Kalibrasi jarak vokalisasi Kajian Habitat, Tingkah Laku, dan Populasi Kalawet (Hylobates agilis albibarbis) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah

38 Berdasarkan arah dan volume suara tersebut, setiap sumber vokalisasi dipetakan posisinya dalam areal pengamatan seperti diilustrasikan pada Gambar 18, menggunakan program MapSource. Selain mengidentifikasi jumlah kelompok, dilakukan juga pengamatan terhadap jumlah individu anggota kelompok pada beberapa kelompok yang dapat teramati selama penelitian. Untuk mendapatkan data estimasi populasi kalawet jumlah individu di kawasan LAHG dan TN Sebangau, maka dilakukan analisis foto landsat dengan program ArcView GIS 3.3, untuk mengetahui luas tutupan lahan atau kondisi vegetasi LAHG dan TN Sebangau yang dapat dihuni oleh kalawet.

1. Kalibrasi jarak vokalisasi

Posisi kelompok kalawet bervokalisasi duet call dideterminasi berdasarkan arah sumber vokalisasi menggunakan kompas, dan diprediksi jaraknya dari titik pengamatan listening post berdasarkan volume vokalisasi. Jarak dari titik pengamatan terhadap sumber vokalisasi diprediksi berdasarkan hasil latihan tim peneliti mendengar volume vokalisasi pada jarak yang berbeda-beda dari kelompok kalawet yang posisinya diketahui sebelumnya. Setiap titik pengamatan ditandai titik koordinatnya dengan GPS, untuk digunakan sebagai titik acuan dalam pemetaan lokasi vokalisasi setiap kelompok kalawet dalam areal pengamatan menggunakan program MapSource. Estimasi ukuran populasi Hylobates yang didasarkan pada perhitungan jumlah vokalisasi, memungkinkan terjadinya perhitungan ganda terhadap satu kelompok. Hal ini disebabkan Hylobates tidak hanya bervokalisasi dari pohon tidurnya, tetapi kadang-kadang bervokalisasi juga setelah berpindah dari pohon tidur dan melakukan penjelajahan dalam daerah jelajahnya. Untuk menghindari penghitungan ganda tersebut, Brockleman Srikosamatara 1993 menyarankan jarak antar vokalisasi lebih dari 500 m sebagai vokalisasi kelompok yang berbeda. Dalam survei populasi ungko di TN Bukit Barisan Selatan, Sumatera, O’Brien et al. 2004 menggunakan pendekatan diameter daerah jelajah sebagai jarak maksimum antar vokalisasi dari satu kelompok. Daerah jelajah diasumsikan berbentuk lingkaran dengan ukuran hipotetik lebih kecil atau sama dengan 70 ha, setara dengan diameter ±950 m. Selain itu, O’Brien et al. 2004 menggunakan 39 pendekatan jarak tempuh pergerakan dalam waktu tertentu, dan jarak antar posisi vokalisasi suatu kelompok yang bervokalisasi lebih dari 1 kali sebagai pertimbangan dalam membedakan vokalisasi antar kelompok siamang. Dalam penelitian ini, determinasi vokalisasi dari kelompok kalawet yang berbeda tidak sepenuhnya didasarkan pada jarak lebih dari 500 m seperti disarankan oleh Brockleman Srikosamatara 1993, dan juga tidak pada diameter daerah jelajah hipotetik seluas lebih kecil atau sama dengan 70 ha O’Brien et al. 2004. Jarak vokalisasi lebih dari 500 m tidak dijadikan standar minimal untuk membedakan vokalisasi antar kelompok kalawet karena dalam pemetaan sebaran vokalisasi di setiap lokasi, beberapa diantaranya hanya berjarak sekitar 300 m dan sangat patut dipertimbangkan sebagai vokalisasi kelompok kalawet yang berbeda. Demikian halnya dengan penggunaan diameter daerah jelajah, disamping bentuknya yang tidak selalu berupa lingkaran, luas daerah jelajah hipotetik lebih kecil atau sama dengan 70 ha yang digunakan oleh O’Brien et al. 2004 dinilai terlalu besar, sehingga cenderung menghasilkan estimasi jumlah kelompok yang terlalu rendah under estimate. Oleh karena itu, dalam penelitian ini determinasi setiap vokalisasi sebagai kelompok kalawet yang berbeda di setiap lokasi pengamatan didasarkan pada pertimbangan waktu saat vokalisasi, interval waktu antar vokalisasi, jarak antar posisi sumber vokalisasi, saat turun dari pohon tidur, dan jarak tempuh jelajah kalawet setelah turun dari pohon tidur dalam kurun waktu tertentu, khususnya di pagi hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka posisi sumber vokalisasi dalam areal pengamatan yang memungkinkan dan paling berdekatan dideterminasi sebagai vokalisasi dari satu kelompok. Dari hasil determinasi kelompok, maka diketahui jumlah kelompok kalawet yang terdapat dalam luasan areal pengamatan di setiap lokasi.

2. Probabilitas vokalisasi kelompok kalawet