Hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

(1)

vi ABSTRAK

Longinus Tito Hertiandito. 2012. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) hasil belajar siswa, dan (3) motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif campuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam berbagai cara. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang dibandingkan dengan Tes Kemampuan Awal (TKA), juga dilihat hasilnya berdasarkan kriteria menurut skala Likert 3. Motivasi siswa diukur menggunakan angket motivasi yang dilihat berdasarkan skala Likert 3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan RPP pada lembar pengamatan di semua pertemuan yang mencapai 90,06 %, (2) hasil belajar yang diperoleh cukup baik, sebanyak 24 siswa dari 29 siswa tergolong sedang dan tinggi pada hasil belajarnya dengan rata-rata nilai THB 74,86 dan standar deviasi 14,17, (3) motivasi belajar siswa cukup baik dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang dan tinggi mencapai 68,96 %. Hasil ini didukung dengan rata-rata skor angket motivasi 70 dan standar deviasi 5,81.

Kata kunci : pembelajaran kooperatif, Teams Games Tournaments (TGT), hasil belajar, dan motivasi belajar


(2)

HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

(TGT) DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

Longinus Tito Hertiandito

NIM : 081414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

i

HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

(TGT) DI KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Longinus Tito Hertiandito

NIM : 081414055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Hargailah cinta yang anda terima melebihi segalanya. Ia akan bertahan lama setelah kekayaan dan kesehatan anda sirna. (Og. Mandino)

Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, orang yang optimis melihat kesempatan dalam setiap kesulitan. (Sir Winston Churcill)

Karya ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa mendampingi langkahku Santo Longinus dan Santo Robertus Bellarminus pelindungku kedua orang tuaku Bapak A. Haryanto Dwiatmoko dan Ibu G. Tatiek Sutjahjokartiko adikku Tantiana Hertiantika Sahabat-sahabatku dan Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(7)

(8)

vi ABSTRAK

Longinus Tito Hertiandito. 2012. Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), (2) hasil belajar siswa, dan (3) motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif campuran. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dalam berbagai cara. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diukur dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan Tes Hasil Belajar (THB) yang dibandingkan dengan Tes Kemampuan Awal (TKA), juga dilihat hasilnya berdasarkan kriteria menurut skala Likert 3. Motivasi siswa diukur menggunakan angket motivasi yang dilihat berdasarkan skala Likert 3.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat keterlaksanaan RPP pada lembar pengamatan di semua pertemuan yang mencapai 90,06 %, (2) hasil belajar yang diperoleh cukup baik, sebanyak 24 siswa dari 29 siswa tergolong sedang dan tinggi pada hasil belajarnya dengan rata-rata nilai THB 74,86 dan standar deviasi 14,17, (3) motivasi belajar siswa cukup baik dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi sedang dan tinggi mencapai 68,96 %. Hasil ini didukung dengan rata-rata skor angket motivasi 70 dan standar deviasi 5,81.

Kata kunci : pembelajaran kooperatif, Teams Games Tournaments (TGT), hasil belajar, dan motivasi belajar


(9)

vii ABSTRACT

Longinus Tito Hertiandito. 2012. Student’s Learning Achievement and Learning Motivation in Learning Mathematics Using Cooperative Learning Type Teams Games Tournaments (TGT) in Class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out (1) implementation of cooperative learning type Teams Games Tournaments (TGT) in learning mathematics, (2) student’s learning achievement, and (3) student’s learning motivation. This is a mixed deskriptive research (qualitative-quantitative). This research was conducted in 6 lesson meeting. The subject of this research is class VIII C SMP Pangudi Luhur 1 academic year 2012/2013.

Data required was collected in several ways. Implementation of mentioned learning model were measured using implementation of lesson plan (RPP) observation sheet. Student’s learning achievement were measured using Evaluation Test (THB) compared to Based Competence Test (TKA), and also classified by Likert scale 3. Student’s learning motivation were measured using questionnaire to be Likert scale 3.

The results of this study indicate that (1) cooperative learning type Teams Games Tournaments (TGT) that applied in class VIII C is good and can be seen at the level of implementation of lesson plan (RPP) in observation sheet at all meetings reached 90,06%, (2) student’s learning achievement obtained good results, 24 students out of 29 students classified as medium and high on the results of their study with mean value of THB which reached 74,86, the highest value is 78, and standart deviation was 14,17, (3) student’s motivation gained well with students who have high and medium motivation reached 68,96%, these results are supported by mean score of motivation questionnaire was 70, the highest value is 70, and standart deviation is 5,81.

Keywords : cooperative learning, Teams Games Tournaments (TGT), student’s learning achievement, and the motivation.


(10)

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments

(TGT) di Kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta” ini dengan baik. Skripsi ini dapat tersusun berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menuntun dan melindungiku dalam proses pembuatan skripsi ini

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

3. Bapak Drs. Sukardjono, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas saran, motivasi, dan kritik selama penyusunan skripsi ini

4. Ibu Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini

5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam menyempurnakan skripsi ini

6. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


(12)

x

7. Br. Valentinus Naryo, M.Pd., FIC selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin pelaksanaan penelitian di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

8. Ibu C. Peni Suryaningtyas, S.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang telah membimbing dan membantu penulis dalam pengambilan data penelitian

9. Siswa-siswi kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 / 2013 yang telah membantu penulis dalam perolehan data penelitian 10. Papa, mama, adik, dan saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan

doa, dukungan, dan cinta kasih selama penyusunan skripsi ini dan selama masa belajar di Universitas Sanata Dharma

11. Teman-teman misdinar ‘Angelus Domini’, khususnya Audra, Dhea, Ferry, Wawan, Retha, mas Roni, dan Ingrid yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini

12. Teman-teman KKN Reguler Angkatan XLIII Kelompok 2 ‘JambuLovers’ : Ari, Ani, Lusi, Lana, Sepsi, Nofa, Baskoro, dan Widi yang telah memberikan semangat dan kehebohan saat awal penyusunan skripsi ini

13. Semua teman-teman kost, khususnya Bravo, mas Adit, dan mas Sigit, yang selalu memberikan dukungan, bantuan, dan hiburan selama penyusunan skripsi ini


(13)

xi

14. Teman-teman seperjuangan prodi Pendidikan Matematika angkatan 2008, khususnya William, Zita, Sisca, Ana, Tya, Yulia, dan Ayu yang telah berjuang bersama, semoga kita semua sukses selalu

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..……. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...…... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL ………... xvii

DAFTAR GAMBAR ………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ………... xx

BAB I PENDAHULUAN...……….... 1

A.Latar Belakang………... 1

B.Identifikasi Masalah...………... 3

C.Pembatasan Masalah ... 3

D.Rumusan Masalah ... 4


(15)

xiii

F. Batasan Istilah ... 5

G.Manfaat Hasil Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ...………... 8

A.Belajar dan Pembelajaran ..………... 8

B.Pembelajaran Kooperatif………... 9

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif ... 9

2. Teori Pembelajaran Kooperatif ... 10

3. Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 16

C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) ...………... 19

1. Pengertian Teams Games Tournaments (TGT) ... 19

2. Komponen Teams Games Tournaments (TGT) ... 19

3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments (TGT) ... 23

D.Motivasi Belajar Siswa …... 24

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 24

2. Macam-macam Motivasi ... 25

3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar ... 28

4. Pendekatan Umum Motivasi ... 30


(16)

xiv

E. Hasil Belajar Siswa………... 31

F. Materi Relasi dan Fungsi ………... 32

1.Pengertian Relasi ... 32

2.Cara Menyatakan Relasi ... 33

3.Pengertian Fungsi ... 34

4.Korespondensi Satu-satu / Perkawanan Satu-satu ... 35

G.Kerangka Berpikir ……... 36

H.Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ………... 38

A.Jenis Penelitian ………... 38

B.Waktu dan Tempat ……….... 38

C.Subyek dan Obyek Penelitian………... 39

D.Variabel Penelitian ………... 39

1. Variabel Bebas ………... 39

2. Variabel Terikat………... 39

E. Instrumen Penelitian ………... 39

1. Tes Kemanpuan Awal (TKA)………... 40

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……... 41

3. Lembar Ketercapaian Pelaksanaan RPP ………... 41

4. Soal Permainan…………... 41


(17)

xv

6. Tes Hasil Belajar (THB) ... 43

7. Angket ... 44

8. Pertanyaan Wawancara ... 45

F. Validitas dan Reliabilitas………... 45

1. Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Awal ... 45

2. Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 45

3. Validitas Angket Motivasi ... 47

G.Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Angket ... 48

2. Tes ... 48

3. Wawancara ... 48

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN…………... 49

A.Pelaksanaan Kegiatan Penelitian………... 49

1. Observasi ... 49

2. Validitas dan Reliabilitas………... 49

3. Pengambilan Data ... 51

B.Penyajian Data... 60

1. Keterlaksanaan RPP………... 61

2. Motivasi Belajar……... 63


(18)

xvi

C.Analisis Hasil Penelitian ... 71

1. Keterlaksanaan RPP ... 71

2. Motivasi Belajar ... 79

3. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) terhadap Hasil Belajar ... 83

