Pengelolaan Asuhan Keperawatan Dan Penatalaksanaan Pencegahan Ulkus Diabetik Pada Klien Diabetes Millitus Dengan Terapi Senam Kaki di Dusun VIII Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

(1)

(2)

Lampiran 1

PLANNING OF ACTION (POA) PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK) PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN USU

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI DUSUN VIII DESA MARINDAL I KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG SUMUT

TANGGAL 28 MEI – 09 JUNI 2012

N

O

KEGIATAN MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV

28 Mei– 02 Juni 2012

04 Juni – 09 Juni 2012

11 Juni – 16Juni 2012

18 Juni – 23 Juni 2012

Sn Sl Rb Km Jm Sb Sn Sl Rb Km Jm Sb Sn Sl Rb K m


(3)

Orientasi lahan praktek

Konsul pembimbing judul dengan dosen

pembimbing

Pengkajian dan Pengumpulan data

Konsul dengan dosen pembimbing

Analisa situasi dan menentukan prioritas masalah

Konsul POA dengan dosen Pembimbing

Pengelolaan kasus (Pengkajian,perumusan masalah,


(4)

Konsul Pasien Kelolaan dengan dosen Pembimbing

Penyusunan Laporan Akhir

Konsul Laporan Akhir dengan dosen Pembimbing

Perbaikan Laporan Akhir

Penyerahan Laporan Akhir Ke dosen Pembimbing


(5)

Penjilidan Laporan

(Lufthiani, S.Kep, NS, S.Kep)


(6)

lampiran 2

KONTRAK BELAJAR PBLK

DI DUSUN VIII DESA MARINDAL I KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG SUMUT Nama Mahasiswa : Indah Septiani Pasaribu

Nim : 091121064

Tanggal : 28 Oktober-23 Juni 2012

No Tujuan Aktivitas/Ke giatan

Metode Pelaksanaan

Perencanaan Kegiatan

Metode Evaluasi

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

Pengelolaa n Pelayanan


(7)

a.Pengkaji an Pelayanan Keperawat an

Observasi Lingkungan XIII

Wawancara dengan masyarakat yang berada di lingkungan XIII

 Observasi


(8)

b.Mengan alisa Masalah

 Tabulasi data yang diperoleh dari observasi ruangan, wawancara dengan masyarakat

 Analisa data yang diperoleh dari pengkajian

 Menetapkan

prioritas masalah sesuai dengan

 Merumuskan

Masalah sesuai dengan data yang diperoleh


(9)

hasil pengkajian yang dilakukan di lingkungan XIII c.Merenca nakan Tindakan

 Menetapkan

langkah-langkah penyelesaian masalah

 Menetapkan

waktu penyelesaian masalah

 Diskusi

d.Impleme ntasi

 Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien di

 Penyuluhan dan pemberian leaflet pada pasien dan keluarga


(10)

rumah

 Mengajarkan pasien senam diabetik

pada pasien dan keluarga

 Pertemuan dengan klien-klien dibetes melitus di ruangan lingkungan XIII e.evaluasi  Melakukan

Evaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan di

Lingkungan XIII

 Observasi


(11)

Lampiran 3

PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN

SENAM KAKI DIABETES MELLITUS

A. LATAR BELAKANG

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat pada saat Praktek Belajar Lapangan di Dusun VIII Desa Marindal I Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang, diantaranya Ny.N (58 tahun), Tn.B (62 tahun) dengan hasil KGD terkahir Ny.N sebanyak 230 mg/dl sedangkan Tn.B adalah 226 mg/dl, sedangkan Ny.S sebanyak 230 mg/dl, Ny.F sebanyak 265 mg/dl, dan Tn.N sebanyak 210 mg/dl. Selain itu, 70% dari keseluruhan total lansia di Dusun VIII Desa Marindal I mengalami nyeri pada kaki, senam kaki ini juga dapat di latih pada lansia untuk melancarkan sirkulasi kedaerah kaki dan menguatkan otot-otot kaki.

Data diatas dapat disimpulkan bahwa Latihan Senam Kaki Diabetes ini sangat penting dilakukan untuk lebih mengoptimalkan kekuatan otot kaki. Sehingga, diharapkan kaki penderita diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes.

Oleh karena itulah perawat ingin memberikan penyuluhan dan latihan tentang senam kaki Diabetes mellitus agar para penderita diabetes dari ke empat wisma binaan mahasiswa kelompok 2 (dua) memahami dan mengerti tentang pencegahan terjadinya kelainan pada kaki penderita diabetes.


(12)

B. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan pada lansia, diharapkan dapat mengerti dan memahami serta mampu melakukan secara mandiri senam kaki Diabetes Mellitus.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan pada lansia dan keluarga lansia, diharapkan lansia binaan mampu melakukan senam kaki Diabetes mellitus.

C. MANFAAT

Penyuluhan dan latihan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan lansia dan keluarga lansia tentang senam kaki Diabetes Mellitus. Sehingga kaki terawat dan dapat mencegah terjadinya luka/ gangren pada kaki.

D. POKOK BAHASAN

SENAM KAKI DIABETES MELLITUS

E. SUB POKOK BAHASAN

1. Defenisi Senam kaki Diabetes mellitus 2. Tujuan Senam kaki Diabetes Mellitus

3. Prosedur latihan senam kaki Diabetes Mellitus

F. SASARAN

Adapun sasaran kegiatan adalah lansia yang mengalami diabetes mellitus dan rematik yang tinggal di wisma Mawar, Dahlia, Matahari dan Angelir panti werda Binjai.


(13)

G.METODE

1. Ceramah 2. Diskusi 3. Latihan senam

H. MEDIA

POSTER

I. WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN

Hari/ Tanggal : Sabtu , 02 Juli 2012

Waktu : 10.00 Wib-Selesai

Tempat : Dirumah masing-masing pasien kelolaan.

