4.3.4 Model Keynesian vs Model Monetaris-Klasik
Dalam analisis ini, investasi menurut model Keynesian Model I digambarkan dengan menganggap bahwa investasi akan dipengaruhi oleh
pengeluaran pemerintah, suku bunga, dan pendapatan nasional. Faktor- faktor lain di luar model dianggap cateris paribus, termasuk konsekuensi
peningkatan pengeluaran pemerintah, yaitu defisit anggaran. Sementara itu, model Monetaris-Klasik Model II digambarkan dengan menganggap
bahwa investasi akan dipengaruhi oleh defisit anggaran, suku bunga, dan pendapatan nasional, dimana pengeluaran pemerintah itu sendiri dianggap
sebagai faktor lain di luar model yang diasumsikan cateris paribus. Hasil regresi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek
menunjukan bahwa variabel independen dalam model berpengaruh kuat terhadap variabel dependen I, dan model-model tersebut merupakan model
yang sehat dan tepat karena telah lulus uji asumsi klasik dan uji F-statistik Lihat Subbab 4.2.2 hal.86 dan 4.2.3 hal.92. Hanya saja, model dalam
jangka pendek tidak dapat diintepretasikan lebih lanjut karena koefisien ect atau
tidak signifikan Lihat Tabel 4.7. Ini berarti dalam jangka pendek pada kedua model tidak tercapai keseimbangan. Hal ini dapat menunjukan
bahwa respon para pelaku ekonomi masih relatif kurang sensitif atau cenderung lamaban dan juga semakin menyakinkan bahwa perilaku para
investor yang masih belum intensif dan menggeliat. Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang
pengaruh pengeluaran pemerintah RGE dan defisit anggaran RDF
terhadap investasi adalah negatif. Akan tetapi, defisit anggaran secara statistik tidak berpengaruh signifikan. Nilai koefisien RGE adalah – 88,36
sedangkan RDF adalah – 21,32. Nilai tersebut dapat menggambarkan bahwa setiap kenaikan Rp 1 Milyar pengeluaran pemerintah dapat menurunkan
investasi sebesar Rp 88,36 Milyar. Sementara itu, apabila defisit anggaran berpengaruh maka kenaikan Rp 1 Milyar defisit anggaran dapat
menurunkan investasi sebesar Rp 21,32 Milyar. Dengan membandingkan jumlah kemungkinan investasi yang akan terdesak, dan oleh karena defisit
anggaran yang tidak berpengaruh signifikan terhadap investasi, maka pengeluaran pemerintah-lah yang akan menimbulkan fenomena crowding
out.
Tabel 4. 14 Representasi Hasil Regresi Model I
Jangka Panjang I = – 71286,77 – 57,37 RIR + 0,43 GDP – 88,36
RGE Jangka Pendek
DI = – 22717,13105 – 679,35 DRIR + 0,63 DGDP – 18,63 DRGE – 0,24 RESIDGE-1
Model II
Jangka Panjang I = – 41451,44 + 906,57 RIR + 0,25 GDP – 21,32
RDF Jangka Pendek
DI = – 26856,90 – 765,66 DRIR + 0,66 DGDP + 1,93 DRDF – 0,015 RESIDDF-1
Sementara itu, baik dalam model Keynesian maupun Monetaris- Klasik, dalam jangka panjang suku bunga tidak berpengaruh terhadap
investasi, dan pendapatan nasional berpengaruh positif. Dengan koefisien GDP sebesar 0,43 pada model I, dan 0,25 pada model II, pendapatan
nasional akan lebih meningkatkan investasi dengan mengasumsikan perekonomian seperti model I, Keynesian.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan intepretasi secara ekonomi, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi, temuan ini berbeda dengan hipotesis yang dirumuskan.
Pengaruh ini hanya terjadi pada jangka panjang dimana perilaku para investor untuk memutuskan ekspektasinya memerlukan waktu yang
relatif lama. Perubahan pengeluaran pemerintah akan dicermati hingga waktu tertentu dan oleh karena berpengaruh negatif hal tersebut
mengindikasikan bahwa pengeluaran pemerintah tidak berdampak nyata pada perbaikan iklim investasi – dalam hal ini perbaikan barang-barang
publik – sehingga kepercayaan sektor swasta terhadap pemerintah berkurang. Dalam kaitannya dengan hipotesis pendesakan investasi,
pengeluaran pemerintah akan dapat mendesak investasi keluar. b. Defisit anggaran berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
investasi. Temuan ini juga berbeda dengan hipotesis awal walaupun memiliki kesamaan tanda. Defisit anggaran yang tidak mendesak
investasi ini dapat terjadi dikarenakan pasar uang domestik dan global telah terintegrasi, dan juga upaya perbankan mempertahan suku bunga
deposito. Dengan demikian, keseimbangan pasar dana pinjaman akan