2 Bentuk, ukuran, dan jumlah peralatan yang digunakan.
3 Jenis skill yang digunakan.
4 Aturan.
5 Jumlah pemain.
Tahap dalam belajar bermain adalah mempelajari strategi dasar permainan. Sering kali para guru mengajar permainan secara khusus tetapi terkadang lupa
sekaligus mengajar struktur permainannya. Untuk itu pembelajaran dapat dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan yang sebenarnya hingga
pembelajaran strategi dasar bermain dapat diterima dengan relatif mudah oleh siswa.
2.5 Bermain Dalam Pendidikan
2.5.1 Permainan Dan Pendidikan Jasmani
Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani, oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama
dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani. Menurut Sukintaka, 1992 : 7 menyatakan bahwa sifat bermain adalah
sebagai berikut : 1
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan suka rela atas dasar rasa senang.
2 Bermain dengan rasa senang akan menimbulkan aktivitas yang dilakukan
secara spontan. Bermain dengan rasa senang untuk memperoleh kesenangan menimbulkan
kesadaran agar bermain dengan baik dan perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan
kerja sama dengan teman , menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya sendiri.
Jenis permainan yang dimainkan oleh anak sangat ditentukan oleh umur anak. Untuk kelompok umur tertentu jenis permainannya akan berbeda dengan jenis
permainan yang dimainkan oleh kelompok umur yang lain. Hal in disebabkan oleh kemampuan anak, dan juga oleh kesenangan anak. Dari penelitian Hurlock 1978 :
294 yang diamati dalam waktu satu minggu diperoleh kesimpulan bahwa jumlah permainan yang dimainkan oleh anak pada kelompok umur yang berbeda-beda,
jumlah permainannya akan berbeda juga. Adapun hasil penelitian itu sebagai berikut : Umur 8 tahun : rata-rata ganti permainan 40,11
Umur 12 tahun : rata-rata ganti permainan 17,71 Hal ini dapat terjadi sebab ada kemungkinan bahwa anak pada kelompok
umur lebih tua hanya mempunyai waktu luang yang sedikit, dan pada kelompok umur yang lebih muda untuk memperoleh rasa senang, mereka dapat bermain tanpa alat,
atau dengan alat, atau dengan alat yang mereka peroleh dari tempat di sekelilingnya. Mereka dapat bermain sendiri dengan berfantasi, atau bermain dengan teman siapa
saja yang mau menemani dan ikut bermain. Anak-anak yang lebih muda akan bermain dengan aktivitas jasmani yang lebih sedikit dibandingkan dengan permainan
anak-anak yang lebih tua. Anak kelompok umur lebih tua akan memainkan permainan yang mempunyai peraturan yang tetap dan biasanya menuntut aktivitas
jasmani yang lebih berat. Dari uraian diatas, Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini berorientasi pada
kebutuhan anak, yaitu belajar melalui bermain, lingkungan yang kondusif,
menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan berbagai kecakapan hidup, menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar, dan dilaksanakan secara
bertahap dan berulang-ulang. Prinsip pengelolaan penyelenggaraan anak usia dini harus diperhatikan karena merupakan penentu kualitas pendidikan. Pendidik anak
usia dini diupayakan senantiasa memberikan keteladanan, menjadikan tempat bermain sebagai taman ilmu, menyediakan wahana kreativitas, hindari emosi yang
negatif, dan rajin berdoa, sehingga prinsip pembelajarannya bermuara pada anak sebagai pembelajar aktif, anak belajar melalui sensori dan panca indra, anak
membangun pengetahuan sendiri, anak berpikir melalui benda konkret, dan anak belajar dari lingkungan.
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu periode yang sangat penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkarakter. Masa anak usia dini
hanya datang sekali serta tidak dapat diulang, sehingga stimulasi pendidikan berbasis permainan yang menyenangkan mutlak diberikan kepada anak. Bagi anak bermain
merupakan suatu kegiatan yang serius tetapi mengasikkan baginya. Melalui bermain berbagai kebutuhannya terwujud. Bentuk permainan dipilih sendiri secara bebas dan
merupakan alat utama menjelajahi dunianya dengan penuh arti dan makna. Disela- sela anak bermain pendidik memberikan ilmu, keterampilan, wawasan, dan
kreativitas. Pendidik berfungsi sebagai pengamat, melakukan elaborasi, sebagai model, melakukan evaluasi, dan melakukan perencanaan.
Bermain sangat urgen dan serius bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan kebutuhan mendasar sama halnya dengan kebutuhan makanan
bergizi dan kesehatan yang baik bagi tumbuh kembang anak. Bermain adalah
kegiatan atas inisiatif anak dan keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dalam keadaan menyenangkan sehingga semua kegiatan bermain menghasilkan
proses belajar anak sesuai dengan kebutuhan psikologisnya. Ki Hajar Dewantara berkeyakinan bahwa suasana pendidikan yang baik, tepat, menyenangkan, dan dalam
suasana kekeluargaan dengan prinsip asih, asah, dan asuh sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang bermuara pada pendidikan yang mencerdaskan
pikiran, kepekaan hati nurani, dan peningkatan keterampilan. Mengapa anak perlu bermain? Karena anak usia dini harus bermain agar dapat
mencapai perkembangan yang optimal. Tanpa bermain anak akan bermasalah dikemudian hari karena bermain sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2.5.2 Bermain Menurut Pandangan Filosofis dan Sosiologis