J. PELAKSANAAN PENYULUHAN

N O . KE GI AT AN

PENYULUHAN PESERTA ME

DIA

WA KTU

1 Pe

mb uka an

1. Memberi salam 2. Menjelaskan tujuan,

manfaat dan cakupan materi

1. Menjawab salam 2. Mendengarkan dan

memperhatikan

5 Meni t

2 Ke

giat an

1. Menjelaskan

Defenisi Senam kaki DM

1. Mendengarkan dan Memperhatikan 2. Mendengarkan Poste r 25 meni t


(14)

inti 2. Menjelaskan tujuan senam kaki DM

3. Mempraktikkan senam kaki DM sesuai prosedur

dan

memperhatikan 3. Mengikuti gerakan

senam kaki DM

3 Pen

utu p

Melakukan tanya jawab Menyimpulkan materi

penyuluhan

Meminta klien untuk mengulang gerakan-gerakan senam kaki

Memberi salam

1. Bertanya dan menjawab

2. Mendengarkan dan

memperhatikan 3. Mengulangi

gerakan sesuai kemampuan klien 4. Menjawab salam

Leafl et 15 Meni t

K. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

- Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan - Media dan alat memadai

- Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan 2. Evaluasi Proses

- Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan alokasi waktu - Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif

- Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi


(15)

3. Evaluasi Hasil:


(16)

MATERI PENYULUHAN DAN LATIHAN

SENAM KAKI DIABETES MELLITUS

Senam Kaki.

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.

Senam kaki dapat membantu memperbaiki Peredaran darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.

Dengan teratur melakukan gerakan senam kaki diabetes diharapkan komplikasi yang sering terjadi pada kaki-kaki pasien DM seperti luka infeksi yang tidak sembuh dan menyebar luas akan dapat tidak terjadi. Minimal gerakan senam kaki diabetes ini dilakukan 3 kali seminggu, namun alangkah baiknya dapat dilakukan setiap hari.

Latihan Senam Kaki

Prosedur Pelaksanaan :

1) Perawat cuci tangan

2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

3) Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.


(17)

4)Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar deng an pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

7) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.

8) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.

9) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.

10) Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

11) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

12) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja

 Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.  Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki


(18)

 Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.


(19)

Lampiran 4

PREPLANNING PENDIDIKAN KESEHATAN

PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

DI 1INGKUNGAN XIII KELURAHAN TITI KUNING MEDAN JOHOR

A. Latar Belakang

Sejak 50-60 tahun yang lalu telah dikenal tiga cara utama penatalaksaaan penyakit Diabetes mellitus, yaitu: Diet, Obat-obatan dan olah raga. Keseimbbangan tiga cara utama ini penting agar penanganan penyakit Diabetes mellitus berhasil. Selain itu tak kalah pentingnya adalah penyuluhan agar rencana penatalaksanaan tercapai. Sasaran utama penyuluhan adalah penderita Diabetes dan keluarga Diabetes. Penyuluhan bertujuan untuk menyampaikan maksud dan manfaat dari tiga cara utama penatalaksanaan agar penderita Diabetes dan keluarganya memahami dan ikut membantu penatalaksanaannya (I.Ermita, Illyas, 2007). Selama menjalani praktik belajar lapangan komprehensif di Dusun VIII Desa Marindal I dan berdasarkan analisa situasi terhadap 5 orang klien lansia yang mengalami penyakit diabetes mellitus, penulis menjadikan lima klien lansia sebagai responden dalam pengkajian dan pemberian asuhan keperawatannya yang salah satunya yakni pemberian pendidikan pencegahan terhadap kaki Diabetik yang biasa terjadi pada klien dengan penyakit Diabetes Mellitus, Oleh karena itu perlu pemberian materi pendidikan kesehatan tentang senam kaki Diabetik.


(20)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELLITUS

A. Topik : Sekilas tentang DM, serta Gizi bagi Pasien DM

B. Waktu Pertemuan : 1 X 20 menit

C. Tujuan Instruksional

1. Umum : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 20 menit, klien/keluarga akan dapat melakukan perawatan pada pasien diabetes mellitus di rumah.

2. Khusus : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 20 menit, klien/keluarga akan dapat menjelaskan :

 Pengertian DM

 Etiologi DM

 Klasifikasi DM

 Kompilkasi DM

 Penatalaksanaan dan Gizi untuk penderita DM

D. Pokok Bahasan : Sekilas tentang pengertian diabetes mellitas serta nutrisi bagi pasien dengan DM

E. Sub Pokok Bahasan :

 Pengertian DM


(21)

 Klasifikasi DM

 Kompilkasi DM

 Penatalaksanaan dan Gizi untuk penderita DM

F. Pengorganisasian

Penyaji : Indah Septiani S.Kep

Fasilitator : Indah Septiani S.Kep

G. Sasaran

Klien yang menjadi responden dan keluarga.

H. Metode Penyuluhan

1. Ceramah 2. Tanya-jawab

I. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/tanggal : Senin / 04 Juli 2012

Waktu : Pukul 11.00-11.20 WIB

Tempat : Lingk XII, Kelurahan Titi Kuning

J. Media


(22)

K. Kegiatan

Tahap Kegiatan

Pengajar

Kegiatan Klien dan Keluarga

Media Waktu

Pendahuluan a.Mengucapkan salam pembuka

b.Menyampaikan topik c.Menyampaikan tujuan d.Melakukan kontrak

waktu dengan pasien

Menjawab salam

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

- 3’

Penyajian a.Menjelaskan pengertian DM b.Menjelaskan Etiologi/Penyebab terjadinya DM c.Menjelaskan Klasifikasi DM d.Menjelaskan komplikasi DM

e.Menjelaskan gizi untuk pasien DM f.Memberikan Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan


(23)

kesempatan kepada klien dan keluarga untuk bertanya g.Menjawab pertanyaan

klien/keluarga.

Memperhatikan

Bertanya

Memperhatikan

Penutup a.Menanyakan kembali tentang topik yang telah dijelaskan b.Membagikan leaflet

kepada klien/keluarga klien

c.Mengucapkan salam penutup

Menjawab pertanyaan

Menerima leaflet

Menjawab salam


(24)

L. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

Kesiapan klien dan keluarga klien dalam kegiatan

Media yang digunakan sesuai dengan topik dan tepat guna

Tempat yang sesuai dan kondusif untuk pelaksanaan kegiatan

Waktu sesuai dengan bed site teaching

2. Evaluasi Proses

1) Kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan

2) Klien dan keluarga klien aktif berpartisipasi selama proses kegiatan 3) Suasana dalam kegiatan penyuluhan kondusif

4) Klien dan keluarga klien menjawab pertanyaan yang diberikan 3. Evaluasi hasil

1) Klien dan keluarga klien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan 2) Klien dan keluarga mampu mengaplikasikan yang telah dijelaskan


(25)

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Menurut Brunner & Suddarth (2002), diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Menurut Reeves, dkk (1999), diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena penurunan dalam kemampuan untuk berespon terhadap insulin atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Menurut Arjatmo (2002), diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Hiperglikemia dapat mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar NonKetotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskular yang kronik (penyakit ginjal dan mata) dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan insiden penyakit makrovaskular yang mencakup infark miokard, stroke, dan penyakit vascular perifer. (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Etiologi

Diabetes melitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Jenis diabetes tipe I disebabkan oleh predisposisi herediter terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel-sel beta atau degenerasi sel-sel beta. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan atau obesitas. Tipe ini jelas


(26)

disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal. Menurut Sujono Riyadi&Sukarmin ( 2008 ) penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain :

a. Kelainan genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

b. Usia

Umumnya manusia mengalami fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin,

c. Gaya Hidup Stress

Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan cepat saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibatkan pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.

d. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas


(27)

meningkatkan gangguan kerja dan resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan dalam ketidakstabilan kerja pankreas.

e. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.

f. Infeksi

Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas.

3. Klasifikasi diabetes melitus

Menurut Brunner&Suddarth (2001) ada 4 klasifikasi diabetes melitus, yaitu :

1. DM Tipe I

Diabetes mellitus tergantung insulin (insulin-dependent diabetes mellitus [ IDDM]) atau diabetes juvenilis (juvenile-onset diabetes) atau diabetes cenderung ketosis atau brittle diabetes. Diabetes tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta Langerhans. Adanya kombinasi faktor genetik, imunologi, dan lingkungan turut menimbulkan kerusakan sel beta.

2. DM Tipe II

Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus [ NIDDM]) atau diabetes awitan dewasa (maturity-onset diabetes) atau diabetes resisten ketosis atau diabetes stabil (stable diabetes). Mekanisme yang tepat


(28)

yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

3. DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya

Tipe diabetes yang berhubungan dengan penyakit tertentu misalnya; penyakit pankreas (pankreatitis), penyakit hormonal (kelebihan hormon glukokortikoid akan berdampak pada peningkatan glukosa dalam darah), pemberian zat kimia/obat-obatan, endokrinopati (kematian produksi hormon).

4. DM Gestasional

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin meningkat 3 kali lipat dari keadaan normal.

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang sering ditemukan pada pasien diabetes melitus berupa keluhan khas dan keluhan tidak khas.

1. Keluhan khas

Keluhan khas/ klasik yang dialami oleh penderita diabetes melitus adalah : poliuria, polifagia,polidipsia,lemah,penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

2. Keluhan tidak khas

Keluhan tidak khas penderita diabetes yaitu : kesemutan, penglihatan kabur,luka atau infeksi yang sulit sembuh, kelelahan, mudah mengantuk, impotensi keputihan.


(29)

5. Komplikasi

Komplikasi Diabetes Melitus

 Neuropati Diabetic (Kematian Syaraf).

Gejala yang timbul gatal-gatal, kesemutan, rasa lemah, mual, muntah, diare.

 Retinopati Diabetic (Kerusakan pada Mata). Penglihatan kabur atau buta.

 Nefropati Diabetic (Kerusakan Ginjal).

Gejala yang timbul lemas, mual, pucat, sesak nafas

 Kelainan Mikrovaskular

Bisa terjadi luka gangren, gagal jantung, penyakit jantung koroner, dll. 6. Penatalaksaan

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala DM, sedangkan tujuan janka panjang ádalah untuk mencegah komlpikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengn cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin.

Tujuan utama penatalaksanaan DM, yaitu:

1. perencanaan makan (diet)

Standar yang dianjurkan adalah makanan denga komposisi karbihidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%. Ada beberapa cara untuk menentukan kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus, diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaiti jenis kelamin, usia, aktivitas, adanya komplikasi dan berat badan. Cara yang mudah lagi yaitu dengan perhitungan


(30)

kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100, dan gemuk 1300-1500 kalori. Perhitungan berat badan ideal denga rumus standar Brocca sebagai berikut:

BBI = (TB dalam cm – 100) – 10%

Terapi diet yang diberikan kepada penderita diabetes mellitus terbagi dalam tiga macam, yaitu:

a). Diet rendah kalori

Kategori diet untuk penderita diabetes mellitus

Kategori Kalori Protein Lemak Karbohidrat

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 50 55 60 65 70 80 85 90 30 35 40 45 50 55 65 65 160 195 225 260 300 325 350 390 Keterangan :

- Diet 1-3 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus yang sangat gemuk atau obesitas

- Diet 4-6 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan berat badan normal - Diet 7-8 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan berat badan kurus


(31)

b). Diet bebas gula

Tipe ini digunakan untuk penderita yang lanjut usia dan tidak tergantung pada insulin. Tidak memakan gula dan makan mengandung gula. Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur.

c). System penukar

System penukar memungkinkan terjadinya variasi makanan sehingga penderita tidak merasa bosan, tetapi tetap dalam jumlah kalori yang ditentukan. Misalnya: nasi ditukar dengan roti atau lainnya yaitu fleksibel dan bervariasi daripada tipe bebas gula.

Untuk melaksanakan diet tipe ini diperlukan sebuah daftar stabdar yang berisikan berbagai jenis makanan penukar dengan kandungan kalorinya. Untuk menentukan perhintungan jumlah kalori dan garam, makanan dalam tujuh golongan, bahan makanan dalam tiap golongan mempunyai nilai gizi sama. Jumlah tiap makanan itu dinamakan satuan penukar.

Tabel : Golongan Bahan Penukar

Golongan bahan penukar Kal

ori Pro tei n L e m a k Karbohi drat

Nasi atau penukar

Daging atau penukar

Tempe atau penukar

Sayuran atau penukar A

Sayuran atau penukar B

Susu atau penukar

17 5 75 75 25 50 4 7 5 1 3 7 - 5 3 - - 6 40 - 7 5 10 10


(32)

Minyak atau penukar

Buah atau penukar

12

50

50

-

-

5

-

-

20

Sumber : Penuntun Diet Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia

d). Berikut ini makanan yang perlu dihindari oleh penderita diabetes mellitus adalah gula murni, gula jawa, syrup,selai, manisan, jeli, permen, cokelat, susu kental manis minum botol ringan, es krim, biskuit, kue-kue, roti manis, dodol, makanan yang digoreng, susu fullcream yang dikonsumsi secara berlebihan, snack yang mengandung gula, pemanis buatan yang, tinggi kalori, pudding, sari buah-buahan, buahan yang dikalengkan dalam larutan syrup, abon, dendeng, sarden, mentega dari lemak hewan dan minyak jenuh. Diet diabetes mellitus yang dianjurkan adlah makanan yang mengandung karbohidrat, rendah lemak, dan susu nonfat seperti susu kedelai dan susu diabetasol (khusus untuk penderita diabetes mellitus).

2. Latihan jasmani

Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminngu) selama ± 30 menit, sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biaa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit, dan olahraga berat misalnya jogging/lari.


(33)

3. obat-obatan penurun gula darah dan insulin

- Obat-obatan golongan sulfonylurea (glibenklamid) bekerja dengan menstimulasi sel beta pancreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan.

- Obat – obatan golongan biguanid (metformin) bekerja dengan menurunkan glukosa darah tetapi menyebabkan penurunan sampai dibawah normal.

- Insulin : untuk pasien yang sudah tidak dapat kadar glukosa darahnya dengan kombinasi sulfonylurea dan metformin, langkah berikut yang mungkin diberikan adalah insulin. Semua orang dengan diabetes tipe I memerlukan insulin eksogen karena insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.. orang dengan diabetes mellitus tipe II tentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila stress fisiologis seperti pada tingkat pembedahan, orang denga diabete mellitus kehamilan bila diet saja tidak dapat umengendalikan kadar glukosa darah, diabes mellitus yang mendapatkan nutrisi parental atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. Dkk. (2005). Panduan Pelayanan Medik: Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta: PB PAPDI.

Carpenito, Lynda Juall. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Djojosoebagio, Soewondo. (1995). Fisiologi Kelenjar Endokrin. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Ganiswara, Sulistia G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: UI Press.

Ganong, William F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 20. Jakarta: EGC.

Guntur, A. H. (2006). Bed Side Teaching: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Manjoer A, dkk,1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi 3, Jakarta: Media Aesculapius FK UI

Sibuea, Herdi Et al. (1992). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Rumah Sakit PGI Tjikini.FKUI

Smeltzer C. S. & Bare B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8, volume 2. Jakarta: EGC.


(35)

Lembar Kuesioner

Berilah tanda checklist (v) pada jawaban yang tersedia

No Pertanyaan

Jawaban Ya Tidak

1

Saya mengetahui bahwa saya menderita Diabetes Millitus 2

Dalam keluarga saya, ada yang menderita Diabetes Millitus

3

Saya sudah pernah mendapat penyuluhan tentang Diabetes Millitus

4

Saya mengetahui tentang Diabetes, penyebab, tanda, gejala dan komplikasinya

5

Saya membatasi makanan yang mengandung lemak seperti santan, keju atau minyak kelapa

6

Saya membatasi makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi seperti daging, hati, otak, atau kuning telur

7

Saya membatasi makan makanan yang manis-manis


(36)

8

Saya membatasi makan buah yang manis-manis seperti pisang,rambutan,

kelengkeng,sawo dan durian.

9

Saya melakukan senam khusus seperti senam kaki diabetik secara teratur

10

Saya melakukan senam kaki secara teratur

11

Saya merasakan manfaat dari senam kaki

12

Saya sedang menjalani

pengobatan dari

dokter/puskesmas 13

Saya meminum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan

14

Obat DM diberikan untuk menurunkan kadar gula dalam darah.

15

Terdapat luka pada daerah kaki saya.


(37)

Lampiran 5 Lembar Kuesioner

Berilah tanda checklist (v) pada jawaban yang tersedia

No Pertanyaan

Jawaban Ya Tidak

1 Saya mengetahui bahwa saya menderita Diabetes Millitus

2 Dalam keluarga saya, ada yang menderita Diabetes Millitus

3 Saya sudah pernah mendapat penyuluhan tentang Diabetes Millitus

4

Saya mengetahui tentang Diabetes, penyebab, tanda, gejala dan komplikasinya

5

Saya membatasi makanan yang mengandung lemak seperti santan, keju atau minyak kelapa

6

Saya membatasi makanan yang banyak mengandung kolesterol tinggi seperti daging, hati, otak, atau kuning telur

7 Saya membatasi makan makanan yang manis-manis


(38)

manis-manis seperti pisang,rambutan, kelengkeng,sawo dan durian.

9 Saya melakukan senam khusus seperti senam kaki diabetik secara teratur

10 Saya melakukan senam kaki secara teratur 11 Saya merasakan manfaat dari senam kaki 12 Saya sedang menjalani pengobatan dari

dokter/puskesmas

13 Saya meminum obat sesuai anjuran tenaga kesehatan

14 Obat DM diberikan untuk menurunkan kadar gula dalam darah.


(39)

Lampiran 6 LEMBAR PEMANTAUAN

Klien 1: Ny.N

N o

Hari/

Tanggal TD Nadi RR Suhu KGD Berat-Badan

Ketera-ngan

1 Senin, 28/5/2012

120/70 mmHg

76 x/i 22 x/i 36,7 oc 230 mg/dl

57 Kg Sebelum dilakukan senam kaki diabetikum 2 Selaasa,

29/5/2012

120/80 76 x/ i 22 x/i 37 oc

3 Rabu, 30/5/2012

120/80 78 x/i 20x/i 37 oc 190 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum 4 Kamis,

31/05/2012

110/70 82 x/i 20x/i 37 oc

5 Jum’at, 01/5/2011

120/90 82 x/i 22 x/i 37 oc

6 Sabtu, 02/5/2012

120/70 80 x/i 22 x/i 36,8 oc 180 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum


(40)

Catatan:

- Ny.N melakukan senam secara rutin setiap hari selama 1 minggu - Mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah secara rutin - Keluhan kebas terasa berkurang selama 1 minggu


(41)

LEMBAR PEMANTAUAN Klien 2: Tn.B

N o

Hari/

Tanggal TD Nadi RR Suhu KGD Berat-Badan

Ketera-ngan

1 Senin, 28/5/2012

150/90 mmHg

80 x/i 22 x/i 36,7 oc 226 mg/dl

57 Kg Sebelum dilakukan senam kaki diabetikum 2 Selasa,

29/5/2012

150/90 78 x/ i 22 x/i 36,6 oc

3 Rabu, 30/5/2012

140/90 78 x/i 20x/i 36,8 oc 200 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum 4 Kamis,

31/05/2012

150/80 80 x/i 20x/i 37 oc

5 Jum’at, 01/5/2011

150/90 80 x/i 22 x/i 36,7 oc

6 Sabtu, 02/5/2012

150/80 78 x/i 20 x/i 36,5 oc 190 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum


(42)

Catatan:

- Tn.B melakukan senam secara rutin setiap hari selama 1 minggu - Mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah secara rutin - Keluhan kebas terasa berkurang selama 1 minggu


(43)

LEMBAR PEMANTAUAN Klien 3: Ny.S

N o

Hari/

Tanggal TD Nadi RR Suhu KGD Berat-Badan

Ketera-ngan

1 Rabu, 30/5/2012

140/90 mmHg

82 x/i 20 x/i 36,7 oc 230 mg/dl

65 Kg Sebelum dilakukan senam kaki diabetikum 2 Kamis,

31/5/2012

130/100 80 x/ i 22 x/i 36,8 oc

3 Jum’at, 01/5/2012

140/90 86 x/i 22x/i 36,7 oc 212 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum 4 Sabtu,

02/05/2012

130/90 80 x/i 22x/i 37 oc

5 Senin, 04/5/2011

140/90 84 x/i 20 x/i 36,7 oc

6 Selasa, 05/5/2012

130/100 80 x/i 20 x/i 36,5 oc 164 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum


(44)

Catatan:

- Ny.S melakukan senam secara rutin dan kadang lebih dari satu kali setiap hari selama seminggu

- Mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah secara rutin - Keluhan kebas terasa berkurang selama 1 minggu


(45)

LEMBAR PEMANTAUAN Klien 4: Ny.F

N o

Hari/

Tanggal TD Nadi RR Suhu KGD Berat-Badan

Ketera-ngan

1 Rabu, 30/5/2012

170/90 mmHg

76 x/i 20 x/i 36,7 oc 265 mg/dl

62 Kg Sebelum dilakukan senam kaki diabetikum 2 Kamis,

31/5/2012

170/100 83 x/ i 22 x/i 36,7 oc

3 Jum’at, 01/5/2012

150/90 80 x/i 22x/i 36,8 oc 230 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum 4 Sabtu,

02/05/2012

170/90 80 x/i 22x/i 37 oc

5 Senin, 04/5/2011

160/90 84 x/i 22 x/i 36,7 oc

6 Selasa, 05/5/2012

170/100 80 x/i 24 x/i 36,5 oc 182 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum


(46)

Catatan:

- Ny.F melakukan senam secara rutin setiap hari selama 1 minggu

- Mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah dan antihypertensi secara rutin - Keluhan kebas terasa berkurang selama 1 minggu


(47)

LEMBAR PEMANTAUAN Klien 5: Tn.N

N o

Hari/

Tanggal TD Nadi RR Suhu KGD Berat-Badan

Ketera-ngan

1 Sabtu, 02/6/2012

150/100 mmHg

90 x/i 24 x/i 36,7 oc 210 mg/dl

65 Kg Sebelum dilakukan senam kaki diabetikum 2 Senin,

04/6/2012

160/100 83 x/ i 22 x/i 36,7 oc

3 Selasa, 05/6/2012

140/90 82 x/i 20x/i 36,8 oc 200 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum 4 Rabu,

06/6/2012

140/90 80 x/i 22x/i 36,8 oc

5 Kamis, 07/6/2012

150/90 84 x/i 22 x/i 36,7 oc

6 Jum’at, 08/6/2012

150/100 80 x/i 24 x/i 36,8 oc 250 mg/dl

Setelah dilakukan senam kaki diabetikum


(48)

Catatan:

- Tn.N melakukan senam secara rutin setiap hari selama 1 minggu

- Mengkonsumsi obat penurun kadar gula darah dan antihypertensi secara rutin - Keluhan kebas terasa berkurang selama 1 minggu


(49)

CURRICULUM VITAE

Nama : Indah Septiani Pasaribu Tempat tanggal lahir : Padang, 05 September 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rawa Gg.Serikandi No.13 Medan Denai Pendidikan :

1. SD Negeri inpres 106815 Tahun 1994 - 2000 2. SMP Swasta ERIA Tahun 2000 - 2003

3. SMA Negeri 1 MATAULI Pandan Tahun 2003 - 2006 4. D III keperawatan USU Tahun 2006 - 2009

5. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2009-2011


(50)

BAB III

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

a. Lansia

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Ikram, A, 1999).

Proses penuaan secara alamiah terjadi pada usia di atas 50 tahun, hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis (Nugroho, 2000). Proses menua yang terjadi pada lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (fungsional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Nugroho, W, 2008).

2. Diabetes mellitus

a. Pengertian Diabetes Mellitus

Gangguan sistem endokrin yg sering terjadi pada usia lanjut adalah diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin, dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan


(51)

hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh (Pinzur, 2008).

b. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association

(1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:

1) Diabetes Mellitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

Diabetes Melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin. Tipe ini berkembang jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin. Jenis ini biasanya muncul sebelum usia 40 tahun. Menurut Suddarth & Brunner (2002) Diabets Melitus tipe ini disebabkan oleh Faktor Genetikdimana penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya Diabetes Melitus tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor Imunologi yaitu adanya respon autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor lingkungan dimana Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

2) Diabetes Mellitus Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM)

Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin). Disebabkan karena turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak


(52)

mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa. Namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer dkk, 2001).

