III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di hutan reklamasi Sengon dan Akasia pada bekas tambang batu bara di Batu Licin, Kalimantan Selatan. Penelitian lapang
dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2009.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, tali
tambangrafia, meteran roll 30m, phibandpita ukur, paranggolok, kantong
plastik, kertas samsonkoran, alat tulis dan kamera.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang merupakan objek dari penelitian ini adalah areal hutan reklamasi Sengon dan Akasia yang ditanam pada lahan pasca tambang batu bara
di Batu Licin, Kalimantan Selatan yang memiliki tahun tanam 2005 dan jarak tanam 3 m x 4 m.
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 1.
Data primer Data primer adalah data secara langsung diukur dari lapangan yang meliputi
diameter dan tinggi tegakan sengon dan akasia 1,3 m dari atas tanah, serta berat basah dan berat kering tumbuhan bawah dan serasah pada setiap petak
penelitian. 2.
Data sekunder Data sekunder merupakan data penunjang penelitian berupa kondisi umum
lokasi penelitian dan data lain yang diperlukan.
3.4 Prosedur Pengumpulan Data di Lapangan
3.4.1. Penentuan dan Pembuatan Petak Penelitian
Petak yang digunakan untuk penelitian adalah petak pada areal bekas tambang batu bara yang telah direklamasi dengan jenis sengon dan akasia. Pada
areal tegakan Sengon dibuat 5 petak dengan ukuran 20 m x 20 m. Kemudian setiap sudut-sudut petak tersebut dibuat petak-petak kecil berukuran 2 m x 2 m
untuk pengukuran biomasa tumbuhan bawah dan serasah. 20m
20 m
2 m
2 m Gambar 1 Petak penelitian pendugaan karbon akasia dan sengon di lahan pasca
tambang Batu bara
3.4.2. Pendugaan Biomassa Tegakan
Pendugaan biomassa tumbuhan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown 1997 namun dengan ada
beberapa modifikasi mengenai pendugaan dan pengukuran biomassa. Perhitungan volume pohon rata-rata dengan melalui tahapan berikut :
a. Pengukuran diameter dan tinggi pohon untuk mencari volume per pohon.
b. Untuk mencari biomassa tegakan per hektar dicari dari volume rata-rata per
hektar dan kerapatan kayunya. Yn = volume rata-rata per ha x Berat Jenis BJ
Yn adalah biomassa per hektar, berat jenis pada Akasia adalah 0,61 dan berat jenis pada Sengon adalah 0,33 Mandang Pandit 1997
3.4.3 Pengambilan Contoh Tumbuhan Bawah dan Serasah
Pada setiap petak penelitian berukuran 2 m x 2 m dilakukan pengambilan contoh tumbuhan bawah yang meliputi semak belukar yang berdiameter batang
kurang dari 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomassa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman Hairiah
Rahayu 2007. Selain pengambilan tumbuhan bawah, dilakukan pengambilan serasah dalam petak berukuran 2 m x 2 m tersebut kemudian langsung ditimbang
di lapangan untuk mendapatkan berat basahnya.
3.4.3. Pengovenan
Pengovenan dilakukan pada suhu 105 º C selama 48 jam.
Berat contoh yang dikeringkan untuk bagian cabang, ranting, dan daun sebanyak berat basah contoh bila
berat basahnya kurang dari 200 gram, sedangkan apabila berat basahnya lebih dari 200 gram maka berat basah yang digunakan yaitu sebanyak 200 gram
Ismail 2005 dalam Irawan 2009. Bagian batang, bagian yang dikeringkan adalah perwakilan dari
batang yang dekat dengan permukaan tanah bagian bawahpangkal, bagian tengah batang diameter batangnya peralihan antara diameter bagian batang
bawah dengan bagian atas dan ujung batang bagian paling atas dari batang berdiameter paling kecil.
3.5 Analisis Data 3.5.1. Pengukuran biomassa tumbuhan bawah dan serasah
Data primer tumbuhan bawah yang diperoleh dihitung berat basahnya dan contoh yang diambil dikeringtanurkan untuk mengetahui berat keringnya.
