Pos juga memiliki misi idiil dan misi bisnis sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup perusahaan. Pemberitaan Jawa Pos beritanya lebih condong sebagai “perpanjangan tangan pemerintah” yang artinya selalu memberikan informasi dari pihak pemerintah, dampak yang ditimbulkan, dan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah terkait. Salah satu sarana yang dipakai oleh media massa dalam mengkonstruksi realitas, adalah menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi berita. Akan tetapi bagi media massa, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untyuk menyampaikan fakta, namun juga menentukan gambaran/citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik. Gaya bahasa yang digunakan pun cenderung bersifat informatif dan terkesan sebagai “juru bicara” pemerintah, artinya pemilihan kata-kata serta alur cerita yang dibawakan memiliki tujuan agar rakyat mengetahui tujuan dari pemerintah. Dari sisi pemberitaan, Jawa Pos cukup berimbang antara pihak pemerintah dan masyarakat, namun berbeda dengan surat kabar Kompas yang pemberitaannya lebih terkesan menyudutkan pemerintah dalam setiap edisinya. Kesan tersebut tampak dari penggunaan gaya bahasa, serta pemilihan judul yang digunakan, sehingga mengakibatkan pemberitaan Kompas kurang berimbang.

Alasan pemilihan berita karena adanya perbedaan pemberitaan antara kedua media tersebut yang sangat menonjol. Seperti yang diberitakan oleh surat kabar Kompas mengenai peristiwa yang sama yaitu mengenai jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 pada tanggal 1 Juli 2009. Pada


(25)

surat kabar Kompas menyebutkan penyebab terjadinya musibah karena adanya cuaca buruk di atas perairan Samudra Hindia, menonjolkan aspek-aspek tertentu, menyoroti tentang kronologis peristiwa serta menjelaskan secara detil perkiraan penyebab jatuhnya pesawat Yemenia Air yang dikarenakan cuaca buruk.

Pada surat kabar Jawa Pos memberitakan peristiwa yang sama yakni jatuhnya pesawat Yemenia Air pada tanggal 1 Juli 2009. isu yang ditonjolkan oleh surat kabar Jawa Pos adalah kegagalan pesawat mendarat lalu melakukan manuver belok tapi kemudian jatuh ke laut.

Adanya perbedaan surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam mengkonstruksi atau membingkai berita dikarenakan adanya perbedaan cara pandang wartawan dari masing-masing media dalam mempersepsi suatu peristiwa. Perbedaan dari cara kedua harian tersebut mengemas berita disebabkan adanya perbedaan kebijakan redaksi dan juga perbedaan visi misi dari masing-masing, akan diloloskan. Sebaliknya jika tidak sejalan apalagi menghalangi, maka tidak akan diloloskan. (Pareno, 2005 : 5)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti yakni :

“Bagaimana surat kabar Jawa Pos dan Kompas dalam membingkai berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300?”


(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah kajian dalam bidang Ilmu Komunikasi menggunakan metode kualitatif dan analisis framing pada khususnya. Dan memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori khusus teori komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing, sebagai fenomena komunikasi yang memiliki signifikasi, teoritis, metodologis dan praktis pada studi analisis framing yang sedang berkembang pada disiplin Ilmu Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran pada pihak-pihak terkait, surat kabar Jawa Pos dan Kompas khususnya dalam hal membingkai, mengkonstruksi suatu realita. Serta pada mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang tertarik untuk mempelajari framing.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Latar Belakang Masalah

2.1.1 Media dan Konstruksi Realitas

Realitas menurut Berger tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda atau plural. Setiap orang mempunyai konstruksi berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalaman, prefensi, pendidikan tertentu, dan lingkunagn pergaulam atau sosial tertentu akan menafsirkanrealitas sosial itu dengan konstruksi masing-masing. (Eriyanto, 2005 : 34-36 &15).

Isi media merupakan hasil dari para pekerja dalam mengkonstruksi berbagai realitas yang dipilihnya untuk dijadikan sebagai sebuah berita, diantaranya realitas politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa- peristiwa, maka dapat dikatakan bahwa seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksi

(constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita (Tuchman dalam Sobur, 2001 : 83).

Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap


(28)

dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa, lewat bahasa, lewat pemberitaan pula, media dapat membingkai dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto, 2004 : 24).

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan menggunakan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan hanya sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang diciptakan leh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya. (Sobur, 2001 : 88)

Penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhaadap kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan menurut Hamad dalam Sobur (2001 : 90) bahasa bukan Cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas.

Dalam konstruksi realitas, bahas adapat dikatakan sebagai unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi media (Sobur, 2001 : 91).


(29)

2.1.2 Ideologi Media

Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada pembaca. Hal ini disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kesadaran pada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for garnted. Ideologi dari kelompok dominant hanya efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang dominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. Disini Van Dijk, dapat menjelaskan fenomena apa yang disebut sebagai “kesadaran palsu”, bagaimana kelompok dominan memanipulasi ideologi kepada kelompok yang tidak dominan melalui kampanye disinformasi, melalui kontrol media dan sebagainya (Eriyanto, 2004 : 13).

Pertimbangan ideologi suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati. Tetapi pertimbangan idiologis itu bukan hanya agama, melainkan juga nilai-nilai yang dihayati, seperti kemanusiaan, kebangsaan, dan sebagainya. Setiap kali terjadi peristiwa


(30)

yang terkait dengan nilai-nilai tersebut, maka hal itu menjadi dasar pertimbangan untuk menyiarkan suatu berita (Tebba, 2005 : 152).