4. Penghargaan Kelompok ... 88

5. Korelasi Antara Hasil Belajar dan Motivasi Belajar .... 89

6. Wawancara ... 92

BAB V PENUTUP………... 96

A.Kesimpulan ……….... 96

B.Saran ………... 98

DAFTAR PUSTAKA ………...…... 99


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok………... 22

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (TKA) ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar (THB) ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Motivasi ... 44

Tabel 4.1 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 2 ... 61

Tabel 4.2 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 3 ... 62

Tabel 4.3 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 4 ... 62

Tabel 4.4 Skoring Keterlaksanaan RPP Pertemuan 5... 63

Tabel 4.5 Skor Angket Motivasi Siswa Kelas VIII C ... 64

Tabel 4.6 Hasil TKA Siswa Kelas VIII C ... 65

Tabel 4.7 Nilai Games 1 Siswa Kelas VIII C ... 66

Tabel 4.8 Nilai Games 2 Siswa Kelas VIII C ... 67

Tabel 4.9 Nilai Turnamen Siswa Kelas VIII C ... 68

Tabel 4.10 Nilai THB Siswa Kelas VIII C ... 70

Tabel 4.11 Penggolongan Skor Angket Motivasi Siswa Kelas VIII C menurut Skala Likert 3 ... 81

Tabel 4.12 Perbandingan Nilai TKA dan THB ... 83

Tabel 4.13 Penggolongan Nilai THB Siswa Kelas VIII C menurut Skala Likert 3 ... 86


(20)

xviii

Tabel 4.14 Nilai Turnamen dan Kelompok Juara ... 88 Tabel 4.15 Korelasi Hasil Belajar Siswa dengan Motivasi Belajar ... 90


(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah ... 33

Gambar 2.2 Contoh Diagram Cartesius ... 33

Gambar 2.3 Fungsi ‘Rasa’ ... 35

Gambar 4.1 Beberapa Kelompok Diskusi pada Games 1 ... 53

Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Soal Games 1 dalam Kelompok ... 54

Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi dalam Kelompok ... 54

Gambar 4.4 Peneliti Menjelaskan Materi ... 55

Gambar 4.5 Penggunaan viewer dalam Pembelajaran Pertemuan Keempat ... 57

Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dalam Games 2 ... 57

Gambar 4.7 Kelompok-kelompok dalam Sesi Turnamen ... 58

Gambar 4.8 Siswa Mengerjakan Soal Latihan dalam Turnamen ... 59

Gambar 4.9 Salah Satu Siswa Mengerjakan Soal THB ... 60

Gambar 4.10 Histogram Jumlah siswa pada Setiap Kriteria Skor Angket Motivasi ... 82 Gambar 4.11 Histogram Jumlah Siswa pada Setiap Kriteria Nilai THB 87


(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101 Lampiran A.2 Modul 1 RELASI ... 109 Lampiran A.3 Modul 2 FUNGS ... 111 Lampiran A.4 Kisi-kisi Angket Motivasi ... 116 Lampiran A.5 Angket Motivasi ... 117 Lampiran A.6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal ... 119 Lampiran A.7 Soal TKA ... 120 Lampiran A.8 Kunci Jawaban TKA ... 121 Lampiran A.9 Soal Games 1 ... 123 Lampiran A.10 Soal Games 2 ... 124 Lampiran A.11 Soal Turnamen 1 ... 126 Lampiran A.12 Soal Turnamen 2 ... 127 Lampiran A.13 Soal Turnamen 3 ... 128 Lampiran A.14 Soal Turnamen 4 ... 129 Lampiran A.15 Soal Turnamen 5 ... 130 Lampiran A.16 Kisi-kisi THB ... 131 Lampiran A.17 Soal THB ... 132 Lampiran A.18 Kunci Jawaban THB ... 133


(23)

xxi

Lampiran B.1 Tabel Hasil Validitas THB ... 135 Lampiran B.2 Perhitungan Validitas THB ... 137 Lampiran B.3 Tabel Hasil Reliabilitas THB ... 139 Lampiran B.4 Perhitungan Reliabilitas THB ... 141 Lampiran B.5 Tabel Hasil Validitas Angket ... 143 Lampiran B.6 Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan

SPSS ... 145 Lampiran C.1 Daftar Nama Siswa Kelas VIII C ... 146 Lampiran C.2 Daftar Kelompok Diskusi ... 147 Lampiran C.3 Daftar Kelompok Turnamen ... 148 Lampiran C.4 Sertifikat Penghargaan Kelompok ... 149 Lampiran D.1 Lembar Jawab Siswa – uji Validitas THB ... 150 Lampiran D.2 Lembar Jawab Siswa – TKA ... 156 Lampiran D.3 Lembar Jawaban Games 1 ... 159 Lampiran D.4 Lembar Jawaban Games 2 ... 161 Lampiran D.5 Lembar Jawaban Turnamen ... 164 Lampiran D.6 Lembar Jawaban THB ... 173 Lampiran D.7 Lembar Jawaban Angket Motivasi ... 179 Lampiran E.1 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 2 ... 185 Lampiran E.2 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 3 ... 191 Lampiran E.3 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 4 ... 199


(24)

xxii

Lampiran E.4 Tabel Pengamatan Pembelajaran Pertemuan 5 ... 207 Lampiran F.1 Transkrip Wawancara Siswa 1 ... 213 Lampiran F.2 Transkrip Wawancara Siswa 2 ... 215 Lampiran F.3 Transkrip Wawancara Siswa 3 ... 217 Lampiran F.4 Transkrip Wawancara Siswa 4 ... 219 Lampiran F.5 Transkrip Wawancara Siswa 5 ... 221 Lampiran G.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian ... 223 Lampiran G.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 224


(25)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan sejak pendidikan dasar hingga menengah atas. Matematika yang diartikan sebagai ilmu mengenai kuantitas oleh Herman Hudojo (1988) tidak dapat dipungkiri memaksa para siswa untuk dapat menguasainya. Keharusan tersebut bukan tanpa alasan. Pertama, karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional dan dapat mempengaruhi kelulusan siswa. Alasan kedua karena keberadaan matematika sangat berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan observasi, peneliti melihat terdapat siswa yang kesulitan mempelajari matematika. Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab siswa sulit mempelajari matematika adalah mungkin materi yang dipelajari merupakan materi yang baru ditemui siswa, mungkin cara belajar siswa yang kurang efektif, dan kemungkinan lain adalah siswa yang tidak memperhatikan guru saat memberikan penjelasan atau ceramah. Terdapat kemungkinan siswa merasa bosan karena dalam belajar matematika di kelas siswa banyak diberi penjelasan oleh guru, diberikan contoh, dan dilanjutkan dengan latihan soal.

