BAB V ANALISA DATA
5.1. Budaya Organisasi
Berdasarkan indikator yang digunakan untuk mengukur bagaimana budaya organisasi pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Sumatera
Utara, maka dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi telah berjalan dengan baik dan memenuhi harapan para pegawai sehingga
diterima oleh pegawai dengan respon yang baik, hal ini dibuktikan dari beberapa pernyataan yang ada dalam kuesioner yang ditanggapi dengan pernyataan “Setuju”
dari seluruh pegawai yang menjadi responden pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Sumatera Utara.
Dari indikator integrasi, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Sumatera Utara mampu menyatukan unit-unit kerja yang ada untuk bekerja
secara terkordinasi, hal ini dinyatakan oleh sebanyak 29 responden 67.4 dan hanya 1 responden 2.3 menyatakan kurang mampu, hal ini dapat dilihat pada
Tabel 5. Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya hubungan atau kordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang ada.
Integrasi dalam sikap instansi terhadap unit-unit kerja yang ada dinyatakan adil oleh responden, yaitu sebanyak 24 responden 55.8 menyatakan adil dan
hanya 1 responden 2.3 menyatakan sangat adil, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa instansi tidak membeda-bedakan unit-unit
kerja yang ada sehingga unit-unit kerja tersebut dapat saling terkordinasi.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dilihat dari indikator dukungan manajemen yang dibagi dalam 2 pertanyaan, pemimpin sering memberikan bantuan dan dukungan kepada bawahan,
hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase 65.1 dari 28 responden, dan hanya 1 responden 2.3 yang menyatakan jarang, hal ini dapat dilihat pada Tabel 7, dan
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa atasan memiliki tanggung jawab yang baik terhadap bawahannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang sulit dikerjakan oleh
bawahannya, sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Dukungan manajemen dalam memberikan bantuan dan dukungan
berpengaruh positif kepada prestasi kerja pegawai, hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase 58.1 dari 25 responden, sedangkan 3 responden 7 menyatakan
bahwa bantuan dan dukungan dari atasan cukup berpengaruh positif pada prestasi kerja pegawai, hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Dalam hal ini dapat disimpulkan
bahwa sikap atasan dalam memberikan dukungannya kepada bawahan dapat menjadikan bawahan bekerja lebih maksimal lagi.
Dari indikator kontrol, sebagian besar pegawai menyatakan bahwa instansi sudah merumuskan peraturan-peraturan yang digunakan untuk mengawasi dan
mengendalikan perilaku pegawai dengan sangat jelas, hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase 60.5 dari 26 responden, sedangkan 2 responden 4.6
menyatakan bahwa instansi sudah merumuskan peraturan-peraturan yang digunakan untuk mengendalikan perilaku pegawai namun masih membingungkan, hal ini dapat
dilihat pada Tabel 9. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa instansi telah memiliki pedoman dalam pelaksanaan kegiatan di dalam organisasi untuk mengawasi dan
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan perilaku pegawai berdasarkan peraturan dan ketetapan yang telah ditetapkan oleh pemerintah serta Kepala Badan Pertanahan Nasional RI.
Berdasarkan peraturan-peraturan yang terdapat di instansi, sebagian besar pegawai menyatakan bahwa peraturan-peraturan sangat dapat mengendalikan
perilaku pegawai, hal ini dapat ditunjukkan dengan jumlah persentase 51,2 dari 22 responden, sedangkan 2 responden 4.6 menyatakan bahwa peraturan-peraturan
tersebut kurang dapat mengendalikan perilaku pegawai, hal ini dapat dilihat pada Tabel 10. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan di dalam instansi telah mendorong perilaku pegawai untuk bekerja lebih maksimal lagi.
Sedangkan mengenai kepatuhan terhadap peraturan meskipun tidak diawasi oleh atasan, 19 responden 44.2 menyatakan bahwa jarang melakukan pelangaran
meskipun tidak diawasi atasan, sedangkan 10 responden 23.2 menyatakan tidak akan melakukan pelanggaran meskipun tidak diawasi atasan, hal ini dapat dilihat
pada Tabel 11. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pegawai memiliki kontrol diri dalam bekerja sehingga mereka jarang melakukan pelanggaran sekalipun tidk diawasi
oleh atasan. Dari indikator sistem imbalan berdasarkan Apakah Instansi Sudah
Merumuskan Kebijakan-Kebijakan Yang Mengatur Tentang Sistem Imbalan, sebanyak 18 responden 41.9 menyatakan bahwa instansi sudah merumuskan
kebijakan-kebijakan yang mengatur tentang sistem imbalan tetapi kurang jelas, sedangkan 2 responden 4.6 menyatakan bahwa instansi tidak jelas merumuskan
kebijakan-kebijakan yang mengatur sistem imbalan, hal ini dapat dilihat pada
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa instansi telah memiliki pedoman dalam mengatur sistem imbalan sesuai dengan peraturan dan keputusan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan sistem imbalan yang didasarkan atas keberhasilan pekerjaan
apakah dapat mendorong pegawai untuk bekerja lebih maksimal lagi, sebanyak 21 responden 48.9 menyatakan bahwa sistem imbalan yang didasarkan atas
keberhasilan kerja pegawai senantiasa dapat mendorong pegawai untuk bekerja lebih maksimal lagi, sedangkan 1 responden 2.3 menyatakan kurang dapat mendorong
hal ini dapat dilihat pada Tabel 13. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam pekerjaan dapat mendorong pegawai untuk dapat bekerja lebih
maksimal lagi berdasarkan sistem imbalan yang telah ditetapkan dalam peraturan dan ketetapan yang telah disusun sebelumnya.