Dalam produksi berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan atau bahkan media yang bersangkutan . Ideologi ini menetukan aspek fakta dipilih dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak dan memasukkan opininya pada berita semua itu dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita-beritanya (Eriyanto, 2004 : 90).

Bahasa ternyata tidak pernah lepas dari subjektifitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas dengan mengetahui bahasa yang digunakan dalam berita, pada saat itu juga kita menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan. Pada kenyataannya berita di media massa tidak pernah netral dan objektif. Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan mediapun selalu dapat ditemukan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemihakan media pada salah satu kelompok atau ideologi tertentu. Walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu.


(31)

Artinya ideologi wartawan dan media yang bersaangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan media merupakan inti instrument ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral dimana sebagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subjek yang mengkonsumsi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disampaikan pada masyarakat (Eriyanto, 2004 : 92).

2.1.3 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Berita adalah laporan tentang sesuatu yang baru dan menarik (perhatian) audience tertentu, apakah dalam lingkup dunia, Negara, atau lainnya. Berita merupakan nyawa dari media massa. Keberadaan media massa baik pada awal kelahirannya, masa perkembangannya maupun sampai di era kejayaannya sekarang ini sehingga memasuki era informasi, bukan saja penting tetapi sangat menentukan arah peradaban manusia (Pareno, 2005 : 2).

Berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suau berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita (Tebba, 2005 : 55).

Peristiwa – peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tentunya melalui proses penyeleksiaan terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi criteria kelayakan informasi yang akan menjadi berita.


(32)

Peristiwa yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004 : 26).

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atau suatu realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2004 : 3).

Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai oleh media secara baik oleh masing – masing media (Sobur, 2001 : vi), hal ini terkait dengan visi, misi, dan ideologi yang dipakai oleh masing – masing media. Sehingga kadangkala dari hasil pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa (jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu). Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan dalam masyarakat, dalam banyak hal tergantung pada etika, moral, dan nilai-nilai. Aspek-aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.


(33)

2.1.4 Kecenderungan Hierarchi of Influnce

Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan- pelapisan yang melingkupi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Rease membuat model “Hierarchi of Influnce” yang menjelaskan hal ini :

1. Tingkat individual 2. Tingkat rutinitas media 3. Tingkat organisasi 4. Tingkat ekstramedia 5. Tingkat ideologis

Gambar 2.1 :

Hierarchi of Influnce” (Shoemaker dan Rease dalam Sobur 2002 : 138).

1. pengaruh individu-individu pekerja media. Dia diantaranya adalah pekerja komunikasi, latar belakang personal dan professional

2. pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk tenggat (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), struktur piramida terbalik dalam


(34)

penulisanberita dan kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

3. pengaruh organisasional, salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari keuntungan meteriil. Tujuan – tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan

4. pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi

public relation dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.

5. pengaruh ideologi. ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat (Shoemaker dan Rease dalam Sobur, 2002 : 138-139).

Pokok perhatian dalam studi mengenai teks atau isi media dan merupakan tingkatan yang paling menyeluruh adalah idiologi. Begitu pula para pekerja media, praktisi dan hubungan-hubungannya dapat berfungsi secara idiologis (Sobur, 2002 : 139).

2.1.5 Framing Termasuk Paradigma Konstruksionis

Analisis framing adalah salah satu analisis teks yang termasuk dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari


(35)

konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma ini adalah menemukan bagaimana cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini sering disebut sebagai paradigma produksi dan peraturan makna. Yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tetapi bagaimana masing – masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada. Fokus dari pendekatan ini adalah bagaimana pesan politik dibuat atau diciptakan oleh individu sebagai penerima.

Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama, pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan disisi komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai mirror of reality yang menampilkan fakta apa adanya. Dalam menyampaikan pesan, seseorang menyusun cerita tertentu atau merangkai ucapan tertentu dalam


(36)

memberikan pemaknaan tersendiri terhadap suatu peristiwa dalam konteks pengalaman, pengetahuannya sendiri (Eriyanto, 2005 : 39-41).

2.1.6 Analisis Framing

Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1995 (Sudibyo dalam Sobur, 2004 : 161).pada awalnya frame

dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standart untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974) yang mengendalikan frame sebagai kepingan – kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2001 : 162).

Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologi). Dalam prakteknya analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep – konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi (Sudibyo dalam Sobur, 2004 : 162).

Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas


(37)

(peristiwa, aktor, kelompok, atau apa sajalah) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2004 : 3).

Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain

framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut (Sobur, 2004 : 162).

Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realisasi dibingkai oleh media. Dengan demikian realisasi sosial dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen tersebut menandakan bagaimana peristiwa dan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan suatu peristiwa kepada pembacanya (Eriyanto, 2004 : vi).

Dalam proses framing, berkaitan erat dengan rutinitas dan konvensi professional jurnalistik. Proses framing tidak dapat dipisahkan dari strategi pengolahan dan penyajian informasi dalam presentasi media. Dalam hal ini wartawan menempati posisi strategis untuk menyusun dan mengolah informasi. Dengan posisi ini, wartawan mengolah dan


(38)

mengemas informasi sesuai dengan idiologi, kecenderungan ataupun keberpihakan politik mereka. Wartawan juga dapat membatasi dan menafsirkan komentar-komentar sumber berita, serta memberi porsi pemberitaan yang berbeda antara sumber berita dengan sumber berita lainnya. Hal ini senada dengan konsep framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas media (Eriyanto, 2004 : 186).

Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi besar dari pada isu yang lain. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.

Frame timbul dalam dua level, pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata citra dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar tertentu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang menonjol atau menghubungkan bagian lain dalam teks


(39)

berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan lebih mempengaruhi khalayak (Eriyanto, 2002 : 189).

Framing dalam prakteknya dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok, menempatkan di headline, halaman depan atau bagian belakang, pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau suatu peristiwa yang diberitakan. Penonjolan didefinisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna dan berkesan. Pada dasarnya penonjolan tersebut tidaklah dimaknai sebagai bias, tetapi secara ideoligis sebagai strategi wacana, upaya menyuguhkan pada public tentang pandangan tertentu agar pandangan tersebut dapat diterima oleh khalayak. Salah satu yang menjadi prinsip analisis framing

adalah wartawan bisa menerapkan standart kebenaran, serta batasan-batasan tertentu dalam mengolah dan menyuguhkan berita (Sobur, 2004 : 86).

2.1.7 Perangkat Framing Robert N. Entman

Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan yakni model Robert N. Entman. Dimana Entman menyebutkan bahwa framing merupakan seleksi atas berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa tersebut lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi. Dalam banyak hal


(40)

ini berarti menyajikan secara khusus definisi dari suatu masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah tersebut digambarkan. Dari pengertian ini, framing pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan (Entman dalam Dennis McQuail, 2002).

Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi media. Konsep framing oleh Entman digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi- informasi dalam konteks yang khas sehingga peristiwa tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada peristiwa yang lain. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang ditonjolkan atau dianggap penting oleh pembuat teks (Eriyanto, 2004 : 186).

Berbagai bentuk penonjolan bisa beragam menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Dengan bentuk seperti itu sebuah ide atau gagasan dari informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak (Eriyanto, 2004 : 185).


(41)

Menurut Entman, frames menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama jurnalis membangun frame berita.dalam konteks tersebut menurut Entman, framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak. Entman menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks. Namun Entman menyayangkan banyak teks berita dalam merefleksikan permainan kekuasaan dan batas wacana atas sebuah isu, memperlihatkan homogenitas framing pada satu tingkat analisis dan belum mempersaingkannya dengan framing lainnya.

Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana seperti penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu dari


(42)

konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak (Eriyanto, 2004 : 187).

Seleksi isu aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta, dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian-bagian berita yang dimasukkan (include). Tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (exclude). Tidak semua aspek atau bagian dari isu atau peristiwa ditampilkan , wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu atau peristiwa. Sedangkan penonjolan aspek tertentu dari suatu isu ataau peristiwa, aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu ditulis dati suatu peristiwa atau isu tersebut telah dipilih bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan (Eriyanto, 2004 : 189).

Secara konsisten dalam pandangan Entman, konsep framing menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of communication teks. Analisis framing dapat menjelaskan dengan cara tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer (atau komunikasi) informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan, ungkapan, news report, atau novel. Membuat frame adalah menyeleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas sebuah realitas dan membuatanya lebih menonjol dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan


(43)

yang khusus, interpretasi kasual, evaluasi moral dan atau merekomendasikan penanganannya (Siahaan, 2001 : 80-81).

Dalam prosesnya framing berkaitan erat denganrutinitas dan konvensi profesionalisme jurnalistik. Proses framing tidak dapat dipisahkan dari strategi pengolahan dan penyajian informasi dalam presentasi media. Dalam hal ini, wartawan menempati posisi strategis untuk menyusun dan mengolah informasi. Dengan posisi ini, wartawan mengolah dan mengemas informasi sesuai dengan ideologi, kecenderungan atau keberpihakan politik mereka. Wartawan juga dapat membatasi dan menafsirkan komentar- komentar dari sumber berita, serta memberi porsi pemberitaan yang berbeda antara sumber berita satu dengan lainnya. Hal tersebut merupakan konsep framing yang dikemukakan oleh Entman, framing digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dan realitas media (Eriyanto, 2002 : 186).

Frame berita timbul dalam dua level, pertama konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks media, misalnya frame anti militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa.


(44)

Menurut Entman (Eriyanto, 2004 : 188-191) framing dalam berita dilakukan dengan empat cara yakni :

Tabel 2.1 :

SKEMA FRAMING

ROBERT N. ENTMAN

Define Problem

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat? Atau sebagai apa?

Diagnose Causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement

(Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Sumber : Eriyanto, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002 : 188.

Menurut Robert N. Entman (Eriyanto, 2001 : 20), framing dalam berita dilakukan dengan empat cara, yakni : pertama, pada identifikasi masalah (problem identification) yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif dan negatif. Kedua pada identifikasi penyebab dari suatu masalah; ketiga pada evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penelitian atas penyebab masalah. Dan keempat, saran penanggulangan masalah (treatment recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang kala memprediksi hasilnya.

Konsepsi framing Entman tersebut mnggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandai oleh wartawan. Define Problem atau Problem


(45)

Identification (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frames atau bingkai paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

Diagnose Causes atau Causal Interpretation (memperkirakan sumber/penyebab masalah), merupakan eleman framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa

(what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

Elemen framing yang lain adalah Treatment Recommendation

(menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwaa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2001 : 190-191).


