55
Rantai Kalibrasi.
Kadang-kadang alat-alat ukur yang habis dipakai harus dicek kembali ketepatannya dengan membandingkannya pada alat ukur
standar. Proses seperti ini biasa disebut dengan istilah kalibrasi. Kalibrasiadalah mencocokkan harga-harga yang ada pada skala ukur
dengan harga-harga standar atau harga sebenarnya. Sebetulnya, kalibrasi ini tidak saja dilakukan pada alat-alat ukur yang sudah lama
atau habis dipakai, tetapi juga untuk alat-alat ukur yang baru dibuat. Pemeriksaan alat-alat ukur standar panjang dapat dilakukan melalui
rangkaian sebagaiberikut: Tingkat 1 : Pada tingkat ini kalibrasi untuk alat ukur kerja
dengan alatukur standar kerja. Tingkat 2 :Pada tingkatan yang kedua, kalibrasi dilakukan untuk
alatukur standar kerja terhadap alat ukur standar. Tingkat 3 :Pada tingkat yang ketiga, dilakukan kalibrasi alat
ukurstandar dengan alat ukur standar yang mempunyai tingkatanyang lebih tinggi, misalnya standar nasional.
Tingkat 4 :Pada tingkat terakhir ini, dilakukan kalibrasi standar nasionaldengan standar meter internasional.
Dengan urut-urutan kalibrasi di atas maka dapat dijamin bahwaalat-alat ukur panjang masih tetap tepat dan teliti untuk digunakan
dalambengkel kerja. Di samping itu, dengan adanya rantai kalibrasi di atas dapat dihindari terjadinya pemeriksaan langsung alat ukur
standar kerjadengan standar meter internasional.
2. Ketelitian
Ketelitian juga
dikenal sebagai
reproduksibiltas. Ketelitian
pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan- pembacaan itu sendiri. Jika nilai yang sama dari peubah yang terukur, diukur beberapa kali
dan memberikan hasil yang kurang lebih sama, maka alat ukur tersebut dikatakan mempunyai ketelitian atau reproduksibilitas tinggi, dan juga
berarti alat ukur tidak mempunyai penyimpangan. Penyimpangan nilai alat ukur yang telah dikalibrasi disebabkan oleh berbagai faktor seperti
kontaminasi logam pada termokopel. Hal ini terjadi secara berangsur- angsur dalam suatu perioda waktu dan nampaknya tidak diperhatikan.
56
Penyimpangan ini hanya dapat diketahui melalui pemeriksaan secara berkala kalibrasi alat ukur.
3. Ketepatan
Ketapatan didefinisikan sebagai tingkat perbedaan yang sekecil- kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai sebenarnya. Untuk
memperoleh ketapatan yang diharapkan kalibrasi alat ukur, perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan standar konstan yang telah diketahui.
Meskipun semua pemakai alat ukur bertujuan agar selalu memperoleh tingkat ketepatan setinggi mungkin, namun kesalahan relatif tetap harus
diingat. Ukuran relatif suatu kesalahan biasanya dinyatakan dalam lingkup nilai ssungguhnya dari kuantitas yang diukur, sebagai persentase. Sebagai
contoh bila termokopel digunakan untuk mengukur suhu api, misalnya pada 1000
o
C dengan ketapatan ± 5
o
C, maka persentasi keselahannya adalah
±
1000 5
x 100 = ± 0,5 Namun bila kesalahan ± 5
o
C terjadi pada pengukuran suhu air mendidih pada 100
o
C, maka persentase keselahannya adalah
±
100 5
x 100 = ± 5 jauh lebih serius kesalahannya.
Dalam kasus alat ukur terdiri dari beberapa satuan seperti orifice plate dan manometer pada satu flow meter, tiap satuan memiliki batas
kesalahannya masing-masing. Katakanlah alat ukur terdiri dari tiga satuan, batas kesalannya berturut-turut adalah ±a,±b,±c. Maka kemungkinan
kesalahan maksimum adalah ± a +b+c. Tak mungkin semua satuan mempunyai kesalahan maksimum pada waktu yang sama. Jadi
ketepatannya sering dinyatakan dalam akar jumlah kuadrat kesalahan ± a
2
+b
2
+c
2
Untuk memberikan gambaran lengkap mengenai ketepatan suatu alat ukur, suatu grafik harus digambarkan yang menunjukan nilai kesalahan di
berbagai titik pada skala dan dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Mula- mula alat ukur harus dikalibrasi pada satu arah dan kemudian pada arah
57
yang lain, atau arah sebaliknya. Dengan cara ini diperoleh dua kurva yang menunjukkan nilai kesalahan dan histerisis pada tiap pembacaan. Histerisis
biasanya disebabkan oleh gesekan atau gerak balik back klash pada gerakan alat ukur atau karena perubahan pegas pengendali. Kurva seperti
itu dapat digunakan untuk mengoreksi pembacaan alat ukur.
4. Kepekaan