Jika dilihat dari indikator toleransi terhadap konflik, sebagian besar pegawai menyatakan bahwa jarang terjadi konflik antara sesama pegawai, hal ini dapat
ditunjukkan dengan jumlah persentase 39,5 dari 17 responden, sedangkan 1 responden 2.3 menyatakan bahwa sering terjadi konflik antara sesama pegawai,
hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa di dalam lingkungan kerja jarang sekali terjadi konflik di antara sesama pegawai. Berdasarkan
pemantauan peneliti, para pegawai menyatakan bahwa perbedaan pendapat dan salah pengertian merupakan hal yang wajar bagi para pegawai.
Berdasarkan apakah mengajukan pendapat yang berbeda dengan atasan merupakan hal yang berbahaya, sebanyak 21 responden 48.8 menyatakan tidak
setuju jika mengajukan pendapat yang berbeda dengan atasan merupakan hal yang
Universitas Sumatera Utara
berbahaya, sedangkan 8 responden 18.6 menyatakan sangat tidak setuju jika mengajukan pendapat yang berbeda dengan atasan merupakan hal yang berbahaya,
hal ini dapat dilihat pada Tabel 15. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada rasa takut bagi para pegawai untuk mengajukan pendapatnya dengan atasan. Bila
suatu hal yang dibahas oleh atasan dengan para pegawai, para pegawai tidak canggung dalam mengajukan pendapatnya, hal ini menunjukkan bahwa adanya
sistem demokrasi yang terjalin dalam organisasi sehingga terhindar dari konflik antar sesama anggota organisasi.
Dilihat dari indikator toleransi terhadap tindakan beresiko, Sebagian besar pegawai menyatakan bahwa mereka sering diberikan kesempatan untuk melakukan
pekerjaan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase sebesar 53.5 dari 23 responden, sedangkan 2 responden 4.7
menyatakan bahwa mereka jarang diberi kesempatan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 16. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pegawai sering mendapatkan
kesempatan dalam melakukan pekerjan yang lebih sulit, namun pekerjaan yang dilakukan tersebut tergantung duduk pada bagian-bagian masing-masing di dalam
instansi. Berdasarkan pertanyaan sikap atasan jika pegawai ada hambatan sewaktu
melakukan pekerjaan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, sebanyak 17 responden 39.5 menyatakan atasan sering memberikan bantuan ketika pegawai ada
hambatan sewaktu melakukan pekerjaan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi, sedangkan 2 responden 4.6 menyatakan atasan jarang memberikan bantuan, hal
ini dapat dilihat pada Tabel 17. Dan dapat disimpulkan bahwa atasan sering
Universitas Sumatera Utara
memberikan bantuan kepada bawahannya dalam menyelesaikan pekerjaan yang lebih sulit dikerjakan oleh bawahannya, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik. Berdasarkan pertanyaan tentang rasa cemas dan takut bila tidak bisa
menyelesaikan pekerjaan, sebanyak 20 responden 46.5 menyatakan bahwa mereka jarang mengalami rasa cemas dan takut bila tidak bisa menyelesaikan
pekerjaan, sedangkan 2 responden 4.7 menyatakan bahwa mereka sering mengalaminya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 18. Dan dapat disimpulkan bahwa
para pegawai jarang menhalami rasa takut dan cemas bila tidak bisa menyelesaikan pekerjaan, karena pekerjaan tersebut dapat dikerjakan secara bersama-sama oleh para
pegawai sehingga pekerjaan tersebut dapat segera terselesaikan karena adanya saling tolong menolong dan persaudaraan di antara sesama pegawai.
Dari indikator pola komunikasi, sebagian besar pegawai menyatakan hubungan komunikasi yang terjalin dalam instansi jarang dibatasi dalam konteks
formal, hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase 46.5 dari 20 responden, sedangkan 9 responden 20.9 menyatakan komunikasi yang terjalin dalam instansi
kadang-kadang dibatasi dalam konteks formal, hal ini dapat dilihat pada Tabel 19. Dan dapat disimpulkan bahwa hubungan komunikasi antara bawahan dengan atasan
terjalin dalam suasana kekeluargaan, jarang terjadi dalam suasana yang formal, namun suasana formal dapat terasa dalam kegiatan pertemuan atau rapat antara
atasan-atasan dengan para bawahannya. Berdasarkan setiap kebijakan yang diambil atasan apakah disosialisasikan
kepada seluruh pegawai, sebagian besar pegawai menyatakan hanya sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
atasan mensosialisasikan setiap kebijakan yang diambil kepada pegawai, hal ini ditunjukkan dengan jumlah persentase 46.5 dari 20 responden, sedangkan hanya
1 responden 2.3 menyatakan setiap kebijakan yang diambil atasan hanya sebagian kecil disosialisasikan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Dan dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh atasan selalu disosialisaikan kepada seluruh pegawai agar seluruh pegawai mengerti dan dapat
melaksanakan kebijakan tersebut.
5.2. Efektifitas Kerja