(46)

2.2 Kerangka Berpikir

Pada dasarnya pekerjaan sebuah media adalah sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang telah tersedia, yang tinggal diambil oleh wartawan. Sebaliknya semua pekerjaan jurnalis pada dasarnya adalah agen yakni bagaimana peristiwa yang acak, kompleks disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu berita. Wartawanlah yang akan mengurutkan, membuat teratur, menjadi mudah dipahami, dengan memilih aktor- aktor yang diwawancarai sehingga ia membentuk suatu kisah yang dibaca oleh khalayak.

Penelitian ini berangkat dari pengemasan berita-berita dari surat kabar Jawa Pos dan Kompas pada edisi tanggal 1-3 Juli 2009 mengenai jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di perairan Samudra Hindia pada selasa 30 Juni 2009. Peristiwa tersebut diberitakan oleh beberapa media dengan gencar. Tak terkecuali surat kabar terbesar nasional yakni harian Kompas yang beberapa kali mengangkat berita kecelakaan jatuhnya pesawat Yemenia Air tersebut sebagai headline. Begitu juga harian Jawa Pos yang juga menempatkan berita ini sebagai headline dalam beberapa edisinya.

Headline atau berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi sebuah surat kabar adalah yang paling penting dari semua berita yang disajikan dalam surat kabar hari itu (Soehoet, 2002 : 27).

Berita yang merupakan hasil konstruksi realitas dari sebuah proses manajemen redaksional ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya. Berita


(47)

tidaklah mencerminkan realitas sosial yang direkamnya. Berita yang ada di media dapat memberikan realitas yang sama sekali berbeda dengan realitas sosialnya.

Demikian halnya dengan berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di harian Kompas dan Jawa Pos akan memiliki sudut pandang yang berbeda pula dalam pemberitaanya masing- masing mengenai realitas yang sama. Khususnya terhadap pemberitaan jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 yang memakan banyak korban, salah satunya yakni pramugari Yemenia Air yang berasal dari Indonesia.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitaas (peristiwa, aktor, kelompok dan lain sebagainya) dikonstruksi media dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, luput atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto, 2004 : 3).

Analisi framing mempunyai asumsi wacana media massa mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan apa yang penting atau signifikan bagi public dari bermacam-macam isu dan persoalan yang hadir dalam wacana publik. Framing secara umum dirumuskan sebagai proses penyeleksian dan penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas yang tergambar dalam teks komunikasi dengan tujuan agar aspek itu menjadi lebih noticeable, meaningfull dan memorable bagi khalayak.

Pada dasarnya analisis framing terdapat instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk mengkonstruksi sebuah


(49)

wacana berita dengan melakukan penonjolan- penonjolan tertentu, metode analisis framing sangat tepat digunakan untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam pemberitaannya.

Pada penelitian ini yang akan dijelaskan adalah bagaimana cara media, dalam hal ini yakni surat kabar Kompas dan Jawa Pos dalam membingkai atau mengkonstruksi berita-berita mengenai jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 yang meliputi penyeleksian isu dan penonjolan dalam aspek-aspek tertentu, penulis berita ini meliput bagaimana cara wartawan dalam penyusunan fakta, mengisahkan fakta dan menekankan fakta dengan menggunakan teknik penelitian metode analisis framing milik Robert N. Entman.

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar harian Kompas dan Jawa Pos. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah berita-berita tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di perairan Samudra Hindia pada edisi tanggal 1-3 Juli 2009.

3.3 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah unit

reference, yaitu unit yang digunakan untuk menganalisis kalimat dan kata yang dimuat di dalam teks berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di harian Jawa Pos dan Kompas.


(50)

Analisis teks media dengan melihat hubungan antara kalimat, penulisan kalimat, penulisan nara sumber, penulisan latar, penggunaan foto, penggunaan gaya bahasa untuk mengungkapkan pemaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh media (Jawa Pos dan Kompas) dalam melihat suatu peristiwa, yaitu berita tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di perairan Samudra Hindia.

3.4 Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah semua berita yang memuat tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 yang terbit pada edisi tanggal 1-3 Juli 2009 di harian Jawa Pos dan Kompas.

Korpus adalah himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama dan karena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam. Sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak belakang dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang bersangkutan, kelebihannya adalah bahwa dalam mendekati teks kita tidak didahului oleh anggapan atau interpretasi tertentu sebelumnya (Arkoun dalam harmadi, 2005 : 43-44).

Korpus dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300. Pada penelitian ini korpus


(51)

yang diperoleh pada harian Jawa Pos yang memberitakan tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 yang memuat judul pemberitaan antara lain :

1. Pada tanggal 01 Juli 2009 Jawa Pos menurunkan judul pemberitaan “Airbus Jatuh Balita Selamat”.

2. Pada tanggal 02 Juli 2009 Jawa Pos menurunkan dua judul pemberitaan yakni :

a. “Merangkul Puing di Laut Selama 13 Jam”

b. “Richa, Gadis Magetan Korban Jatuhnya Pesawat Yemenia di Samudra Hindia”.