Agar siswa selalu ingin memperhatikan penjelasan guru kiranya guru dapat mencoba menggunakan model atau cara mengajar yang dapat melibatkan


(26)

siswa. Dengan cara mengajar yang melibatkan siswa, siswa akan lebih memiliki keinginan untuk belajar karena saat siswa dilibatkan bersama teman sebayanya, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar.

Sebenarnya banyak model atau cara mengajar yang dapat melibatkan siswa yang telah dikembangkan oleh para ahli. Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Model pembelajaran ini lebih banyak mengajak siswa untuk belajar bersama-sama dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen dan bahkan jika memungkinkan tiap anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda. Cooperative learning

mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Erman Suherman, 2001).

Pada pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran salah satunya adalah tipe Teams Games Tournaments (TGT) (Robert E. Slavin, 1995). Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) menurut Nur dan Wikandari (2000) yang ditulis oleh Trianto (2009) dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran dari ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar. Meski demikian model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) ini juga dapat


(27)

diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja.

Penulis melihat bahwa matematika amat diperlukan oleh para siswa maka penulis memandang perlunya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) sebagai salah satu alternatif yang mungkin dapat digunakan oleh guru pada pembelajaran matematika. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) pada proses belajar mengajar matematika di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, tampaknya : 1. Siswa mengalami kesulitan saat mempelajari matematika.

2. Siswa tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi.

3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika saat guru memberikan penjelasan atau ceramah.

C.Pembatasan Masalah

Dari sekian masalah yang telah diidentifikasi, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments


(28)

(TGT) dalam pembelajaran matematika untuk siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012 / 2013 dengan materi relasi dan fungsi.

D.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran matematika ?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) ?

3. Bagaimanakah motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) ?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments

(TGT) pada pembelajaran matematika.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). 3. Motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan


(29)

F. Batasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam perumusan masalah didefinisikan sebagai berikut :

1. Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan– perubahan dalam pengetahuan–pemahaman, ketrampilan, dan sikap– sikap. (WS. Winkel, 1984)

2. Pembelajaran

Menurut Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Udin S. Winatapura, 2008). 3. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang dilakukan individu dengan teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan – hubungan yang bebas dari isi materi hal –hal yang ditelaah sehingga terjadi perubahan perilaku dari tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi tahu tentang matematika (Herman Hudojo, 1988).

4. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999).


(30)

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Agus Suprijono, 2009).

6. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Tukiran Taniredja dkk, 2011).

7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah teknik pembelajaran yag dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keith Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka (Trianto, 2009)

G.Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi peneliti

Sebagai calon guru peneliti dapat menggunakan model kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) sebagai alternatif model mengajar di kelas.

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru-guru di sekolah saat mengajar.


(31)

3. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi dalam hal model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Teams Games Tournaments


(32)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah, 2008).

Pembelajaran menurut Mohamad Surya (2004) diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Mohamad Surya (2004) juga menjelaskan tentang proses pembelajaran. Yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah proses individu mengubah perilaku dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengandung arti bahwa individu akan melakukan kegiatan belajar apabila ia menghadapi suatu kebutuhan. Namun menurut Mohamad tidak setiap saat proses pembelajaran dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan. Jika kebutuhan itu dipenuhi dengan kebiasaan maka proses pembelajaran tidak lagi diperlukan. Adanya kebutuhan akan mendorong individu untuk mengkaji perilaku yang ada dalam dirinya. Secara lanjut Mohamad menjelaskan bahwa pembelajaran terdiri dari beberapa rangkaian aktivitas berikut : individu merasakan adanya kebutuhan dan melihat tujuan yang ingin dicapai, kesiapan (readiness) individu untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, pemahaman situasi, menafsirkan situasi yaitu bagaimana individu melihat kaitan berbagai aspek


(33)

yang terdapat dalam situasi, tindak balas (respon), dan akibat atau hasil pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa belajar dan pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

B.Pembelajaran Kooperatif

1. Definisi Pembelajaran Kooperatif

Robert E. Slavin (1995) dalam bukunya menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran. Slavin juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4–6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya bertanggung jawab pada pembelajarannya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap teman satu timnya dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga keberhasilan tim dapat dicapai.

Menurut Anita Lie (2008), pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur – unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model


(34)

cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Anita Lie (2008) menyebut

cooperative learning dengan sistem pengajaran gotong royong.

Berdasarkan definisi pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang banyak melibatkan para siswa untuk bekerja dalam kelompok yang heterogen. Peran serta setiap siswa dalam kelompok akan membantu dalam memahami materi pelajaran.

2. Teori Pembelajaran Kooperatif

a. Teori Motivasi

Dalam teori motivasi disebutkan bahwa struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu, untuk meraih tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin, 1995). Jadi dalam pembelajaran kooperatif tiap siswa dalam kelompok diminta untuk terdorong atau termotivasi melakukan usaha yang terbaik agar kelompok mereka pun dapat menjadi yang terbaik.


(35)

b. Teori Kognitif

Teori Kognitif dibedakan menjadi dua kategori utama yakni Teori Pembangunan dan Teori Elaborasi Kognitif.

1. Teori Pembangunan

Teori pembangunan ini berpendapat bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik (Damon, 1984 dan Murray, 1982 dalam Slavin, 1995). Vygotsky (1978) dalam Slavin (1995) mendefinisikan wilayah pembangunan paling dekat sebagai “jarak antara level pembangunan aktual seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih mampu.”

Banyak penganut paham Piaget yang menyerukan untuk penggunaan aktivitas kooperatif di sekolah. Mereka beralasan bahwa interaksi diantara siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan pencapaian prestasi siswa. Para siswa akan saling belajar satu sama lain karena dalam diskusi mereka mengenai konten materi, konflik kognitif, akan timbul, alasan yang kurang pas juga akan keluar, dan pemahaman dengan kualitas yang lebih tinggi akan muncul (Slavin, 1995).


(36)

2. Teori Elaborasi Kognitif

Wittlock (1987) dalam Slavin (1995) menyebutkan bahwa penelitian dalam bidang psikologi kognitif telah menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi, dan materi.

Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain. Penelitian terhadap pengajaran oleh teman lama menemukan adanya keuntungan pencapaian yang diterima oleh pengajar maupun yang diajar (Devin-Sheehan, Feldman, dan Allen, 1976 dalam Slavin, 1995).

Dansereau telah menemukan bahwa pada saat pembaca maupun pendengar bisa belajar lebih banyak daripada mereka belajar sendiri, si pembaca telah belajar lebih banyak (Slavin, 1995).

Dalam proses belajar kelompok siswa perlu diberi kesempatan untuk menerangkan materi pelajaran yang dipahaminya pada siswa lain. Pada satu sisi siswa yang menjelaskan akan lebih memahami materi dan siswa yang diberi penjelasan akan menjadi paham. Jadi model pembelajaran kooperatif dibentuk dengan berlandaskan berbagai teori yakni yang pertama adalah teori motivasi yang mengatakan bahwa keberhasilan individu ditentukan


(37)

oleh keberhasilan kelompok, yang kedua adalah teori pembangunan yang mengatakan bahwa interaksi siswa dengan tugas-tugasnya akan meningkatkan penguasaan mereka terhadap materi yang dipelajari, dan yang ketiga adalah teori elaborasi kognitif yang mengatakan bahwa dalam belajar siswa diminta untuk dapat membagi pengalaman belajar atau menerangkan materi yang dikuasainya pada siswa lain agar mendapatkan hasil yang maksimal.

3. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson dalam mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning (Anita Lie, 2008). Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong (pembelajaran kooperatif) harus diterapkan. Adapun kelima unsur tersebut adalah :

a. Saling ketergantungan positif

Yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif adalah adanya hubungan yang saling membutuhkan antar siswa dalam kelompok belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok diminta untuk bertanggung jawab tidak hanya bertanggung jawab terhadap kinerjanya secara individu, namun juga bertanggung jawab secara kelompok. Atau dengan kata lain setiap anggota diminta untuk memberikan sumbangan bagi kelompoknya.


