8 menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati, sehingga dekomposisi bahan organik oleh
mikrorganisme tidak optimal Indrasti 2007. 6.
Nilai pH Nilai pH optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5-7,5.Pengomposan dapat
menyebabkan perubahan bahan organik sehingga terjadi perubahan pH.Bahan organik yang terurai menghasilkan asam akan menurunkan pH sedangkan yang menghasilkan ammonia akan
meningkatkan pH pada fase awal. Namun, kompos yang sudah matang memiliki pH yang mendekati netralIsroi 2008.
2.3. Metode Pengomposan
Metode pengomposan yang umum dilakukan dalam penanganan limbah padat pertanian seperti yang dikemukakan oleh Koehler-Munro 2001 adalah metode Aerated Pile. MetodeAerated pile
adalah metode pengomposan dengan bantuan aerasi buatan.Aerasi tersebut dapat dapat dilakukan secara pasif maupun aktif.Aerasi secara pasif mengurangi proses pembalikan dengan menggunakan
pipa berlubang yang diletakan pada bagian dasar tumpukan kompos ataupun reaktor pengomposan.Aerasi secara aktif menggunakan aerator sebagai sumber aerasi yang dialirkan ke dalam
pipa.Walaupun secara teoritis pembalikan tidak perlu dilakukan dalam metode ini namun pembalikan tersebut tetap dilakukan sekali untuk sirkulasi udara optimum, menyebarkan kadar air bahan, dan
mengoptimalkan dekomposisi bahan segar oleh mikroorganisme.Aerasi yang diberikan secara aktif membutuhkan waktu pengomposan yang lebih singkat dibandingakan dengan aerasi secara pasif.
2.4. Karakteristik Kompos
Kompos merupakan nutrien tanah pertanian yang dapat memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan unsur hara tanah.Penambahan kompos dapat juga meningkatkan aktivitas mikroba
tanah yang memiliki peran penting sebagai penghasil senyawa perangsang pertumbuhan tanaman.Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat
sehingga tanaman dapat menyerap nutrien tanah dengan baik Chaniago 1987. Selain itu, peranan lain dari kompos menurut Chaniago 1987 adalah penambahan material
organik yang terkandung dalam kompos dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.Sifat fisik tanah yang semula padat dapat menjadi gembur sehingga pengolahan lahan menjadi lebih
mudah.Penyebab tanah yang menjadi gembur yaitu adanya senyawa polisakarida yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai serta miselium dan hifa yang berfungsi sebagai perekat partikel tanah.
Struktur tanah yang baik akan memperlancar difusi oksigen dan memperbaiki kondisi fisiologis akar. Kadar bahan organik yang tinggi memberikan warna tanah yang lebih gelap sehingga penyerapan
energi sinar matahari lebih banyak. Sifat kimia tanah yang diperbaiki yaitu sumber makro dan mikro mineral yang lengkap
walaupun dalam jumlah yang relatif kecil.Penggunaan kompos dalam jangka panjang dapat memperbaiki pH pada tanah yang masam. Adapun sifat biologi tanah yang dapat diperbaiki meliputi
9 keberadaan mikroorganisme yang berperan secara tidak langsung dalam aktivitas pertumbuhan
tanaman.Kompos mengandung fungi, bakteri, alga dan actynomycetes yang dapat memaacu berkembangnya mikroorganisme tanah. Aktivitas berbagai mikroorganisme tanah dapat menghasilkan
hormon pertumbuhan seperti auksin, giberelin, dan sitokinin yang memacu pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman Chaniago 1987.
Indonesia memiliki standar mutu untuk kompos yang baik dan ideal. Standar mutu tersebut tercantum pada SNI Standar Nasional Indonesia. Standar mutu kompos menurut SNI dapat dilihat
pada Tabel 4. Tabel 4.Standar mutu kompos
No. Parameter
Satuan Minimum
Maksimum
1 Kadar air
- 50
2 Temperatur
o
C Suhu air tanah
3 Warna
Kehitaman 4
Bau Berbau tanah
5 Ukuran Partikel
mm 0,55
25 6
Kemampuan ikat air 58
- 7
pH 6,80
7,49 8
Bahan Asing 1,5
9 Bahan organik
27 58
10 Nitrogen
0,40 -
11 Karbon
9,80 32
12 Fosfor P
2
O
5
0,10 -
13 CN ratio
10 20
14 Kalium K
2
O 0,20
15 Kalsium
25,50 16
Magnesium 0,60
17 Besi
2,00 18
Alumunium 2,20
19 Mangan
0,10 Sumber : SNI 19-7030-2004
10
III. METODOLOGI PENELITIAN