3. Pada tanggal 03 Juli 2009 Jawa Pos menurunkan judul pemberitaan “Yemenia Tawarkan Kompensasi Rp 280 Juta”.

Sedangkan pada surat kabar Kompas memberitakan tentang jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 memuat judul pemberitaan antara lain :

1. Pada tanggal 01 Juli 2009 Kompas menurunkan judul pemberitaan “Kecelakaan Pesawat Yemenia Jatuh, 152 Tewas”.

2. Pada tanggal 02 Juli 2009 Kompas juga menurunkan dua judul pemberitaan yakni :

a. “Musibah Pesawat Pramugari Indonesia Ikut Tewas”. b. “Korban Yemenia Terapung di Laut, Bahia Selamat”.

3. Pada tanggal 03 Juli 2009 Kompas menurunkan judul pemberitaan “Bahia Bertemu Keluarga, Korban Lain Belum Ditemukan”.


(52)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari sumber data dan jenis data primer berupa berita yang dimuat surat kabar Jawa Pos dan Kompas pada tanggal 1-3 Juli 2009. data yang dimaksudkan adalah berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300. selain itu dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari informasi-informasi yang relevan dari buku dan surat kabar yang digunakan untuk menambah perspektif kajian analisis peneliti dalam upaya menjawab permasalahan penelitian.

Data-data sekunder penelitian ini diperoleh dari literatur dan sumber data surat kabar yang merupakan informasi-informasi tambahan dilakukan dengan cara studi kepustakaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan teknik atau upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang akan diteliti dan menyajikan sebagai temuan orang lain.

Peneliti menggunakan teknik analisis framing sebagai teknik dalam menganalisa data penelitian ini. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif media atau cara pandang yang


(53)

digunakan oleh wartawan media ketika menyeleksi isu dan menuliskan fakta.

Analisis yang digunakan adalah analisis framing milik Robert N. Entman yang menggunakan empat cara untuk teknik analisanya. Pertama,

Problem Identification yaitu bagaimana media mengidentifikasi masalah. Dimana peristiwa tersebut dilihat sebagai apa oleh media. Kedua, Causal Interpretation yaitu bagaimana media mengidentifikasi masalah yakni siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah dalam peristiwa yang diberitakan. Ketiga, Moral Evaluation yaitu bagaimana media melakukan penilaian atas penyebab suatu masalah dan keempat, bagaimana cara penanganan suatu masalah atau Treatment Recommendation yaitu bagaimana media menawarkan dan merekomendasikan suatu cara penanganan masalah dan bahkan memprediksi hasilnya.

Berita-berita mengenai berita kecelakaan jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 dianalisa berdasarkan model framing dari Entman.

3.7 Langkah – Langkah Analisis Framing

Dengan menggunakan perangkat framing model Robert N. Entman peneliti hendak menguraikan berita-berita yang memuat berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di surat kabar Jawa Pos dan Kompas, dengan langkah – langkah sebagai berikut :


(54)

1. Pertama, peneliti mengumpulkan semua berita-berita yang memuat berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 dari surat kabar Jawa Pos dan Kompas pada tanggal 1-3 Juli 2009. Yang kemudian membuat kerangka framingnya berdasarkan model Robert N. Entman.

2. Kedua, melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut yang kemudian membuat interpretasi- interpretasi terhadap berita-berita tersebut berdasar model Robert N. Entman yang meliputi empat struktur besar yaitu pertama, Define Problem atau Problem Identification, kedua, Diagnose Causes, ketiga, Make Moral Judgement, keempat, Treatment Recommendation. Secara operasional dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Define Problem atau Problem Identification (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frames atau bingkai paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda, dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

b. Diagnose Causes atau Causal Interpretation (memperkirakan sumber/penyebab masalah), merupakan eleman framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti


(55)

siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

c. Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

d. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwaa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2001 : 190-191).


(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Surat kabar Kompas

Surat kabar Kompas terbit pertama kali pada hari Sabtu tanggal 28 Juni 1965, dengan berdasarkan keputusan Menteri Penerangan No. 003/VSK/DPHM/SIT/1965 tertanggal 9 Juni 1965. Pada mulanya surat kabar ini oleh para pendirinya “Kalangan Aktivis Partai Katholik” direncanakan bernama “Bentara Rakyat”, dimaksudkan sebagai penegasan diri sebagai pembela rakyat yang sebenarnya. Namun ketika Frans Seda menghadap presiden untuk melaporkan pendirian surat kabar ini, Presiden Soekarno memberikan hadiah nama “Kompas” untuk orang-orang muda diantaranya adalah P.K.Ojong, Jakob Oetama, August Parengkuan serta Indra Gunawan. Oleh PKI namanya diplesetkan menjadi “Komando Pastor” atau “Komando Pak Seda” sebab tokoh-tokoh berdirinya berasal dari golongan Katholik.

Hingga tahun 1972, dengan tenaga kerja tak lebih dari 10 orang di bagian redaksi dan bisnis, Kompas bertempat di Jalan Pintu Besar Selatan 86-88, yang berbagi ruang dengan majalah Intisari, namun kemudian pindah ke Jalan Palmerah Selatan 22-26. Undang-undang Pokok Pers tahun 1982 dan ketentuan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers, mewajibkan penerbit pers harus berbadan hukum. Oleh karena itu sejak tahun 1982


(57)

penerbit Kompas bukan lagi “Yayasan Bentara Rakyat” melainkan berganti menjadi “PT. Kompas Media Nusantara”.