Menurut Haygreen dan Bowyer 1989, kadar air dihitung dengan menggunakan rumus :
BBc - BKc KA = x 100
BKc Keterangan : KA = persen kadar air
BBc = berat basah contoh BKc = berat kering contoh
3.5.2. Menghitung berat kering
Berat kering serasah diketahui setelah pengovenan. Selain itu juga, menurut Haygreen dan Bowyer 1982, apabila berat basah diketahui dan
kandungan air telah diperoleh dari contoh uji kecil maka berat kering dari masing- masing sampel dapat dihitung dengan rumus :
BB BKT =
1 + KA 100
Keterangan : BKT = berat kering tanur
BB = berat basah KA = persen kadar air
Berat kering yang dihasilkan setelah pengovenan dinyatakan dalam satuan gram yang kemudian dikonversi ke kilogram per hektar untuk mengetahui
biomassa di atas permukaan tanah yang terdapat pada masing-masing areal.
3.5.3. Pendugaan biomassa tegakan
Pendugaan biomassa menggunakan metode pendekatan volume seperti yang diusulkan Brown namun dengan ada beberapa modifikasi mengenai
pendugaan dan pengukuran biomassa. Perhitungan volume pohon rata-rata dengan melalui tahapan berikut:
1. Pengukuran diameter pohon cm dan tingginya m kemudian dihitung
volumenya m3. 2.
Untuk mencari biomassa tegakan per hektar dicari dari volume rata-rata per hektar dan kerapatan kayunya.
Yn = volume rata-rata per ha x Berat Jenis BJ Yn adalah biomassa per hektar, berat jenis Akasia 0,61 dan berat jenis
Sengon 0,33
Mandang dan Pandit 1997.
3.5.4. Potensi Karbon
Karbon diduga melalui biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari jumlah biomassa, karena hampir 50 dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun
atas unsur karbon Brown 1997 yaitu dengan menggunakan rumus:
C = Yn x 0,5 Dimana: C
= Karbon tonha Yn = Biomassa tegakan tonha
0,5 = faktor konversi dari standar internasional untuk pendugaan karbon
3.6 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan potensi kandungan karbon di areal reklamasi pasca tambang batu bara yang ditanami akasia dan yang ditanami sengon yang dapat
memberikan gambaran mengenai kandungan karbon pada kedua tegakan tersebut.
IV.KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Posisi Geografis
Salah satu site tambang yang dimiliki PT Arutmin Indonesia terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Tambang ini berada pada
4 wilayah administratif kecamatan yakni Kecamatan Kusan Hulu, Mantewe, Simpang Empat, dan Tanah Bumbu. Site ini merupakan site tambang termuda
yang baru beroperasi pada tahun 2003. Secara geografis wilayah PKP2B PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin ini berada pada koordinat 115
35
’
29.80’’
–
116 05
’10.00’’BT dan 03 10’38.10’’
–
03 21’21.50”LS PT AI BTL 2003. Daerah
Batulicin dapat dicapai dengan menempuh jalan beraspal dengan letak ± 270 km di sebelah timur kota Banjarmasin. Selanjutnya dari Batulicin ke konsesi Ata
dapat ditempuh melalui Jalan Kodeko sampai KM 52 ke arah Barat Laut. Kondisi jalan ini berupa jalan tanah yang diperkeras dengan batu.
Lokasi kegitan penambangan beserta segala kegiatan pendukungnya tersebar dalam 6 Daerah Usaha DU yakni Setangga, Ata, Mereh, Mangkalapi,
Saring, dan Serongga. Namun, saat ini kegitan produksi baru dilakukan padat 3 lokasi yakni Pit Mangkalapi, Mereh, dan Ata. Daerah deposit Ata memanjang dari
utara ke selatan ± 14 km. Wilayah tersebut merupakan bekas areal HPH PT Kodeko.
Di site Batulicin terdapat 3 kontraktor yang beroperasi yaitu Pit Mangkalapi, Sungkai, dan Ata Selatan PT AI BTL 2003, Pit Ata Utara dan
kontraktor pelabuhan. Pit Mangkalapi, Sungkai, dan Ata Selatan dikelola oleh PT Cipta Kridatama, Pit Ata Utara dikelola oleh PT Bokormas Wahana Makmur,
sedangkan untuk kontraktor pelabuhan dipercayakan kepada PT Bangun Arta.
4.2 Iklim