3) Diabetes Mellitus Tipe III

Diabetes Melitus tipe ini dapat disebabkan oleh faktor atau kondisi lainnya seperti: Subtipe genetik spesifik, biasanya disebut Maturity-onset diabetes of the young (MODY) , defek genetic yang terjadi akibat disfungsi sel- beta, perbedaan encoding reseptor insulin. Penyakit Eksokrin pada pancreas berkaitan dengan agenesis pankreas yaitu insulin promotor faktor 1 mengalami gangguan. Toksik dengan pemakaian bahan-bahan kimia dan obat-obatan dalam jangka panjang mengakibatkan encoding kromosom dan reseptor berubah. Dapat juga disebabkan oleh Diabetes Melitus yang berkaitan dengan imunitas tubuh Autoantibodi.

4) Diabetes Melitus Gestasional

Merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung (Nursemierva, 2001). Definisi ini juga mencakup pasien yang sebetulnya masih mengidap Diabetes Melitus tetapi belum terdeteksi, dan baru diketahui saat kehamilan berlangsung. Faktor resiko Diabetes Melitus Gestasional ialah abortus berulang, riwayat melahirkan anak meninggal tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, pernah pre-eklamsia,


(53)

Polihidramion. Faktor predisposisi Diabetes Melitus Gestasional adalah umur ibu hamil lebih dari 30 tahun, riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga, pernah mengalami diabetes melitus gestasional pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil (PERKENI, 2002).

c. Gambaran Klinik

Gambaran klinis awal pada Diabetes Melitus adalah Poliuri (banyak kencing) disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis dimana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. Polidipsi (banyak minum) disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. Polifagi (banyak makan) disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel yang mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga berkurang disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa, maka tubuh mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan Diabetes Melitus walaupun banyak makan akan tetap kurus. Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan


(54)

pembentukan katarak.

d. Faktor Resiko

Faktor resiko Diabetes Melitus dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu Berat badan berlebih dan obesitas. Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan adanya gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas. Sebagai kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pankreas sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat resistensi terhadap insulin. Gula darah tinggi yang tidak ditatalaksana dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau mata, penyakit jantung, serta stroke (Harbuwono, 2008). Hal-hal yang dapat meningkatkan gula darah dapat berupa: Makanan atau snack dengan karbohidrat yang lebih banyak dari biasanya, kurangnya aktivitas fisik, infeksi atau penyakit lain, perubahan hormon, misalnya selama menstruasi, dan stress. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menilai gula darah tinggi adalah pemeriksaan gula darah puasa (GDP). Seseorang dikatakan menderita diabetes apabila kadar GDP =126 mg/dl (PERKENI, 2002) Tekanan darah tinggi yang menyebabkan jantung akan bekerja lebih keras dan resiko untuk penyakit jantung dan diabetes lebih tinggi. Kurangnya aktifitas fisik dapat diatasi cukup dengan menambah kegiatan harian. Merokok, dapat meningkatkan resiko serangan jantung dan peningkatan tekanan darah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah (Harbuwono, 2008) yaitu


(55)

Usia, bertambahnya usia menyebabkan risiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat. Kelompok usia yang menjadi faktor risiko diabetes adalah usia lebih dari 45 tahun. Ras dan suku bangsa, dimana bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii, dan sebagian Amerika Asia memiliki risiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih tinggi. Hal itu sebagian disebabkan oleh tingginya angka tekanan darah tinggi, obesitas, dan diabetes pada populasi tersebut. Jenis kelamin yang memungkinan pria menderita penyakit jantung lebih besar daripada wanita. Namun, jika wanita telah menopause maka kemungkinan menderita penyakit jantung pun ikut meningkat meskipun prevalensinya tidak setinggi pria. Riwayat Keluarga yang salah satu anggota keluarganya menyandang diabetes maka kesempatan untuk menyandang diabetes pun meningkat.

e. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang mendukung Diabetes Melitus adalah peningkatan glukosa darah sesuai dengan kriteria diagnostik WHO, 1985 jika Glukosa plasma sewaktu (random)>200mg/dl (11,1 mmol/L), Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L), dan Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post-prandial/ pp >200mg/dl). Pemeriksaan lain adalah aseton plasma yang positif, asam lemak bebas (kadar lipid dan kolesterol) meningkat, elektrolit lebih banyak dibandingkan pada keadaan yang normal yang berkaitan dengan poliuri, maka peningkatan atau penurunan nilai elektrolit perlu dipantau melalui pemeriksaan laboratorium.


(56)

Hubungannya adalah retensi air, Natrium dan Kalium mengakibatkan stimulasi aldosteron dalam sistem sekresi urinarius. Natrium dapat normal, meningkat atau menurun. Kalium dapat normal atau peningkatan semu, selanjutnya akan menurun. Sedangkan fosfor lebih sering menurun. Gas darah arteri biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik). Trombosit darah Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis. Pada urine, gula dan aseton positif. Berat jenis atau osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan sensitifitas kemungkinan infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

f. Penatalaksanaan

1) Perencanaan makanan

Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan riwayat diet untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya. Tujuan yang paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat ini lebih dianjurkan dari pada protein dan lemak. Sesuai dengan standar makanan berikut ini, makanan yang berkomposisi karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25% inilah makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes (Sukardji, 2004).

2) Perencanaan Latihan Jasmani

Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani


(57)

teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan jasmani yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging senam dan berenang. Latihan jasmani ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang memerlukan pergerakan, seperti menonton televisi (PERKENI,2002).