Pada masa awal berdirinya Kompas dicetak di Percetakan Negara Eka Grafika di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Semula surat kabar ini hanya dicetak sebanyak 4.800 eksemplar per hari, dengan tebal hanya empat halaman. Setelah satu bulan dicetak di PN Eka Grafika, harian ini kemudian dicetak di Percetakan Masa Merdeka milik BM Diah yang terletak di Jalan Sangiaji Jakarta. Percetakan milik BM Diah ini kondisinya lebih baik karena sudah menggunakan mesinrotasi, sehingga daya cetaknya lebih cepat. Oplah Kompas pun naik menjadi berkisar 8000-an eksemplar per hari, padahal peredaran Kompas pada masa awal berdirinya masih berkisar di kalangan Katholik saja.

Pada tanggal 6 Oktober 1965 malam, pada saat sirat kabar ini akan dicetak, tiba-tiba Kompas mendapat larangan untuk meneruskan kegiatannya. Larangan ini dikeluarkan oleh Penguasa Pelaksana Perang Daerah (Pepelrada), sehubungan dengan adanya pemberontakan G 30 S/PKI. Kompas baru boleh kembali terbit oleh Pepelrada setelah tanggal 6 Oktober 1965. pada masa itu banyak surat kabar yang ditutup, terutama surat kabar yang condong kepada PKI. Salah satu surat kabar yang tidak boleh terbit itu dicetak di PT. Kinta, sebuah percetakan paling modern pada saat itu, karena terdapat kekosongan, maka Kompas boleh terbit lagi dengan menggunakan PT.Kinta sebgai percetakannya.


(58)

Pada perkembangan selanjutnya, Kompas terbit dengan empat halaman setiap harinya dengan oplah yang terus meningkat hingga mencapai 15.000 eksemplar. Sejak saat itulah oplah Kompas erus meningkat, hingga pada tahun 1972 harian ini telah memiliki percetakan sendiri yang diberi mana PT.Gramedia.

Kompas tercatat pernah sekali terkena larangan terbit, yaitu tahun 1978 bersamaan dengan terjadinya peristiwa Malari. Hal itu tidak berlangsung lama, untuk kemudian Kompas diijinkan terbit kembali dan semakin menunjukkan perkembangan pesat dengan oplah 300.000 eksemplar pada tahun 1982. perkembangan selanjutnya pada tahun 1997, Kompas menerbitkan tabloid Bola yang terbit setiap minggu.

Permodalan surat kabar Kompas dimiliki secara bersama oleh Yayasan Bentara Rakyat, Yayasan Kompas Gramedia Sejahtera, PT. Gramedia. PT. Trasinto Asri Media, serta atas nama perorangan yakni Yakob Oetama, Frans Seda dan P. Ismantoro, dengan ijin terbit berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No. 001/Menpen/SIUPP/A.7/1985 tertanggal 10 November 1985.

Pada tahun 1998, Kompas telah berkembang menjadi harian terbesar di Indonesia dengan oplah yang mencapai lebih dari satu juta eksemplar. Bahkan kini Kompas telah mampu menjelajah dunia internet dengan menyajikan media online melalui portal http//:www.kompas.com. Selain itu, group Kompas telah merambah dunia pertelevisian dengan menggunakan stasuin TV baru, yakni TV 7 pada tahun 2002 lalu, yang


(59)

mulai November 2006 lalu menjadi Trans 7 yang bergabung dengan perusahaan Trans TV Corporation.

Saat itu tidak kurang dari delapan divisi yang membawahi unit usaha di bawah kelompok Kompas Gramedia, meliputi divisi pers daerah, surat kabar, majalah, perdagangan, percetakan, property, penerbitan, dan divisi keuangan. Di bawah kepemimpinan PK.Ojong dan Yakob Oetama, menjadikan Kompas sebagai Koran terbesar, baik dari segi oplah maupun dari pemasukan iklan.

Kompas lebih suka menamakan dirinya sebagai surat kabar yang berorientasi indepanden, dengan kata lain surat kabar yang dalam pemberitaannya tidak memposisikan dirinya pada satu pihak tertentu atau pada salah satu pihak politik yang ada. Dengan motto “Amanat Hari Nurani Rakyat”, Kompas selalu mencoba bersikap objektif dalam mengupas suatu peristiwa.

Pada masa orde lama, Kompas pernah berorientasi politik atau agama tertentu, hal ini disebabkab pada masa demokrasi liberal itu, Deppen mengharuskan semua surat kabar menguat salah satu eksistensinya pada salah satu kekuatan politik yang ada pada masa itu. Pada awal terbitnya, Kompas hanya dibaca oleh orang-orang Katholik Jakarta, maka akhirnya berafiliasi dengan partai Khatolik. Namun pada saat masa orde baru menghapus peraturan tersebut, maka Kompas melepaskan diri dari partai Khatolik dan diputuskan pada saat itu bahasa


(60)

sasaran Kompas adalah kelsa menangah ke atas, dengan menyesuaikan penampilannya terhadap selera masyarakat tersebut.

Ketika partai Khatolik difusikan ke dalam PDI tahun 1973, Kompas yang melepaskan diri dari partai khatolik itu mulai menjadi Koran yang independent dan lebih berorientasi bisnis, namun tetap dengan latar belakang sebagai Koran yang dekat dengan berbagai perdebatan politik.

Pada perkembangannya, Kompas berusaha membenahi diri menjadi media massa cetak professional yang berusaha bersika netral. Hal ini tercermin dalam motto “Amanat Hari Nurani Rakyat” di bawah logo Kompas, yang menggambarkan visi dan misi yang menyerukan isi hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang menjadi institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pergolakan latar belakang, suku, agama, ras dan golongan. Sebagai lembaga yang terbuka dan kolektif, ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa, mengarahkan focus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang traseden atau mengatasi kepentingan kelompok.

