F. The Rule of Halves
Penelitian ini berdasarkan the rule of halves yang menyatakan bahwa setengah dari populasi penelitian menderita hipertensi, setengah dari penderita
hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi, dan hanya setengah dari penderita hipertensi yang sadar yang melakukan terapi hipertensi,
dan dari yang melakukan terapi hanya setengah yang tekanan darahnya terkendali
Deepa, et al., 2003.
Gambar 1
. The Rule of Halves Deepa, et al., 2003.
G. Faktor Risiko Hipertensi 1. Faktor usia
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan survei pada tahun 2002 sebesar 37,32 dan terjadi lebih tinggi terutama pada usia lebih dari 40 tahun
Setiati and Sutrisna, 2005. Berdasarkan hasil survei prevalensi hipertensi pada usia 25-44 tahun sebesar 29, pada usia 45-64 tahun sebesar 51 dan
pada usia 65 tahun sebesar 65 Rahajeng dan Tuminah 2009. Tekanan darah dapat meningkat seiring bertambahnya usia dan rentang usia lanjut
Populasi 100
Tidak Hipertensi 50
Hipertensi 50
Tidak Sadar Hipertensi 25
Sadar Hipertensi 25
Tidak Terapi 12,5
Terapi 12,5
Tekanan Darah Tidak Terkendali 6,25
Tekanan Darah Terkendali 6,25
adalah ≥60 tahun. Pada pasien yang memiliki usia lebih dari sama dengan 60
tahun memiliki tekanan darah ≥14090mmHg Madhu and Sreedevi, 2012.
Proses pertambahan usia menyebabkan penurunan fungsi fisiologis dan elastisitas sehingga dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku dan
menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Penurunan elastisitas pada arteri pembuluh darah menjadi kaku dapat menyebabkan aliran darah
keseluruh tubuh jaringan kurang lancar, sehingga kebutuhan darah tidak tercukupi dan memaksa jantung bekerja lebih keras sehingga tekanan darah
meningkat Departemen Kesehatan RI, 2012. 2. Jenis kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Prevalensi
hipertensi pada wanita meningkat setelah memasuki manopause. Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat dibandingkan
dengan pria yang diakibatkan faktor hormon Departemen Kesehatan RI, 2012.
Berdasarkan data Riskesdas Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa prevalensi penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada perempuan
8,6 dibandingkan laki-laki 5,8. Data Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2006 pada laki-laki sampai dengan usia 55 tahun lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan pada perempuan. Prevalensi hipertensi pada
wanita usia 55-74 tahun lebih tinggi dibandingkan laki-laki Departemen Kesehatan RI, 2009.
3. BMI Body Mass Index
Hipertensi memiliki hubungan dengan obesitas dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular yaitu kurang lebih 75. Body Mass Index merupakan
indikator untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih atau obesitas pada orang dewasa Kumar, Abbas and Fausto, 2005. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33 memiliki berat badan lebih. Orang dengan obesitas cenderung memiliki banyak lemak di dalam tubuh. Lemak yang berlebihan di dalam
pembuluh darah menghalangi aliran darah yang berupa plak sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah Departemen Kesehatan RI, 2009.
Prevalensi obesitas pada hipertensi mulai meningkat pada nilai BMI ≥25kgm
2
dan terus meningkat pada nilai yang lebih tinggi Kumar,et al., 2005. Nilai normal Body Mass Index adalah 18,5-25kgm
2
dan dikatakan obesitas apabila memiliki Body Mass Index
≥25kgm
2
. Perhitungan indeks massa tubuh adalah sebagai berikut:
Body Mass Index= Chataut, 2011.
4. Risiko kardiovaskular
Faktor risiko kardiovaskular dapat meningkatkan prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah. Beberapa penyakit merupakan faktor
risiko spesifik untuk terjadinya penyakit kardiovaskular antara lain hipertensi,
stroke, diabetes mellitus, kolesterol, dan jantung. Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular dengan komplikasi seperti stroke, diabetes
mellitus, kolesterol dan jantung. Pasien hipertensi memiliki risiko terkena serangan jantung 10 tahun kemudian setelah dinyatakan menderita hipertensi.
Penderita hipertensi seharusnya meningkatkan kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah untuk meminimalkan risiko kardiovaskular
Departemen Kesehatan RI, 2012. a.
Stroke Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat penyumbatan pada
pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Akibat penyumbatan maupun pecahnya pembuluh darah tersebut, bagian otak tertentu
akan mengalami pengurangan pasokan oksigen bahkan sampai suplai oksigen terhenti sehingga rusak bahkan sampai pada kematian. Ada dua jenis stroke
yaitu stroke iskemik yang disebabkan karena aliran darah ke otak tersumbat oleh gumpalan darah atau timbunan lemak yang disebut plak di lapisan
pembuluh darah dan stroke hemoragik yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan darah akan
menumpuk dan menekan jaringan otak di sekitarnya. Stroke hemoragik sendiri digolongkan menjadi dua yaitu pendarahan intraserebral terjadi ketika arteri
pecah di otak pecah dan masuk ke dalam jaringan di sekitarnya dan pendarahan subarachnoid terjadi pendarahan di daerah antara otak dan jaringan tipis yang
menutupinya. Tekanan darah yang tinggi pada hipertensi akan memicu
pecahnya pembuluh darah otak dan membuat jaringan otak rusak dan dapat menimbulkan gejala-gejala stroke Pujiastuti, 2011.
b. Kolesterol
Kadar kolesterol dalam tubuh merupakan faktor penting untuk menentukan risiko seseorang dapat menderita penyakit pembuluh darah
jantung. Kadar kolesterol sejenis lemak yang tinggi dalam darah akan meningkatkan pembentukan plak dalam arteri arteriosklerosis. Plak di dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan arteri menyempit dan aliran darah ke seluruh tubuh kurang lancar, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah
Sheps and Sheldon, 2005. c.
Diabetes mellitus Penyakit pembuluh darah hipertensi dapat menyebabkan penyakit diabetes
mellitus. Target tekanan darah pada penderita diabetes mellitus lebih rendah dibanding pada bukan penderita. Target tekanan darah pada penderita diabetes
mellitus yaitu di bawah 13080mmHg Wahdah, 2011. Diabetes mellitus memiliki hubungan dengan hipertensi karena adanya angiotensin II dalam
penderita hipertensi. Angiotensin II adalah mikrovaskular penghambat aliran darah dalam tubuh yang mengakibatkan hipertensi tetapi zat ini juga untuk
menghambat produksi pelepasan insulin akibatnya penderita hipertensi dapat menderita diabetes mellitus. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi
mikrovaskular nefropati dan retinopati. Diabetes mellitus, baik tipe-1 atau tipe-2, merupakan faktor risiko yang kuat untuk penyakit kardiovaskular. Rasio
risiko penyakit kardiovaskular baik pada pria maupun wanita dengan diabetes
semakin meningkat sekitar 2-4 kali lebih besar dibandingkan pada pria atau wanita bukan penderita diabetes Farkouh, Fuster and Rayfield, 2011.
d. Jantung
Jantung adalah organ kompleks yang memiliki fungsi utama untuk memompa darah melalui sirkulasi paru-paru dan sistemik. Pada umumnya
hipertensi terjadi karena adanya penyempitan pembuluh darah yang diakibatkan oleh banyaknya endapan kalsium dan kolesterol pada pembuluh
darah. Konsentrasi darah yang kental dan tingginya natrium menyebabkan aliran darah kurang lancar sehingga suplai makanan dan oksigen ke dalam sel
dan jaringan tidak terpenuhi. Pada kondisi ini dapat memicu jantung untuk bekerja lebih keras dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pada jangka
waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung Dany, 2010.
H. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah berperan penting didalam tubuh, tubuh membutuhkan gizi dan oksigen agar dapat berfungsi. Zat-zat gizi dan oksigen bisa sampai ke sel-sel
tubuh karena dibawa oleh darah, dan darah dapat mengalir masuk ke sel-sel tubuh jika tekanannya cukup untuk mendorongnya, tekanan pendorong ini disebut
tekanan darah. Tekanan darah adalah gaya atau dorongan dalam darah ke dinding arteri saat dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah
dinyatakan dalam angka atas dan angka bawah. Angka atas disebut sistolik yaitu tekanan dalam arteri yang terjadi saat darah dipompa dari jantung keseluruh
tubuh, sedangkan angka bawah disebut diastolik yaitu sisa tekanan darah arteri saat jantung beristirahat dengan satuan pengukuran milimeter air raksa mmHg.
Pengukuran tekanan darah diukur menggunakan Sphygmomanometer, pada penelitian ini peneliti menggunakan Sphygmomanometer digital Junaidi, 2010.
I. Profil Tempat Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua dukuh di desa Wedomartani Sleman Yogyakarta, yaitu dukuh Sanggrahan dan Malang Rejo.
Berdasarkan Data Kabupaten Sleman, Kecamatan Ngemplak tahun 2013 Dukuh Sanggrahan memiliki 5 Rukun Tetangga RT dan 261 Kepala Keluarga KK.
Jumlah penduduk Dukuh Sanggrahan 827 orang dengan laki-laki 384 dan perempuan 443 dan usia lebih dari 40 tahun adalah 269 orang. Penduduk Dukuh
Sangrahan berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Wedomartani Tahun 2014. Dukuh Malang Rejo memiliki 6 Rukun Tetangga RT dengan 302 Kepala
keluarga KK. Jumlah total penduduk 1341 orang, laki-laki 689 orang dan perempuan 652 orang dengan penduduk usia lebih dari 40 tahun kurang lebih 326
orang. Dari kedua dukuh Sanggrahan dan Malang Rejo, total penduduk usia lebih dari 40 adalah 595 orang.
J. Landasan Teori