3) Intervensi Farmakologi

Menurut PERKENI, (2002) ada beberapa intervensi yang dapat diberikan kepada pasien DM seperti obat Pemicu sekresi insulin; Sulfonilurea yang bekerja meningkatkan sekresi insulin. Salah satu contohnya yaitu klorpropamid, biasanya dosis yang diberikan adalah 100-250 mg/tab. Adapun cara kerja sulfonilurea ini utamanya adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas, meningkatkan performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transpor karbohidrat ke sel otot dan jaringan lemak, serta penurunan produksi glukosa oleh hati. Cara kerja obat ini pada umumnya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap ATP. Berikutnya adalah Glinid, merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama yang terdiri dari dua macam obat, yaitu Repaglinid dan Nateglinid (Soegondo, 2004). Dosisnya, untuk Repaglinid 0,5 mg/tab dan untuk Nateglinid 120 mg/tab (PERKENI, 2002). Selain obat pemicu insulin diberikan juga obat penambah sensitifitas terhadap insulin, seperti Methformin bekerja untuk mengurangi produksi glukosa hati, metformin ini tidak merangsang sekresi


(58)

insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai normal (euglikemia) dan tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Methformin menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel otot. Methformin menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis dan juga dapat menurunkan kadar trigliserida, LDL kolesterol dan kolesterol total (Soegondo, 2004). Biasanya dosis yang digunakan adalah 500-850 mg/tab (PERKENI, 2002). Thiazolindion dapat diberikan untuk mengurangi resistensi insulin yang berikatan pada peroxisome proliferator activated receptor gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak yang terbagi atas dua golongan yaitu pioglitazon dan rosiglitazon yang memiliki efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor glukosa sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer (Soegondo, 2004). Dosisnya untuk pioglitazon adalah 15-30 mg/tab dan untuk rosiglitazon 4 mg/tab (PERKENI, 2002). Pengobatan yang selanjutnya adalah Terapi insulin. Berdasarkan cara kerjanya insulin ini dibagi tiga yaitu; Insulin yang kerja cepat contohnya insulin reguler bekerja paling cepat dan KGD dapat turun dalam waktu 20 menit, insulin kerja sedang contohnya insulin suspense, dan insulin kerja lama contohnya insulin suspensi seng (PERKENI,2002).

g. Komplikasi

Diabetes dapat mematikan karena pengaruhnya menyebar ke sistem yang lain. Belum lama ini ilmuwan di bidang medis memberikan perhatian lebih


(59)

besar pada suatu keadaan yang mereka sebut sebagai sindroma metabolisme.

Sindroma metabolisme adalah gabungan masalah yang bersama-bersama membentuk suatu keadaan berbahaya dan kemungkinan besar dapat mematikan. Kondisi ini meliputi resistensi insulin, kadar gula darah tinggi, peningkatan trigliserida, kadar kolesterol LDL tinggi, tekanan darah tinggi dan obesitas (Misnadiarly, 2006). Komplikasi yang terjadi dibagi atas Komplikasi Akut meliputi hipoglikemia, hiperglikemia dan ketoasidosis. Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan oleh penurunan glukosa darah, sedangkan hiperglikemia yaitu secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului stres akut. Ketoasidosis merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan diabetes mellitus (Subekti, 2004). Komplikasi Kronik meliputi Makrovaskular yaitu komplikasi yang terjadi pada beberapa organ seperti adanya penyakit jantung koroner, stroke (pada pembuluh darah otak dan gangguan pada pembuluh darah perifer misalnya pada pembuluh darah kaki).

Sindroma metabolisme adalah gerbang bagi penyakit jantung. Sebagian besar penderita diabetes memiliki kondisi tambahan dengan resiko terserang penyakit jantung. Penderita diabetes menunjukkan gejala bahwa mereka memiliki tekanan darah yang lebih tinggi. Hipertensi diderita oleh 63-70% penderita diabetes. Orang yang memiliki diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi/trigliserida yang tinggi pula. Penyakit jantung adalah penyebab kematian terbesar bagi para penderita diabetes dan penyakit ini berkaitan erat dengan faktor-faktor lain, seperti kadar kolesterol tinggi , tekanan darah tinggi, dan tingkat trigliserida yang tinggi (Yunir, dkk, 2006).


(60)

Para penderita diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2, memiliki resiko terkena serangan jantung 2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak menderita diabetes karena gula darah yang tinggi lama kelamaan bisa menimbulkan arteroskerosis pada pembuluh darah vaskular. Komplikasi kronik yang berikutnya adalah Mikrovaskular yaitu terjadi pada retina

retinopati dan pada ginjal nefropati.

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Ginjal berfungsi sebagai penyaring untuk membersihkan darah dari kotoran dan cairan yang berlebih. Bila ginjal mengalami kerusakan, saringan ini menjadi rusak dan kotoran tercampur dalam darah. Kerusakan ginjal sering kali merupakan kasus komplikasi yang fatal pada penderita diabetes yang sudah lama dan parah. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah yang menyalurkan sari-sari makanan ke retina mata. Pada tahap awal, pembuluh darah mulai bocor dan hal ini akan mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan terjadi pembengkakan. Pada tahap yang lebih parah, pembuluh darah yang abnormal akan tumbuh di retina dan menghalangi penglihatan dan buta.

Komplikasi mikrovaskuler berikutnya adalah neuropati yang dapat menyebabkan penderita Diabetes Melitus rentan terhadap infeksi. Diabetes dapat juga menyebabkan kerusakan saraf, yang menuju pada kerusakan aliran darah dan menyebabkan mati rasa pada kaki. Penderita diabetes yang sudah lama atau sudah tua cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran darah yang melalui arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap luka-luka dikaki yang memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan dan


(61)

bahaya terkena infeksi.

3. Senam Kaki Diabetes

a. Pengertian Senam Kaki Diabetes

Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana, disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (karim, 2002).

Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai, jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (PERKENI, 2002).

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986). Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009).


(62)

Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut (Tara, 2003).

c. Indikasi dan Kontraindikasi Senam kaki

Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnnea atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. Keadaan-keadaan seperti ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki. Selain itu kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah Dispnea atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam kaki tersebut.

d. Prosedur

Alat yang harus dipersiapkan adalah: Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk), prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk klien adalah Kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki.

Perhatikan juga lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan Jaga privacy pasien.

Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki: 1) Perawat cuci tangan


(63)

2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam posisi berbaring dengan meluruskan kaki.

Gambar 2.1 Pesien duduk di atas kursi

3) Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

4) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10 kali..


(64)

Gambar 4.1 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat

5) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali


(65)

6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 6.1 Jari-jari kaki di lantai

7) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian (Akhtyo, 2004). Gerakan ini sama dengan posisi tidur.


(66)

Gambar 7.1 Kaki diluruskan dan diangkat

8) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja.