(38)

Anita Lie (2008) menyebutkan bahwa beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka (kelompok). Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannnya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan mereka. b. Tanggung jawab perseorangan

Unsur kedua ini merupakan akibat yang dihasilkan dari unsur saling ketergantungan positif. Dengan para siswa saling bergantung pada rekannya, maka akan timbul rasa tanggung jawab secara personal untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya.

c. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar (siswa) untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota kelompok memiliki latar belakang pengalaman, keluarga, dan sosial ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Para anggota kelompok perlu


(39)

diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi (Anita Lie, 2008). d. Komunikasi antar anggota

Dalam suatu kelompok diperlukan kesediaan para anggotanya untuk berkomunikasi menyampaikan pendapatnya. Namun tidak semua siswa memiliki keahlian berbicara dan mendengarkan dengan baik. Ada saat dimana siswa harus diajari terlebih dahulu bagaimana cara menyanggah pendapat siswa lain tanpa menyinggung perasaan siswa tersebut. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok seperti ini merupakan proses yang panjang dan tidak langsung dalam sekejap dapat diterapkan. Walaupun ketrampilan berkomunikasi ini membutuhkan proses yang panjang, sesungguhnya ketrampilan ini merupakan ketrampilan yang bermanfaat karena dapat memperkaya pengalaman belajar siswa dan dapat menjadi salah satu alternatif pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Setelah proses panjang dalam kelompok dilalui, perlu adanya evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar (siswa) terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning


(40)

Jadi tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning. Suatu kerja kelompok dapat dikatakan sebagai bentuk

cooperative learning jika dalam kelompok terjadi ketergantungan positif antar anggotanya, ada tanggung jawab yang dimiliki setiap anggota kelompok, ada kesempatan tatap muka setiap anggota kelompok, ada komunikasi yang dijalin setiap anggota kelompok dengan anggota lain, serta adanya evaluasi kerja kelompok agar kerja kelompok selanjutnya lebih efektif.

4. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin (1995):

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam penggunaan model pembelajaran STAD siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Pengelompokan ini berfungsi untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik. Langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pertama guru mempresentasikan materi pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa setiap anggotanya benar-benar menguasai materi dengan baik. Kemudian siswa diberikan kuis mengenai bahan ajar yang sedang


(41)

dipelajari. Nilai atau skor kuis individu digunakan untuk menentukan poin perbaikan skor siswa dengan skor yang telah lalu. Sedangkan nilai kelompok diperoleh dari penjumlahan nilai masing-masing anggota. Kelompok yang memiliki rata-rata skor kelompok yang memenuhi kriteria dapat diberi penghargaan.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

Pada dasarnya TGT hampir sama dengan pola pembelajaran tipe STAD. Poin penting yang membedakan keduanya adalah TGT menggunakan turnamen akademik, menggunakan kuis-kuis, dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Dari turnamen ini setiap anggota kelompok akan mendapatkan skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan nilai kelompok. Kelompok yang mendapatkan nilai kelompok yang memenuhi kriteria akan mendapatkan penghargaan kelompok.

c. Jigsaw

Sama seperti kedua tipe kooperatif sebelumnya, pada tipe jigsaw juga diberlakukan pembagian kelompok secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu bagian materi. Mereka memiliki tugas menjadi ‘guru’ topik yang mereka pelajari. Pada tipe jigsaw, siswa yang menjadi ‘guru’ di topik yang sama akan dipertemukan dengan anggota kelompok lain. Para


(42)

‘guru’ di setiap topik ini diberi kesempatan untuk berdiskusi membahas topik yang mereka terima hingga mereka dapat menguasai topik tersebut. Setelah mereka dirasa cukup menguasai topik yang menjadi bagian mereka, mereka diminta untuk kembali ke kelompok asal untuk membagikan dan mengajarkan hasil diskusi mereka pada teman lain. Terakhir adalah adanya pemberian kuis atau penilaian yang mencakup seluruh topik. Penilaian dan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu.

d. Teams Accelerated Instruction (TAI)

Dalam model pembelajaran TAI, para anggota kelompok bekerja dalam unit pelajaran yang berbeda. Teman satu tim bertugas memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu menyelesaikan masalah. Tahap terakhir adalah pemberian tes yang dikerjakan tanpa bantuan teman satu timnya. Skor tes dihitung dengan melihat atau memonitor siswa. Setiap minggu guru menjumlahkan skor tiap unit yang telah diselesaikan oleh anggota tim dan memberikan penghargaan.

e. Cooperative Integreted Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam CIRC, siswa dibagi ke dalam kelompok yang diukur berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok itu mereka saling bertukar informasi atas apa yang mereka baca, memprediksi bagian akhir cerita


(43)

naratif, menuliskan respon mengenai bacaan, dan sebagainya. Melalui belajar kelompok, siswa dilatih untuk menguasai ide utama bahan bacaan yang mereka baca.

C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)

1. Pengertian Teams Games Tournaments (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin. Secara umum TGT tidak jauh berbeda dengan STAD kecuali dalam satu hal, yakni TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan dikombinasikan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya.

2. Komponen Teams Games Tournaments (TGT)

Adapun komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) adalah :

a. Presentasi di kelas

Dalam memulai pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT, guru terlebih dahulu menjelaskan pada siswa materi yang akan dipelajari lebih lanjut. Presentasi di kelas ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau


(44)

diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audio visual. Dalam cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis akan menentukan skor tim mereka (Robert E. Slavin, 1995).

b. Tim (Kelompok)

Sebuah tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas atau dengan kata lain kelompok dibentuk secara heterogen. Kehadiran tim ini berfungsi untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar. Dalam kelompok ini masing-masing anggota kelompok harus berusaha memahami materi dan membantu teman lain dalam menguasai materi pelajaran.

Tim atau kelompok ini dirasa penting karena setiap anggota kelompok akan berjuang demi kelompoknya dan kelompok pun akan berjuang untuk membantu tiap anggotanya. Agar keberadaan tim atau kelompok semakin efektif, maka sebelum memulai berkelompok guru dapat menjelaskan sikap yang perlu diterapkan dalam bekerja kelompok. Sikap tersebut antara lain : tidak membuat suara gaduh saat pelaksanaan kerja kelompok, mendiskusikan jawaban bersama-sama teman sekelompok, dan sebelum bertanya kepada guru sebaiknya siswa terlebih dahulu bertanya pada teman dalam kelompoknya.


(45)

c. Game (Permainan)

Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT, permainan yang dimaksudkan adalah permainan yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim atau kelompok.

Jalannya permainan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah :

1. Sebelum pertandingan pertanyaan dinomori pada selembar kertas. 2. Setiap siswa mengambil nomor undian dan menjawab pertanyaan

sesuai dengan nomor undian.

3. Jawaban yang benar dari setiap pertanyaan dapat dicocokkan dengan siswa lain yang berada pada meja pertandingan yang sama.

Siswa dari meja pertandiangan lain diberi kesempatan untuk menanggapi jawaban siswa yang bermain.

d. Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur di mana game atau permainan berlangsung. Turnamen ini biasanya dilangsingkan pada akhir minggu atau pada akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok.


(46)

Jalannya turnamen pada model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournaments (TGT) adalah :

1. Setiap siswa yang telah menempati meja turnamen bergantian mengambil nomor kartu berdasarkan urutan yang telah disepakati. 2. Siswa dipersilakan untuk membacakan dan menjawab soal sesuai

dengan nomor undiannya.

