11
keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
4. Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: pembatasan
yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
2.2 Paragraf Penjelas
going concern
“Paragraf penjelas going concern dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah entitas dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya” Institut Akuntan
Publik Indonesia, 2011: SA seksi 341. Keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit tanpa mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian
unqualified opinion yang dinyatakan oleh auditor. Kelangsungan hidup entitas going concern dipakai sebagai suatu asumsi
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Beberapa informasi tersebut mungkin akan menjadi signifikan
setelah ditinjau bersama-sama dengan kondisi lain. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia 2011: SA seksi 341, peristiwa atau kondisi tersebut adalah
sebagai berikut:
12
1. Trend negatif, sebagai contoh: kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio
keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh:
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penolakan dari pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit
biasa, atau penjualan sebagian besar aset, dan hal lain. 3. Masalah intern, sebagai contoh: pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, dan hal lain. 4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh: pengaduan gugatan
pengadilan, keluarnya undang-undang yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, dan hal lain.
Asumsi going concern ini berlaku tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit, yang mana periode tersebut disebut
dengan jangka waktu pantas. Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan khusus untuk mengevaluasi adakah peristiwa-peristiwa yang
menunjukkan perusahaan tidak akan going concern selama jangka waktu pantas. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia 2001: SA Seksi 341, kemampuan
perusahaan untuk going concern dievaluasi dengan cara sebagai berikut: a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuanaudit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa
yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsianbesar mengenai
13
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuansatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu pantas, ia harus: 1 memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, misal rencana menjual aset, rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang, rencana
untuk mengurangi atau menunda pengeluaran, dan rencana untuk menaikkan modal pemilik.
2 menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
2.3 Kualitas Audit