Perubahan Kekerasan Sawo Terolah Minimal dalam Kemasan Film Perubahan Total Padatan Terlarut Sawo Terolah Minimal dalam Perubahan Warna Sawo Terolah Minimal dalam Kemasan Film

36

3. Perubahan Kekerasan Sawo Terolah Minimal dalam Kemasan Film

Dibanding stretch film, sawo yang disimpan menggunakan kemasan polypropilen memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi. Perubahan kekerasan ini dapat dilihat pada Gambar 17. Selama penyimpanan terlihat bahwa dengan pola yang sama kekerasan pada kemasan polypropilen mempunyai nilai yang selalu lebih tinggi dibanding kemasan stretch film. 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140 0.160 0.180 0.200 2 4 6 8 10 12 Hari ke- ke ke ra sa n kg f PP SF Gambar 17. Perubahan kekerasan sawo terolah minimal pada kemasan polypropilen PP dan Stretch film SF selama penyimpanan.

4. Perubahan Total Padatan Terlarut Sawo Terolah Minimal dalam

Kemasan Film Sama halnya pada perubahan kekerasan, total padatan terlarut untuk sawo yang dikemas menggunakan polypropilen mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding stretch film. Pada kemasan stretch film total padatan terlarut cenderung menurun selama penyimpanan. Total padatan terlarut pada kemasan polypropilen juga menunjukkan penurunan sampai hari ke-6 dan kemudian naik pada hari ke-8 dan ke-10. kenaikan ini diduga disebabkan karena adanya kematangan yang tidak seragam pada saat sawo dikemas. Perubahan total padatan terlarut pada sawo selama penyimpanan disajikan pada Gambar 18. 37 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 2 4 6 8 10 12 hari ke- To ta l P a d a ta n Te rl a rut B rix PP SF Gambar 18. Perubahan total padatan terlarut sawo terolah minimal kemasan polypropilen PP dan Stretch film SF selama penyimpanan. Wills et al 1989 menyatakan bahwa beberapa penyebab perubahan total padatan terlarut diantaranya karena proses pematangan, pemecahan pati menjadi gula sederhana dan adanya penumpukan pada substrat sebagai akibat dari respirasi.

5. Perubahan Warna Sawo Terolah Minimal dalam Kemasan Film

Pada Gambar 19 terlihat nilai L sawo pada ke-2 kemasan mengalami kecenderungan menurun hingga hari ke-8. Pada hari ke-10 nilai L sawo pada ke-2 kemasan mulai mengalami kenaikkan yang artinya menunjukkan bahwa warna sawo semakin tua. Perubahan nilai a yang diperlihatkan pada Gambar 20 menunjukan perubahan intensitas yang fluktuatif selama penyimpanan. Nilai a kemasan stretch film di hari ke-2 menunjukkan peningkatan, kemudian menurun pada hari ke-4 dan kemudian menunjukkan kecenderungan meningkat hingga penyimpanan berakhir di hari ke-10. Nilai a untuk polypropilen juga menunjukkan gejala peningkatan pada akhir penyimpanan. Nilai a pada kemasan ini meningkat hingga hari ke-4, menurun hingga hari ke-8 dan meningkat kembali di hari ke-10. 38 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 2 4 6 8 10 12 hari ke- N ila i L PP SF Gambar 19. Perubahan nilai L sawo terolah minimal kemasan polypropilen PP dan Stretch film SF selama penyimpanan. 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 2 4 6 8 10 12 hari ke- N ila i a PP SF Gambar 20. Perubahan nilai a sawo terolah minimal pada kemasan polypropilen PP dan Stretch film SF selama penyimpanan. Berdasarkan uji statistik nilai L yang disajikan pada Lampiran 16 selama penyimpanan berbeda sangat nyata pada hari ke-2 dan berbeda nyata pada hari ke-6. Uji statistik nilai a Lampiran 17 menunjukkan bahwa selama penyimpanan antara ke-2 kemasan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. 39 Perubahan warna sawo dalam kemasan film pada awal penyimpanan dan akhir penyimpanan disajikan pada Gambar 21. Gambar 21. Perubahan warna sawo dalam kemasan film Polypropilen PP dan stretch film SF pada penyimpanan H-0, H-2, H-8 dan H-10 dalam suhu 5 C H-0 H-2 H-8 H-10 H-0 H-2 H-8 H-10 SF PP 40

6. Hasil Uji Organoleptik