3. Soal yang tidak terjawab dilemparkan kepada siswa di sebelah kirinya.

4. Siswa yang menjawab soal dengan benar berhak menyimpan kartu yang akan dijadikan poin untuk kemudian diakumulasikan menjadi penghargaan kelompok.

e. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Kriteria penghargaan kelompok dinyatakan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok

Skor Kelompok Kriteria Penghargaan

≤ 40 Good Team

41 – 45 Great Team


(47)

3. Kelebihan dan Kelemahan Teams Games Tournaments (TGT)

Kelebihan dan kelemahan Teams Games Tournaments (TGT) yang dapat penulis rangkum setelah membaca beberapa sumber karangan Robert E. Slavin (1995), Sugiyanto (2009) dan Trianto (2009) adalah :

a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada di kelas tradisional.

b. Meningkatkan perasaan atau persepsi siwa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukan pada keberuntungan.

c. TGT memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama

verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit).

e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.

f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

g. TGT dapat meningkatkan rasa saling percaya.

h. TGT meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.


(48)

i. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

j. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

D.Motivasi Belajar Siswa

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata motivasi menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia (2008) adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu; usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Sedangkan Herman Hudojo (1988) berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan pendorong yang ada di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Winkel (1984) menyatakan motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan. Motivasi belajar adalah daya penggerak di dalam


(49)

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa akan tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang bersifat non intelektual. Peranannya yang sangat khas adalah dalam hal gairah / semangat belajar, siswa yang bermotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kemauan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan motivasi belajar matematika adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pelajaran matematika dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar matematika demi mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran matematika.

2. Macam-macam Motivasi

Ada beberapa macam motivasi dilihat dari berbagai sudut pandang. Macam-macam motivasi di bawah ini adalah macam-macam motivasi yang dituliskan oleh Sardiman (1986) :

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya i. Motif-motif bawaan

Motif bawaan yaitu motif yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari. Sebagai contohnya adalah : dorongan untuk makan,


(50)

dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk beristirahat, dan sebagainya.

ii. Motif-motif yang dipelajari

Motif-motif yang dipelajari maksudnya adalah motivasi yang timbul karena dipelajari. Sebagai contohnya adalah dorongan untuk mengajar di tengah masyarakat, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Motif-motif seperti ini disebut motif-motif yang diisyaratkan secara sosial.

b. Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis i. Motif atau kebutuhan organis

Motivasi ini muncul karena adanya kebutuhan organis untuk hidup. Misalkan : dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bernafas, dan sebagainya.

ii. Motif-motif darurat

Motivasi ini muncul karena adanya rangsangan dari luar. Misalkan : dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya.

iii. Motif-motif obyektif

Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi duni luar secara efektif. Misalkan : menaruh minat, melakukan manipulasi, dan sebagainya.


(51)

c. Motivasi Jasmaniah dan Motivasi Rohaniah

Yang termasuk dalam motivasi jasmaniah misalnya refleks, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk dalam motivasi rohaniah adalah kemauan.

d. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986). Anita Woolfolk (2009) menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan tantangan selama kita berusaha mengejar interest pribadi dan menerapkan kapabilitas, motivasi untuk melakukan sesuatu ketika kita tidak harus melakukan.

Sedangkan motivasi ekstrinsik menurut Sardiman adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (1986). Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didasarkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan itu sendiri, motivasi yang diciptakan oleh faktor-faktor eksternal seperti reward dan hukuman (Anita Woolfolk, 2009).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa motivasi intrinsik berasal dari dalam diri sendiri sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari faktor luar yang turut mempengaruhi suatu kemauan kita terhadap sesuatu.


(52)

3. Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar

Sardiman (1986) dalam bukunya menunjukkan beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Cara – cara tersebut adalah :

a. Memberikan angka

Angka dalam hal ini adalah simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka / nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan / kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego – involvment

Menumbuhkan kesadaran pada para siswa agar merasakan betapa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga


(53)

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberikan ulangan juga merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcment yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

h. Hukuman

Hukuman sebagi reinforcment yang negatif tetapi jika diberikan secara tepat dan bijak dapat menjadi alat motivasi.


(54)

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan baik. j. Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat merupakan alat motivasi yang pokok.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

4. Pendekatan Umum Motivasi

a. Pendekatan Behavioral

Kaum behavioris cenderung menekankan motivasi ekstrinsik yang disebabkan oleh insentif, reward, dan hukuman (Anita Woolfolk, 2009).

b. Pendekatan Humanistik

Pandangan humanistik menekankan motivasi intrinsik yang tercipta oleh kebutuhan akan pertumbuhan pribadi , fulfillment, dan


(55)

c. Pendekatan Kognitif

Pandangan kognitif menekankan para pencari makna, pemahaman, kompetensi, kekuatan atribusi, dan interpretasi individual (Anita Woolfolk, 2009).

d. Pendekatan Sosiokultural

Pandangan sosiokultural menekankan legatimate periperal participation dan identitas dalam masyarakat (Anita Woolfolk, 2009). 5. Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (1986), ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan siswa memiliki motivasi belajar. Ciri-ciri tersebut adalah :

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin.

E.Hasil Belajar

Hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan (Suprijono, 2009). Hasil belajar ini dapat dilihat dari hasil tes prestasi dan dalam pengukuran hasilnya digunakan simbol angka atau skor. Suprijono (2009) juga menuliskan hasil belajar menurut beberapa pakar yaitu Gagne dan Bloom. Hasil belajar menurut Gagne


(56)

yang dituliskan oleh Suprijono (2009) yaitu berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

Sementara hasil belajar menurut Bloom mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge,

comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation. Domain afektif adalah receiving, responding, valuing, organization, dan

characterization. Domain psikomotorik meliputi initiatory, pre-routine, dan

rountinized (Suprijono, 2009).

F. Materi Relasi dan Fungsi

1. Pengertian relasi

Definisi dari relasi menurut Marsigit (2009) adalah relasi dari himpunan M ke himpunan N adalah suatu aturan yang memasangkan anggota - anggota himpunan M ke anggota - anggota himpunan N. Misalkan terdapat dua himpunan yakni himpunan M = {Adi Bella, Cinta, Deni, dan Edi} dan himpunan N = {musik, tari, teater}. Adi menyukai tari, Bella menyukai teater, Cinta menyukai musik, Deni menyukai tari, dan Edi menyukai musik. Antar anggota himpunan M dan himpunan N terdapat suatu hubungan yang dinamakan relasi.


(57)

2. Cara menyatakan relasi

a. Diagram panah

Diagram panah merupakan cara paling mudah dalam menyatakan suatu relasi. Materi mengenai diagram panah telah dipelajari pada uraian-uraian sebelumnya.

Contoh diagram panah :

Gambar 2.1 Contoh Diagram Panah

b. Diagram Cartesius

Selain dengan diagram panah, relasi dapat juga dinyatakan dalam bentuk diagram cartesius. Penempatan sumbu-sumbu pada diagram cartesius diatur sebagai berikut: sumbu horisontal digunakan untuk himpunan pertama sedangkan sumbu vertikal digunakan untuk himpunan kedua. Contoh diagram cartesius :


(58)

c. Himpunan pasangan berurutan

Cara menyatakan relasi yang ketiga adalah dengan himpunan pasangan berurutan. Himpunan pasangan berurutan didefinisikan sebagai berikut: Suatu relasi antar dua himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari A dan B. A × B merupakan himpunan pasangan berurutan (a, b) dengan a ∈ A dan b ∈ B. (Marsigit, 2009)

3. Pengertian fungsi

Misalkan himpunan A = {Jakarta, Kuala Lumpur, Paris, Teheran, Tokyo} dan himpunan B = {Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Perancis}. Dari kedua himpunan tersebut, dapat dibuat suatu relasi ‘ibukota’. Dengan relasi tersebut, terlihat bahwa relasi tersebut memiliki sifat-sifat setiap anggota himpunan A memiliki kawan anggota himpunan B. Selai itu juga tidak ada anggota A yang memiliki kawan lebih dari satu di himpunan B. Suatu relasi yang memiliki kedua sifat tersebut merupakan relasi khusus yang disebut fungsi. Fungsi didefinisikan sebagai: fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B. (Marsigit, 2009)

a. Domain, kodomain, dan range

Pada fungsi dikenal beberapa istilah yakni daerah asal (domain), daerah kawan (kodomain), dan daerah hasil (range).


