b Empirisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar. Tokoh perintis aliran
empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke 1704-1932 yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas
putih yang bersih. Pengalaman empirik yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
c Konvergensi
Aliran ini merupakan perpaduan dari aliran nativisme dan empirisme. William Stern 1871-1939 berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjunya akan dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan
lingkungan sama - sama berperan penting. Bakat yang dibawa anak pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan
yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada
diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu.
Berdasarkan beberapa aliran pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan manusia
yaitu teori konvergensi yang merupakan perpaduan aliran nativisme dan empirisme dimana
faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peran yang sangat penting.
2. Keaktifan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 41 keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja atau berusaha, sedangkan keaktifan berarti
kegiatan atau kesibukan. Menurut Sriyono 1992: 75 keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid - muridnya aktif jasmani
maupun rohani. Sedangkan Sardiman 2008: 100 mengemukakan bahwa keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan
berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Keaktifan siswa diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.
Menurut Suryosubroto 2009: 294 keaktifan atau partispasi adalah keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilancarkan oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Keaktifan dalam sebuah
kegiatan erat kaitannya dengan partisipasi seseorang terhadap suatu kegiatan tersebut. Menurut Sagala 2006: 124-134, keaktifan jasmani maupun rohani itu
meliputi antara lain: a Keaktifan indera : pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid
harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. b Keaktifan akal : akal anak - anak harus aktif atau diaktifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang - nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
c Keaktifan ingatan : pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak,
kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali. d Keaktifan emosi : dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya.
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa keaktifan adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan baik secara fisik maupun non fisik seperti mental,
intelektual, dan emosional.
Adapun keaktifan dalam penelitian ini adalah keikutsertaan seseorang dalam mengikuti ekstrakurikuler kecil menanam dewasa memanen KMDM. Setiap
ekstrakurikuler sekecil apapun lingkupnya
membutuhkan keaktifan
serta partisipasi dari anggotanya, maka dalam ekstrakurikuler kecil menanam dewasa
memanen KMDM siswa yang aktif adalah siswa yang ikut serta dalam setiap kegiatan ekstrakulikuler kecil menanam dewasa memanen KMDM.
3. Ekstrakurikuler
a. Pengertian Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan dalam Suryosubroto 2009: 287 adalah:
“Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih memperkaya dan memperluas wawasan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum”.
Menurut Arikunto dalam Suryosubroto 2009: 287, kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya
merupakan kegiatan pilihan. Sedangkan Usman
dan Lilis 1993: 22
mengemukakan bahwa ektrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah