6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan, adanya kerjasama antar siswa, sehingga diperoleh sinergi dalam
pencapaian tujuan. Model pembelajaran kooperatif pada dasarnya juga untuk mengembangkan kompetensi siswa untuk berani mengungkapkan gagasan.
Kebanyakan siswa apabila dalam forum yang besar merasa malu untuk mengkomunikasikan pendapatnya maka dengan beraktivitas dalam kelompok
kecil diharapkan rasa malu tersebut dapat diminimalisir Sanjaya, 2010:309-310. Menurut Taniredja dkk 2011:58, pembelajaran kooperatif memiliki
prinsip dasar yang diterapkan dalam pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal. Prinsip dasar tersebut antara lain :
1. Saling ketergantungan positif positive interdependence, keberhasilan suatu karya atau penyeesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan setiap
anggota kelompok. 2. Tanggung jawab perseorangan individual accountability, setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, sehingga siswa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3. Interaksi tatap muka face to face promotion interaction, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Interaksi
tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap
anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan
masing-masing. 4. Partisipasi dan komunikasi participaton communication, agar dapat
melakukan partisipasi dan komunikasi siswa perlu dibekali dengan ketrampilan berkomunikasi. Oleh karena itu guru perlu membekali siswa
dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan
berbicara. 5. Evaluasi proses kelompok evaluation, dapat diartikan sebagai penilaian
rangkaian tindakan dari kumpulan beberapa orang dalam menghasilkan sesuatu. Guru perlu memberikan waktu untuk evaluasi tiap anggota agar
proses kelompok selanjutnya dapat berjalan lebih baik. Evaluasi tidak dilakukan setiap kali terdapat kegiatan berkelompok, namun dapat dilakukan
selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan berkelompok.
Ada banyak nilai atau manfaat yang didapatkan dari penggunaan pembelajaran kooperatif antara lain kepekaan dan kesetiakawanan siswa dapat
ditingkatkan, nilai-nilai sosial dan komitmen dapat terbentuk dan berkembang, siswa mudah melakukan penyesuaian sosial, sifat mementingkan diri atau egois
dapat dihilangkan, rasa saling percaya kepada sesama siswa dapat ditingkatkan, kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif dapat
ditingkatkan, siswa dapat belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial Sugiyanto, 2010:43-44.
Menurut Taniredja dkk 2010:101, kegiatan pembelajaran kooperatif terdiri atas enam langkah utama, yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa, menyajikan informasi, mengorganisasi siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar, membimbing kelompok belajar dan belajar, evaluasi dan
memberikan penghargaan. Menurut Winkel 1983:24-43 faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran ada dua macam, yaitu faktor internal faktor dari dalam dan faktor eksternal faktor dari luar. Faktor internal meliputi faktor psikis dan faktor fisik.
Faktor psikis dibedakan menjadi dua, yaitu faktor psikis intelektual dan faktor psikis nonintelektual. Faktor psikis intelektual meliputi taraf intelegensi atau
kemampuan belajar. Faktor psikis nonintelektual meliputi motivasi, perasaan, minat, sikap, dan keadaan sosio-kultural. Sedangkan faktor fisik berupa kondisi
fisik siswa. Faktor eksternal meliputi pengatur proses belajar di sekolah, faktor sosial di sekolah, dan faktor situsional.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting. Tujuan tersebut antara lain meningkatkan hasil akademik, member peluang atau
kesempatan agar siswa dapat menerima teman yang memiliki perbedaan lata belakang, dan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa Taniredja dkk,
2011:60.
Slavin dalam Sanjaya 2010:309 mengemukakan dua alasan mengapa strategi pembelajaran kooperatif cooperative learning saat ini menjadi perhatian
dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa dengan penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan ketrampilan.
B. Tipe Team Games TournamentsTGT