1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia yang ada di Indonesia. Bila kita liat pada KUHD perseroan terbatas tidak diatur
secara terperinci atau lebih jauh tentang perseroan terbatas. Di dalam pasal 36 KUHD dinyatakan bahwa : “ perseroan terbatas tak mempunyai suatu firma, dan
tak memakai nama salah seorang atau lebih dari para perseronya, namun diambil nama perseroan itu tujuan perusahaannya semata-mata”
.
1
Maka dari pada itu perseroan terbatas bukan dinyatakan sebagai salah satu badan hukum yang bisa
dibentuk, dileburkan, digabungkan, diambil alih atau bahkan dibubarkan melalui kesepakatan para pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS melalui mekanisme yang telah diatur oleh anggaran dasar perseroan tersebut.
2
Perseroan yang merupakan kata lain dari Persekutuan, yang artinya persatuan orang orang yang sama terhadap suatu perusahaan tertentu. Sedangkan
sekutu artinya ialah peserta dalam persekutuan. Jadi, persekutuan bererti perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada perusahaan tertentu.
3
1
Pasal 36 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
2
Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor: Gahlia
Indo hal 34
3
R. Rochmat Soemitro, Himpunan Kuliah-Kuliah Pengantar Hukum Ekonomi, Bandung:
PT Eresco 1996 Hal 37-38
Universitas Sumatera Utara
Namun bila kita lebih lihat lebih jauh, sesuai dengan perkembangan kegiatan hukum ekonomi yang berkembang di Indonesia telah dirumuskan suatu
peraturan perundang undangan yang mengatur tentang suatu perseroan secara tersendiri dan sistematis yaitu Undang Undang Perseroan Terbatas UU No. 1
tahun 1995 jo. UU No 40 tahun 2007. Melalui peraturan yang telah dirumuskan secara sistematis tentang perseroan terbatas, dapat kita pahami bahwa perseroan
terbatas tidak sama dengan firma. Artinya persero dalam perseroan terbatas memiliki tanggung jawab terbatas sebesar andil atau saham yang diambilnya.
Sedangkan firma karena bersifat nama bersama, maka tanggung jawab para sekutunya bersifat tidak terbatas atau tanggung renteng. Bila nama firma diambil
dari nama salah seorang atau lebih sekutunya, maka didalam perseroan terbatas hal itu tidak diperbolehkan, tetapi nama perseroan terbatas tersebut ditetapkan
dengan mengacu pada maksud dan tujuan perusahaan yang bersangkutan. Pengertian tentang perseroan terbatas secara tegas dapat kita lihat dalam
ketentuan umum Undang Undang Nomor 1 tahun 1995 maupun dalam ketentuan umum undang undang nomor 40 tahun 2007. Pada pasal 1 satu butir 1 satu
undang undang nomor 1 tahun 1995 menyebutkan bahwa : “Perseroan terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkandalam Undang Undang ini serta peraturan pelaksanaanya”
4
4
Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
. Namun pada Undang Undang nomor 40 tahun 2007 defenisi tentang perseroan terbatas
Universitas Sumatera Utara
mengalami sedikit penyempurnaan dengan adanya penambahan frase baru, yakni persekutuan modal, sehingga defenisinya secara lengkap diterangkan pada pasal 1
Undang Undang nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang berbunyi : “Perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam dalam saham
dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang Undang ini serta peraturan pelaksananya”.
5
1. Perseroan terbatas merupakan badan hukum
Maka berdasarkan defenisi yang berada diatas, dapat dipaparkan beberapa unsur dari perseroan terbatas, sebagai berikut :
2. Perseroan terbatas merupakan persekutuan modal
3. Perseroan terbatas didirikan berdasarkan landasan perjanjian
4. Perseroan terbatas memiliki kegiatan usaha yang mengarah pada bidang
nya masing-masing dengan modal dasar yang terbagi dalam bentuk saham-saham.
6
Merunut turunan dari unsur yang dipaparkan pada hal-hal yang diatas, perseroan terbatas merupakan suatu persekutuan modal yang didirikan dalam
bentuk badan hukum yang sah apabila memiliki kegiatan usaha dengan modal dasar yang terbagi atas bentuk “saham-saham”.
Saham dalam arti sempit merupakan nilai nominal yang dijadikan modal perseroan baik dalam bentuk mata uang rupiah. Dalam arti luas saham itu sendiri
5
Pasal 1 ayat 1 , Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, tentang Perseroan Terbatas
6
Mulhadi, Ibid, Hal 82
Universitas Sumatera Utara
dapat diartikan sebagai bukti kepemilikan atas sejumlah modal yang telah ditetapkan di dalam anggaran dasar dalam suatu perusahaan terhadap para sekutu
yang menanamkan modal nya dalam bentuk nominal mata uang rupiah yang diserahkan kepada persero sebagai suatu bukti yang sah.
7
Hal ini dapat kita perhatikan pada pasal 48 Undang Undang 40 tahun 2007 yang berbunyi “saham perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya” serta dapat
juga kita lihat pada pasal 49 Undang undang nomor 40 tahun 2007 yang berbunyi “Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan
memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
8
Penguasaan ataupun memiliki hak pada tiap lembar saham merupakan hak setiap orang ataupun kelompok yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
pada tiap nilai dan lembar saham nya. Kepemilikan hak terhadap saham tiap lembarnya ini yang menjadi tujuan inti pada penulisan skripsi ini. Karena dalam
tiap lembarnya ataupun nominalnya tak terlepas dari pengaturan hukum yang mengatur tiap keberadaan, kewajiban, hak-hak serta kondisi saham terhadap
kepemilikan saham tersebut. Adapun kepentingan hukum dalam mengatur pergerakan tiap nominal ataupun lembar pada saham adalah untuk tetap sebagai
. Maka dengan kata lain saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang dapat dikuasai dengan
hak milik, yang merupakan wujud konkrit yang dapat dilihat dan dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham.
7
Ibid. Hal 97
8
Pasal 48 dan 49, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
pedoman terhadap pengawasan modal perseroan terbatas yang telah sah sebagai badan hukum. Karena dari awalnya terbentuk perseroan tersebut tidak lepas dari
aturan hukum yang disertakan dalam proses terbentuknya perseroan sebagai badan hukum.
Pentingnya dari pengaturan oleh hukum terhadap kepemilikan hak atas saham merupakan bagian dari proses untuk menghindari permasalahan yang
terjadi terhadap tiap lembar saham yang ada pada perseroan. Karena hak terhadap kepemilikan saham berarti tidak lepas dari hasil untung maupun rugi ataupun
pertanggung jawaban andil pada saham tersebut yang berpengaruh terhadap kebijakan perseroan.
Lalu tiap aturan hukum juga secara formal merupakan bagian dari penunjukan terhadap kepemilikan hak atas saham. Hal ini tercantum dalam
peaturan perundang-undangan pada pasal 52 ayat 1 satu Undang undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi :
Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
c. menjalankan hak lainnya berdasarkan undang- undang ini.
9
Permasalahan terhadap kepemilikan terhadap saham berarti tidak lepas dari untung rugi serta pertanggung jawaban andil di dalam perseroan yang
didapat dan dibebankan kepada pemegang kepemilikan hak saham. Hal ini sebenarnya tidak menutup kemungkinan terjadinya perpindahan hak terhadap
9
Pasal 52 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan saham. Sehingga tidak satupun dapat membatasi terhadap perpindahan atau pengalihan kepemilikan hak saham yang sewaktu-waktu kapan
saja dapat dilakukan. Namun ketika waktu tidak dapat menghambat pengalihan hak terhadap
saham maka disinilah kedudukan hukum berfungsi untuk mengatur perpindahan ataupun pengalihan hak terhadap saham yang berimbas pada perpindahan
tanggung jawab serta hak milik dan kewajiban pemegang saham terhadap perseroan dimana saham tersebut berada.
Adapun peran peraturan hukum di sini mengatur tentang pengalihan hak atas saham terdapat pada ketentuan ketentuan yang mengatur terlebih dahulu
organ-organ perseroan yang menjadi pihak yang menjadi bagian yang nyata menyokong jalan nya perseroan yang telah menjadi badan hukum itu sendiri.
Menurut teori nya organ badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak melainkan benar benar ada. Kehadiran organ perseroan merupakan organisme yang riil dan
hidup serta bekerja seperti manusia biasa yang mendukung bagaimana badan hukum itu akan dijalankan pada bidang nya masing-masing. Berfungsinya badan
hukum disamakan dengan fungsinya manusianya. Artinya, badan hukum tidak berbeda dengan manusia yang dimana manusia itu sendiri merupakan subjek
daripada hukum yang tidak lepas dengan peraturan hukum pada kehidupannya begitu juga dengan badan hukum.
10
10
Mulhadi, Ibid, Hal 84
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan banyak nya argumen yang telah disampaikan diatas, penulis tertarik untuk membahas secara mendalam bagaimana sebenarnya mekanisme
pengalihan hak atas saham itu terjadi terutama pada organ perseroan yang memiliki sifat tertutup. Hal ini merupakan yang menjadi perbedaan dari
pembahasan pada biasanya yang membahas permasalahan pengalihan hak pada perseroan terbatas yang terbuka. Maka saya selaku penulis yang merupakan
bahagian dari pengamat dan pemerhati serta mahasiswa yang sedang belajar di Hukum bidang Ekonomi, sangat termotivasi untuk membahas secara mendalam
tentang topik tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul : “Aspek Hukum Pengalihan Hak Atas Saham Pada Perseroan Terbatas Tertutup”
B. Rumusan Masalah