Pada ulang tahun Kompas yang ke-35 ditemukan pepatah “Kata Hati Mata Hati” menegaskan semangat empati dari Koran ini. Kompas sebagai lembaga media masa tidak pernah lepas dari gejolak masyarakat. Dalam setiap konflik peristiwa, Kompas tetap berusaha membangun kepercayaanmasyarakat lewat tulisan berita yang komprehensif, cover both side, tidak menyakiti secara pribadi, mendudukkan persoalan,


(61)

membuka cakrawala, tidak memihak kecuali pada kebenaran dan demi penghargaan tertinggi pada harkat kemanusiaan.

4.1.1.1 Jaringan Distribusi

Sejak pertama kali diterbitkan, sirkulasi Kompas telah mengalami peningkatan yang signifikan. Sampai dengan 6 Desember 2003, sirkulasi Kompas rata-rata adalah 526.144. angka ini memberi gambaran yang nyata bahwa Kompas merupakan media beriklan yang tepat bagi para pemasang iklan (Kompas Interactive Media Kit, 2002).

Pada skala nasional, tingkat pendidikan pembaca Kompas adalah sebagai berikut :

a. S1 ke atas : 61,56 % b. Lulus SD : 0,46 % c. Lulus SLTP : 1,23 % d. Lulus SMA : 21,50 % e. Lulus Akademi (Diploma) : 10,50 % f. Sarjana muda : 4,65 % g. Sarjana S1 : 50,11 % h. Sarjana S2 : 10,23 % i. Sarjana S3 : 1,22 %

j. Lainnya : 0,11 %


(62)

Pada skala nasional, sirkulasi Kompas memiliki jaringan wilayah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jaringan Wilayah Distribusi Kompas

Sumatera 38.038 eksemplar Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi 288.943 eksemplar Jawa Barat 124.133 eksemplar Jawa Tengah 48.834 eksemplar Jawa Timur 35.584 eksemplar Kalimantan 11.273 eksemplar Bali dan Indonesia Timur 18.052 eksemplar

Sumber : Kompas Interactive Media Kit, 2004

Bahwa sebaran di sekitar Jakarta lebih besar dibandingkan daerah lain, hal ini mungkin dikarenakan Jakarta sebagai Ibukota Negara dengan jumlah penduduk yang lebih padat dan memiliki potensi pembaca yang potensial.

Sedangkan sirkulasi Kompas perhari pada tingkat nasional, dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 4.2

Sirkulasi Kompas Per Hari

Senin 495.502 eksemplar

Selasa 495.413 eksemplar

Rabu 495.960 eksemplar

Kamis 496.255 eksemplar

Jumat 496.326 eksemplar

Sabtu 591.232 eksemplar

Minggu 606.319 eksemplar

Sumber : Kompas Interactive Media Kit, 2004

Terlihat bahwa sirkulasi Kompas rata-rata per hari mencapai hampir 500.000 eksemplar. Kecuali pada akhir pekan,


(63)

dimana oplah Kompas meningkat hingga mencapai angka 600.000 eksemplar.

4.1.1.2 Kebijakan Redaksional Kompas

Sebagai harian umum, Kompas berusaha menjadi sebuah media cetak professional, berusaha bersikap netral dengan tidak mengkotak-kotakkan kondisi demografis audience-nya. Kompas tampak sangat realistis dengan memposisikan dirinya sebagai industri media.

Melalui prinsip humanisme transedental, dimana pengarahan fokus perhatian nilai-nilai transeden dalam mengatasi kepentingan kelompok. Koompas mencoba keluar dari ikatan-ikatan primordialisme, termasuk politik dan lebih menekankan pada substansi dari suatu permasalahan. Termasuk dalam hal mengenai Kompas dan Khatolik yang mempunyai proses afiliasi.

Konotasi sebagai harian yang pernah berafiliasi dan identik degan partai Khatolik, tampaknya masih berbekas pada Kompas. Sejalan dengan sejarah dan hierarki Kompas yang didasari oleh ideologi politik agama Khatolik, latar belakang mendiang PK Ojong dan Jakob Oetama sebagai pemimpin perusahaan Kompas saat ini, masih lekat dengan konotasi tersebut (Hamad, 2002 : 116).

Sebenarnya Kompas lebih suka mengkategorikan dirinya sebagai surat kabar yang independent. Kompas dalam


(1)

seorang wartawan tidak mempercayai atau ragu akan sumber informasi yang dimiliki maka waratawan tidak akan ditampilkan.

Pengaruh ketiga, organisasional, tujuan yang penting dari media adalah mencari keuntungan meteriil. Tujuan – tujuan dari media tersebut akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.

Pengaruh keempat yakni pengaruh dari luar organisasi media, yang dimaksudkan adalah bila sebuah berita ditunggangi oleh sebuah kepentingan dalam hal ini semisal pemerintah atau kelompok tertentu maka berita tersebut tidak dapat dinilai objektif lagi.