(59)

b. Menyatakan fungsi / pemetaan

Pada dasarnya fungsi juga merupakan relasi, maka dalam menyatakan fungsi juga dapat dinyatakan dalam 3 cara yakni dengan menggunakan diagram panah, diagram cartesius, dan himpunan pasangan berurutan. c. Banyak pemetaan dari dua himpunan

Cara untuk menentukan banyaknya pemetaan dari dua himpunan menurut buku karangan Marsigit (2009) adalah sebagai berikut :

Jika banyaknya anggota himpunan P adalah n(P) dan banyak anggota himpunan Q adalah n(Q) maka :

Banyak pemetaan dari P ke Q adalah {n(Q)}n(P) Banyak pemetaan dari Q ke P adalah {n(P)}n(Q) 4. Korespondensi satu-satu / Perkawanan satu-satu

a. Pengertian korespondensi satu-satu Misalkan terdapat suatu fungsi “Rasa”.

Gambar 2.3 : Fungsi “Rasa”

Setiap anggota pada himpunan A hanya dapat dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan B. Demikian juga dengan setiap anggota B yang dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan A. Fungsi dengan sifat seperti itu dinamakan sebagai korespondensi satu-satu.


(60)

Definisi korespondensi satu-satu: jika setiap anggota himpunan A dipasangkan dengan tepat satu anggota himpunan B dan setiap anggota himpunan B dipasangkan dengan tepat satu anggota himunan A maka dikatakan bahwa himpunan A berkorespondensi satu-satu dengan himpunan B. Jadi, n(A) harus sama dengan n(B). (Marsigit, 2009)

b. Banyak korespondensi satu-satu dari dua himpunan

Cara untuk menemukan banyaknya korespondensi satu-satu yang mungkin terjadi pada 2 himpunan yang banyak anggotanya telah diketahui menurut buku yang ditulis Marsigit (2009) adalah : Jika n(A) = n(B) = n maka banyaknya korespondensi satu-satu antara A dan B adalah n × (n – 1) × (n – 2) × ... × 3 × 2 × 1.

G. Kerangka Berpikir

Siswa pasti ingin mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Pencapaian hasil yang memuaskan tersebut dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya ialah motivasi siswa dalam belajar. Motivasi yang dimaksud adalah dorongan siswa untuk belajar. Dari sekian banyak macam motivasi, motivasi ekstrinsiklah yang dapat didongkrak secara siginifikan karena motivasi ekstrinsik lahir dari lingkungan sekitar seperti persaingan dengan teman sebaya, dukungan keluarga, dan bahkan cara guru menyampaikan materi di kelas.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah proses pembelajaran dalam kelas. Pemilihan model dan metode pembelajaran di kelas


(61)

sangat mempengaruhi minat dan motivasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan pada penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan model pembelajaran ini siswa dibantu oleh teman sebayanya dalam satu kelompok diskusi. Selain itu dengan adanya rasa bersaing saat melaksanakan turnamen akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

H.Hipotesis

Hipotesis yang peneliti kemukakan berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) yang peneliti terapkan di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada materi relasi dan fungsi akan berjalan dengan baik.

2. Hasil belajar siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) akan mencapai nilai yang baik.

3. Motivasi belajar yang dimiliki siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta pada pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) akan tinggi.


(62)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif (kualitatif-kuantitatif). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Jenis penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka (Nana S. Sukmadinata, 2005).

B.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2012 / 2013 yakni pada bulan Agustus-September 2012 bertempat di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.


(63)

C. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 39 siswa. Obyek pada penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

D.Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe Teams Games Tournaments (TGT).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat bantu peneliti dalam kegiatan penelitian (Mustafa, 2009). Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua macam instrumen yakni instrumen perencanaan pembelajaran dan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen perencanaan pembelajaran meliputi Tes Kemampuan Awal (TKA), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar ketercapaian pelaksanaan RPP, soal permainan, dan soal turnamen. Sedangkan instrumen


(64)

untuk mengumpulkan data terdiri dari Tes Hasil Belajar (THB), angket, dan pertanyaan wawancara untuk siswa.

1. Tes Kemampuan Awal (TKA)

TKA adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sekaligus untuk membagi siswa dalam beberapa kelompok diskusi. Materi yang digunakan untuk TKA adalah materi kelas VII. Sebelum diujikan pada para siswa, terlebih dahulu kisi-kisi TKA dan soal TKA dikonsultasikan pada dosen dan guru.

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal (TKA)

Kompetensi

Dasar Indikator

Tingkat Kognitif

Jumlah Butir

Soal C1 C2 C3

1. Melakukan operasi hitung bilangan pecahan.

Siswa dapat menentukan operasi hitung bilangan pecahan (%) yang dikaitkan dengan kejadian sehari-hari.

1 1

2. Melakukan operasi pada bentuk aljabar.

Siswa dapat menentukan jumlah

dari dua bentuk aljabar. 1 1

3. Menggunakan perbandingan untuk pemecahan masalah.

Siswa dapat menggunakan prinsip perbandingan dua besaran yang sejenis dalam menyelesaikan masalah.

1 1

4. Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah.

Siswa dapat menyatakan suatu himpunan dengan mendaftar anggota-anggotanya jika diketahui sebuah diagram venn.

1 1

5. Menentukan hubungan dua garis, besar, dan jenis sudut.

Siswa dapat menentukan nilai suatu sudut jika diketahui dua

sudut yang saling berpelurus. 1 1

Jumlah 1 2 2 5

Keterangan : C1 : Mengingat C2: Memahami C3 : Menerapkan


(65)

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

RPP adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pada penelitian. RPP mencakup hal-hal berikut: tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah kegiatan, alat dan bahan, dan penilaian (terlampir).

3. Lembar Ketercapaian Pelaksanaan RPP

Lembar ketercapaian pelaksanaan RPP digunakan untuk menilai pelaksanaan peneliti dalam mengajar, apakah sesuai dengan RPP yang telah dibuat atau tidak (terlampir).

4. Soal Permainan

Soal permainan dalam penelitian ini adalah soal latihan pada sesi permainan (games) pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian ini ada dua permainan, maka ada dua macam soal permainan yang dibuat. Pada permainan pertama, soal disajikan dalam bentuk essay dan setiap siswa mengerjakan satu nomor soal (terlampir). Pada permainan kedua, soal disajikan dalam bentuk pilihan ganda (terlampir).

Contoh soal dalam permainan 1 :

Hasil ulangan Matematika Shinta, William, Ferry, Fanny, dan Dhea bertturut-turut adalah 8, 7, 6, 9, dan 8. Tuliskanlah :

a. Anggota-anggota himpunan N (nama siswa) dan himpunan L (nilai ulangan matematika).


(66)

b. Himpunan pasangan berurutan antara himpunan nama dan himpunan nilai.

Contoh soal dalam permainan kedua :

Diketahui A = {b, u, i} dan B = {r, o, t, i}. Banyak pemetaan yang mungkin terjadi dari A ke B adalah ... .

a. 36 c. 81 b. 64 d. 12 5. Soal Turnamen

Soal turnamen dalam penelitian ini adalah soal latihan pada sesi turnamen yang diadakan setelah melaksanakan permainan atau games. Dalam turnamen ini terdapat lima kelompok yang masing-masing memiliki tingkat akademis berbeda-beda yakni tinggi, sedang, dan rendah. Soal turnamen dibuat menjadi lima macam soal dengan tingkat kesulitan yang berlainan. Hal ini bertujuan agar pada kelompok turnamen yang memiliki tingkat akademis tinggi mendapatkan soal dengan tingkat kesulitan yang tinggi pula. Demikian berlaku pula untuk kelompok-kelompok lain yang memiliki tingkat akademis masing-masing (terlampir).

Contoh soal turnamen :

Diketahui himpunan A = {1, 8, 27, 64, 125} dan B = {1, 2, 3, 4, 5} membentuk relasi ‘pangkat tiga’ dari A ke B. Nyatakanlah relasi tersebut dalam bentuk :

a. Himpunan pasangan berurutan. b. Diagram panah


(67)

6. Tes Hasil Belajar (THB)

THB adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan penelitian.

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Tes Hasil Belajar

Kompetensi

Dasar Indikator

Tingkat Kognitif

Jumlah Butir

Soal C1 C2 C3

Memahami relasi dan fungsi

Siswa dapat menyebutkan anggota dua

himpunan dari suatu relasi. 1

2 Siswa dapat memberi nama pada suatu

relasi. 1

Siswa dapat menyatakan suatu relasi

dalam bentuk diagram cartesius. 1 1

Siswa dapat menyebutkan domain, kodomain, dan range dari diagram panah suatu fungsi.

1

2 Siswa dapat menyatakan diagram panah

suatu fungsi dalam himpunan pasangan berurutan.

1 Siswa dapat menyebutkan jumlah

pemetaan yang mungkin terjadi bila diketahui dua himpunan.

1 1

Siswa dapat menyebutkan banyaknya korespondensi satu-satu yang terjadi antara dua himpunan.

1

2 Siswa dapat menggambarkan suatu

korespondensi satu-satu dalam bentuk diagram panah.

1

Jumlah 3 2 3 8

Keterangan : C1 : Mengingat C2: Memahami C3 : Menerapkan


(68)

Angket digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa. Sebelum membuat pernyataan angket, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket yang mencakup 9 indikator yaitu : rajin dalam belajar, keinginan untuk menggali pengetahuan lebih dalam, mengerti tujuan belajar suatu materi tertentu, keinginan untuk menjadi yang terbaik, keberanian untuk tampil di depan kelas, cara mengajar guru di kelas, pergaulan dengan teman, pengaruh guru dalam belajar, pengaruh orang tua dalam belajar. Masing-masing indikator dibagi dalam dua macam pernyataan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Secara keseluruhan angket ini berisi 25 butir pernyataan tertutup yang harus diisi siswa setelah semua proses pembelajaran selesai dilangsungkan.

Tabel 3.3 : Kisi-kisi Angket Motivasi

No. Indikator

Pernyataan Positif Butir

Pernyataan Negatif

Butir Pernyataan

1. Rajin dalam belajar 4 1, 7, 17, 22 1 24

2. Keinginan untuk menggali pengetahuan lebih dalam.

2 2, 9 1 6

3. Mengetahui tujuan belajar suatu materi tertentu.

1 3 1 21

4. Keinginan untuk menjadi yang terbaik.

2 5, 25 1 14

5. Keberanian untuk tampil di depan kelas.

1 15 1 4

6. Cara mengajar guru di kelas. 2 18, 20 1 8

7. Pergaulan dengan teman 2 11, 16 1 13

8. Pengaruh guru dalam belajar 1 12 1 23

9. Pengaruh orang tua dalam belajar 1 19 1 10


(69)

Pertanyaan wawancara digunakan untuk mencari informasi lebih mendalam pada siswa-siswi yang korelasi antar hasil belajar dan motivasi belajarnya diskonkordan atau tidak berkorelasi positif.

F. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. Perhitungan validitas dan reliabilitas ini dilakukan agar instrumen benar-benar valid dan dipercaya (reliabel) untuk digunakan.

1. Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Awal (TKA)

Uji validitas dan reliabilitas pada tes kemampuan awal hanya berupa pertimbangan dari para pakar. Pakar dalam penelitian ini adalah dosen dan guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII C. Dosen dan guru pengampu mata pelajaran matematika kelas VIII C menilai kesesuaian kisi-kisi TKA dengan setiap butir soal TKA dan menilai setiap butir soal TKA berdasarkan tingkat kesulitan dan kemampuan siswa kelas VIII C.

2. Validitas dan Reliabilitas Tes Hasil belajar (THB)

Validitas dan reliabilitas Tes Hasil Belajar (THB) diukur dengan perhitungan statistik dan dilanjutkan dengan pertimbangan dari pakar. Perhitungan validitas butir ini menggunakan perhitungan korelasi Product Moment dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Rumus korelasi Product Moment :


(70)

��� = � ∑ ���� −

(∑ �)(∑ �)

�(� ∑ �2− (∑ �)2) . (� ∑ �

�2− (∑ ��)2)

Keterangan :

rxy = koefisien validitas butir antara variabel X dan variabel y

n = jumlah siswa uji coba

x = skor tiap butir soal untuk setiap individu y = jumlah skor tiap siswa uji coba

Dalam perhitungan validitas butir soal ini, suatu butir soal dinyatakan valid bila hasil perhitungan validitas butir ≥ r tabel.

Sedangkan perhitungan reliabilitas THB dihitung menggunakan rumusan Cronbach Alpha yaitu :

11= � ��−

1��1−

��2

2 � dengan,

�2

=

∑ ��

2(∑ �)2

� , untuk varians tiap butir soal ��2 = ∑ �

2(∑ �)2

� , untuk varians total

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen.

∑ ��2 = jumlah varians skor tiap-tiap item.

��2 = varians total

� = banyak soal. n = jumlah siswa


(71)

Adapun suatu soal dikatakan sebagai soal yang reliabel bila hasil perhitungan Alpha ≥ 0,5. Reliabilitas suatu soal juga dikelompokkan menjadi 5 kriteria sebagai berikut :

Sangat Tinggi : 0,81 < r ≤ 1,00 Tinggi : 0,61 < r ≤ 0,80 Cukup : 0,41 < r ≤ 0,60 Rendah : 0,21 < r ≤ 0,40 Sangat Rendah : 0,00 < r ≤ 0,20 3. Validitas Angket Motivasi

Perhitungan validitas angket motivasi dilakukan dengan menghitung nilai korelasi (r) antara skor yang diperoleh siswa tiap butirnya (x) dengan skor total (y). Nilai korelasi ini dihitung menggunakan kalkulator. Pada perhitungan ini suatu butir pernyataan angket dinyatakan valid bila nilai korelasi (r) pada kalkulator ≥ 0,3. Selanjutnya angket motivasi dinilai berdasarkan pertimbangan pakar yaitu dosen.

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu : angket, tes, dan wawancara.


(72)

Dalam pengumpulan data tentang motivasi belajar siswa digunakan angket motivasi belajar yang berisi pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa baik intrinsik maupun ekstrinsik.

2. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Tes Kemampuan Awal (TKA) dan Tes Hasil Belajar (THB). TKA diberikan di awal pertemuan sebelum pengambilan data dilangsungkan dengan bahan materi kelas sebelumnya yakni kelas VII. Tujuan diberikannya TKA adalah untuk mengukur kemampuan siswa pada pokok bahasan yang menjadi prasyarat materi fungsi sekaligus menjadi sarana untuk menentukan kelompok diskusi. Sedangkan THB diberikan di akhir pertemuan setelah pengambilan data dilangsungkan dengan bahan materi relasi dan fungsi.

3. Wawancara

Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi yang lebih jelas tentang hasil belajar dan motivasi belajar siswa. Pemilihan subyek wawancara dilakukan secara acak pada siswa yang memiliki korelasi hasil dan motivasi belajar negatif.


(73)

49 BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN ANALISIS

HASIL PENELITIAN

A.Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

1. Observasi

Observasi dilaksanakan dengan melihat pembelajaran di kelas VII A dan VII B pada semester genap tahun ajaran 2011/2012 dan melihat pembelajaran di kelas VIII C pada awal semester gasal tahun ajaran 2012 / 2013. Observasi ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengenal calon-calon subyek yang akan diteliti dan menemukan permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran di kelas. Pada kegiatan observasi ini peneliti mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa kelas. 2. Validitas dan Reliabilitas

Perhitungan validitas dan reliabilitas dilakukan agar seluruh instrumen terutama yang berkaitan dengan pengukuran data dapat dinyatakan valid dan reliabel serta dapat digunakan dalam kegiatan penelitian. Sebelum dilaksanakan perhitungan validitas dan reliabilitas intrumen, terlebih dahulu peneliti menguji coba instrumen yang akan peneliti gunakan yakni Tes Hasil Belajar dan Angket Motivasi Belajar. Uji coba Tes Hasil belajar (THB) dilaksanakan di kelas IX C pada hari Kamis, 30 Agustus 2012. Sedangkan uji coba angket motivasi belajar dilaksanakan di kelas VIII A pada hari Selasa, 4 September 2012.