Pengaruh kelima ideology, berita yang dihasilkan sangat dipengaruhi ideology karena teksnya, percakapannya dan lain-lain adalah bentuk cerminan dari ideology tertentu (Eriyanto, 2004 : 13). Konsep ideology dapat menolong wartawan saat berita yang dihasilkan tidak berpihak pada golongan atau pihak tertentu seperti berita jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di perairan Samudra Hindia yang dimuat dikedua surat kabar ini Jawa Pos dan Kompas yang hasil rekonstruksi beritanya tidak berpihak pada pihak maskapai Yemenia Airways atau pihak lainnya. Dikarenakan porsi pemberitaan yang ditampilkan besar dalam mencari penyebab dan pencarian pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 tersebut. Hal ini terlihat ketika Jawa Pos dan Kompas menyertakankan beberapa sumber berita antara lain masyarakat, pihak keluarga korban, petugas penyelamat, aparat terkait,


(2)

yang dalam hal ini terlihat kedua media tersebut tidak berpihak pada siapapun.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis konsep framing dari Robert N.Entman dapat ditarik kesimpulan dengan melihat hasil frame surat kabar Jawa Pos dan Kompas untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah pada Bab I mengenai jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di perairan Samudra Hindia pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas edisi 1 sampai 3 Juli 2009 terbagi menjadi empat kajian : 1. Define Problem atau Problem Identification (pendefinisian masalah).

Jawa Pos dan Kompas memiliki cara pandang berbeda dalam melakukan penilaiannya. Jawa Pos lebih banyak menyoroti jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di Samudra Hindia, sedangkan Kompas lebih banyak menyoroti pemberitaan isu-isu mengenai pencarian pesawat Yemenia Air dan korban-korbannya. 2. Diagnose Causes atau Causal Interpretation (memperkirakan sumber /

penyebab masalah) penyebab dalam menetukan permasalahan juga berbeda. Jawa Pos menilai penyebab jatuhnya pesawat Yemenia akibat kegagalan pesawat dalam melakukan pendaratan dan melakukan maneuver hingga terjatuh di laut, sedangkan Kompas lebih menilai pada sudut pandang pencarian pesawat dan korbannya.

3. Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (Membuat keputusan moral) pada harian Jawa Pos dikatakan sebenarnya Yemenia sedang


(4)

dalam pantauan otoritas Uni Eropa namun tidak masuk dalam daftar hitam larangan terbang Uni Eropa, Kompas menduga masih banyak korban yang berada dalam bangkai pesawat yang tenggelam di kedalaman 300 meter

4. Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) dalam surat kabar Jawa Pos mengarah mencari lokasi letak kecelakaan jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 tersebut serta penyelesaian penawaran kompensasi dari pihak manajemen Yemenia, berbeda dengan Kompas yang lebih kearah pencarian puing-puing pesawat atau jenazah korban kecelakaan jatuhnya pesawat Yemenia Air

Hasil perbedaan penekanan isu yang didapat dari kedua surat kabar tersebut bahwa Jawa Pos terkesan lebih mencari penyebab-penyebab jatuhnya pesawat Yemenia Air hal ini dikuatkan dengan adanya kalimat sedangkan pada Kompas lebih kearah pencarian puing-puing pesawat atau jenazah korban kecelakaan jatuhnya pesawat Yemenia Air.

5.2 Saran

Dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat dilihat bahwa masing-masing media Jawa Pos dan Kompas mempunyai cara pandang atau perspektif yang berbeda dalam menuliskan dan menggambarkan peristiwa jatuhnya pesawat Yemenia Air jenis Airbus A310-300 di Samudera Hindia dalam isi pemberitaannya kedua media


(5)

tersebut hendaknya dapat memberikan informasi yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga informasi yang diterima masyarakat tidak ada kesimpang siuran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, Yogyakarta : LKiS.

_______, 2002, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, Politik Media, Yogyakarta : LKiS.

_______, 2004, Analisis Wacana, Yogyakarta : LKiS.

Mc,Quail, Denis, 1994, Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Erlangga. Siahaan, Hotman M., 2001, Pers Yang Gamang, Jakarta : LSPS ASAI.

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

_________, 2002, Analisis Teks Media, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. _________, 2004, Analisis Teks Media, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. _________, 2006, Analisis Teks Media, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sumandria, As Haris, 2005, Jurnalistik Indonesia Berita dan Feature Panduan

Praktis Jurnalistik Profesi, Bandung : Simbiosa.


Dokumen yang terkait

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Framing Berita tentang M. Nazaruddin pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi 25-31 Juli 2011 ).

0 0 119

Pembingkaian Berita Sel Mewah Artalyta di Rutan Pondok Bambu Jakarta (analisis framing dalam surat kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 4 102

Pembingkaian Berita Isu Reshuffle Kabinet (Studi Analisis Framing Berita Isu Reshuffle Kabinet di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 0 102

PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos).

1 3 115

PEMBINGKAIAN BERITA JATUHNYA PESAWAT YEMENIA AIR AIRBUS A310-300 PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS

0 0 26

KATA PENGANTAR - PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos)

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI, 22 -23 MEI 2010. ( STUDI ANALISIS FRAMING KISRUH PILKADA DI MOJOKERTO PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS EDISI 22-23 MEI 2010).

0 0 22

Pembingkaian Berita Isu Reshuffle Kabinet (Studi Analisis Framing Berita Isu Reshuffle Kabinet di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas)

0 0 17

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG SKANDAL M. NAZARUDDIN ( Analisis Framing Berita tentang M. Nazaruddin pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi 25-31 Juli 2011 )

0 0 20

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN TENTANG JATUHNYA PESAWAT AIRASIA QZ8501 PADA SURAT KABAR HARIAN KOMPAS DAN JAWA POS SKRIPSI

0 0 18