(74)

a. Validitas THB

Ada dua macam pengujian yang dilakukan dalam menguji Tes Hasil Belajar (THB) yakni validitas butir dan validitas isi. Penilaian validitas isi dilakukan oleh para pakar yakni dosen pembimbing dan guru mata pelajaran matematika. Sedangkan validitas butir THB diukur dengan rxy rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Terdapat 5

butir soal yang diuji validitasnya dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Soal – soal tersebut dinilai cukup valid jika perhitungan rxy tiap butirnya lebih dari r tabel. R tabel dilihat

berdasarkan nilai n, dimana n adalah jumlah siswa dan taraf signifikansi yang diambil. Dengan nilai n = 39 dan taraf signifikansi 5% didapatkan nilai r tabel adalah 0,319. Pada perhitungan ini kelima soal yang diuji bernilai valid. Tabel perhitungan validitas butir THB dapat dilihat pada lampiran.

b. Reliabilitas THB

Reliabilitas THB diukur dengan menggunakan r11 rumus

Koefisien Cronbach Alpha. Terdapat 5 butir soal yang diuji reliabilitasnya. Kelima soal tersebut dinilai cukup reliabel jika hasil pengukuran r11 atau α kelima soal yang diuji lebih dari 0,5. Pada

perhitungan ini kelima soal dinilai cukup reliabel dengan nilai r11 =


(75)

c. Validitas Angket Motivasi

Pengujian angket motivasi dilaksanakan pada hari Selasa, 4 September 2012 di kelas VIII A. Pada pengujian angket tersebut, terdapat 25 butir pernyataan yang diujicobakan. Setelah pengujian angket selesai dilaksanakan, peneliti melanjutkan dengan melakukan perhitungan validitas angket motivasi untuk memastikan bahwa angket motivasi tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan makna yang berbeda. Perhitungan validitas angket motivasi dilakukan dengan menghitung korelasi (r) antara skor yang diperoleh siswa tiap butirnya (x) dengan skor total (y). Perhitungan ini dilakukan menggunakan kalkulator. Butir angket dinyatakan valid jika hasil perhitungannya korelasinya (r) lebih dari atau sama dengan 0,3.

Setelah dilakukan perhitungan validitas, didapatkan beberapa butir pernyataan angket yang dinilai tidak valid. Beberapa butir pernyataan angket yang tidak valid berdasarkan perhitungan korelasi (r) diganti pernyataannya dengan isi atau maksud yang tetap sama. Penggantian kalimat butir pernyataan angket ini dilakukan berdasarkan pertimbangan pakar yakni dosen pembimbing. Tabel perhitungan validitas angket motivasi dapat dilihat pada lampiran.

3. Pengambilan Data

Kegiatan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2012 selama 6 pertemuan di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Adapun banyak siswa di kelas VIII C adalah 19 siswa laki-laki


(1)

220

Siswa 4 : “Aku lebih senang mengerjakan sendiri karena kalo kerja kelompok bareng temen malah banyak ngobrolnya. “

Peneliti : “ Nah, kalo di kelas bu guru lebih sering menerangkan menggunakan ceramah atau kelompok ? ”

Siswa 4 : “ Ceramah “

Peneliti : “ Kamu sendiri lebih senang diajar menggunakan ceramah atau berkelompok ? “

Siswa 4 : “ Ceramah, karena lebih jelas, penjelasannya kan dari guru langsung. “ Peneliti : “ Yap, sudah selesai dik. Terima kasih banyak ya “

Siswa 4 : “ Ya mas, sama – sama “


(2)

TRANSKRIP WAWANCARA SISWA 5 (Siswa dengan hasil belajar tinggi – motivasi sedang)

Peneliti : “ Dik, berapa lama kamu belajar di rumah ? “ Siswa 5 : “ Kira-kira 2 jam mas “

Peneliti : “ Wah, lama ya, kamu merasa kesulitan gak belajar matematika ? “ Siswa 5 : “ Kesulitan sih kalo belajar sendiri, tapi kalo ada pembimbing gak

kesulitan “

Peneliti : “ Nah, menurutmu apa kesulitanmu ketika belajar matematika ? “ Siswa 5 : “ Karena materinya sulit mas, soalnya juga kadang sulit. “

Peneliti : “ Kalo kamu merasa kesulitan kamu banyak bertanya atau membairkan aja ? “

Siswa 5 : “ Lebih banyak bertanya. “

Peneliti : “ Lalu biasanya kamu tanya ke siapa ? “ Siswa 5 : “ Guru les “

Peneliti : “ Di rumah apakah kamu punya jadwal belajar yang teratur ? “ Siswa 5 : “ Ada “

Peneliti : “ Dik, di sekolah kan disediakan buku BKS dan modul, adakah buku yang kamu beli sendiri selain kedua buku itu ? “

Siswa 5 : “ Gag ada “

Peneliti : “ Nah, kalo materi sudah diajarkan guru di sekolah, diulang dirumah lagi gak ? “

Siswa 5 : “ Diulang lagi mas, saat belajar “

Peneliti : “ Dik, misalkan ada materi baru yang belum diajarkan bu guru, kamu mempelajari dulu apa nunggu diajarin guru dulu ? “

Siswa 5 : “ Biasanya belajar dulu mas. “

Peneliti : “ Kamu sendiri seneng gak belajar matematika ? “

Siswa 5 : “ Seneng, karena seru. Kalau bisa mengerjakan soal ada keseruan tesendiri. “

Peneliti : “ Kamu kan ikut les dik, ikut les apa aja ? “ Siswa 5 : “ Ikut les matematika sama bahasa Inggirs, mas. “ Peneliti : “ Itu dorongan orang tua atau kemauan sendiri ? “


(3)

222

Siswa 5 : “ Atas kemauan, dorongan orang tua. “

Peneliti : “ Nah, misalkan di kelas kamu diminta maju mengerjakan soal, gimana perasaanmu ? “

Siswa 5 : “ Takut salah “

Peneliti : “ Oh, lalu kalau di rumah ada yang selalu mengingatkan belajar ? “ Siswa 5 : “ Ada, selalu diingatkan orang tua. “

Peneliti : “ Dik, kalau kamu mengerjakan tugas lebih suka mengerjakan sendiri atau kerja kelompok ? “

Siswa 5 : “ Kalo gak bisa mending sama temen, tapi kalo udah bisa mendingan kerja sendiri, biar bisa konsentrasi “

Peneliti : “ Lalu, bu guru kalau di kelas banyak menerangkan menggunakan ceramah atau kerja kelompok ? “

Siswa 5 : “ Kerja kelompok “

Peneliti : “ Kalo kamu sendiri mending diajar pakai ceramah atau dalam kelompok ? “

Siswa 5 : “ Lebih suka kerja kelompok karena bisa membantu atau tanya temen. “ Peneliti : “ Ehm, kelompknya mending milih sendiri atau dipilihin guru ? “ Siswa 5 : “ Mending dipilihin guru mas, biar adil. “

Peneliti : “ Oke, sudah selesai dik, terima kasih banyak ya “ Siswa 5 : “ Ya mas, sama-sama “


(4)

Lampiran G :

1. Surat Ijin Melaksanakan Penelitian


(5)

223

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (Teams Games Tournaments) Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Siswa Kelas IV MI M Gading 1 Klaten Utara

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)( PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII E SMP Ne

0 0 15

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournaments (TGT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Moyudan pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.

1 2 196

Hasil belajar dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) di kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta - USD Repository

0 3 255