Gambar 8.1 Bentuk koran menjadi seperti bola menggunakan kedua kaki


(67)

e. Sirkulasi Darah pada Kaki Pasien Diabetes Melitus

Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke pembuluh darah dan dialirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh (Hayens, 2003) salah satunya pada organ kaki. Normal sirkulasi darah pada kaki menurut (Vowden, 2001) adalah 1,0 yang diperoleh dari rumus ABPI (Ankle Brachial Pressure Index). Sedangkan keadaan yang tidak normal dapat diperoleh bila nilai APBI < 0,9 diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, APBI > 0,5 dan < 0,9 pasien perlu perawatan tindak lanjut, dan APBI 0,5 diindikasikan kaki sudah mengalami kaki nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan dokter ahli bedah Vaskular.

Cara untuk mengukur sirkulasi darah normal pada pasien dengan menggunakan rumus:

ABPI =

Keterangan:

ABPI1 = Index tekanan brachial pada pergelangan kaki, normalnya 1,0

P1 = Tekanan tetinggi yang diproleh dari pembuluh darah pergelangan kaki

Pα = Tekanan tertinggi dari kedua tangan

B. Tinjauan Kasus

Pengkajian dilakukan kepada lansia yang menderita DM yang berada di Kelurahan Titi Kuning dengan wawancara terstruktur pada saat home visite, serta


(68)

melakukan pengukuran kadar gula darah dan ABPI (Ankle Brachial Pressure Index). Jumlah lansia yang dijadikan kelolaan sebanyak 5 orang dan keseluruhan diatas usia 50 tahun

1. Pengkajian

Lansia di Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, yang menjadi responden dalam kegiatan PBLK yaitu Ny. N, Tn. B, Ny S, Ny F dan Tn. N. dari kelimanya didapatkan bahwa Dari hasil wawancara dan pengukuran kadar gula darah saat pengkajian awal kelima klien digolongkan kedalam penderita Diabetes Mellitus. Keluhan yang dirasakan klien yaitu sering merasa lapar, sering buang air kecil, mengantuk dan kebas-kebas pada kaki dan dingin pada ujung kaki. Dari kelima klien terdapat tiga orang yang sudah biasa mengkonsumsi obat-obatan medis penurun kadar gula darah. Adapun untuk megetahui lebih lanjut tentang keadaan responden secara menyeluruh mahasiswa melakukan pengkajian pada setiap responden secara terstruktur seperti yang disajikan pada halaman selanjutnya.


(69)

Klien 1: Tanggal pengkajian : 28 Mei 2012 I. IDENTITAS

a. Nama : Ny. N

b. Tempat/tanggal lahir : Medan/ 8 Oktober 1954 c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Menikah

e. Agama : Islam

f. Suku : Mandailing

g. Pendidikan : SLTP

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Sari Teratai IV II. Komposisi Keluarga:

Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Jumlah anak lima orang, dua telah menikah, satu orang anak yang telah menikahtinggal terpisah dari Ny. N.

III. Riwayat Keluarga

Genogram


(70)

Keterangan : Laki-laki : Perempuan : Klien

: Meninggal (laki-laki) : Meningggal (perempuan) : Tinggal serumah

IV. Riwayat Kesehatan Saat Ini

a. Keluhan utama lansia : Kebas-kebas di kaki, gatal di kaki

b. Penyebab : Kurang beraktivitas c. Timbul keluhan secara : Periodik (kadang-kadang)

d. Faktor yang memperberat : ketika klien sedang berjalan jauh dan terlalu banyak beraktivitas.

e. Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya: ketika klien merasakan kebas-kebas biasanya klien memijatnya kakinya dengan balsem dan.

V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah diderita : klien pernah mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.

b. Mulainya kapan : 3 tahun yang lalu

c. Bagaimana pengobatannya : klien berobat secara teratur dengan dokter untuk mengatasi penyakitnya.


(71)

VI. Riwayat Sehari-hari

A. Persepsi lansia terhadap sehat sakit:

Klien mengatakan bahwa sehat adalah sehat secara jasmani dan ketika seseorang terbebas dari berbagai penyakit, klien merasa bahwa dirinya sehat, sedangkan sakit menurut klien ketika seseorang tidak mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar. Sedangkan saat ini klien merasa bahwa dirinya sakit.

B. Kebiasaan (merokok/minum kopi/alkohol/dll):

Klien tidak merokok, minum kopi dan alkohol dan klien mempunyai kebiasaan minum air putih 10-15 gelas perhari.

C. Pola nutrisi :

Klien mengatakan bahwa ia sering merasa lapar, sementara diet karbohidrat dan gula harus ia lakukan.

D. Pola istirahat/tidur:

Klien mengatakan ia memiliki masalah dalam memulai tidur beberapa hari belakangan ini, jika susah tidur klien hanya berbaring saja di tempat tidurtanpa melakukan aktivitas apapun. Sedagkan untuk istirahat di siang hari tidak dilakukan karena cuaca yang panas mengakibatkan kien harus berkipas-kipas terus.

E.Pola eliminasi:

Tidak ada gangguan, klien BAB 1 x sehari dan BAK klien tidak ada kelainan yakni 5-7 x sehari, klien tidak mengalami konstipasi ataupun inkontinensia.


(72)

F. Kebiasaan berolahraga:

Klien tidak pernah berolahraga secara khusus, klien menganggap membantu membersihkan rumah seperti mencabut rumput sudah menjadi olahraga. Olahraga jalan santai terkadang dilakukan dalam seminggu. G. Kemampuan melakukan aktivitas:

Dalam melakukan aktivitas sehari hari klien masih sanggup melakukan sendiri tanpa bantuan dari keluarganya misalnya membersihkan rumah dan halaman, mencangkul, memperbaiki atap rumah yang bocor asalkan cuaca tidak panas karena takut asma klien kambuh.

H. Rekreasi:

Klien merasa terhibur dengan menonton televisi, untuk berpepergian atau mengunjungi keluarga hanya dilakukan sesekali, itupun jika ada uang.

I. Riwayat Psikologi Aspek psikologi lansia:

Keadaan emosi klien stabil, klien tampak tenang dan kooperatif saat berkomunikasi dengan perawat, klien tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat, senang dan terhibur untuk bercerita

J. Riwayat Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi lansia: Klien ada seorang ibu rumah tangga dan mendapatkan uang dari suaminya


(73)

K. Riwayat Spiritual

Klien rajin sholat dan masih aktif mengikuti wiritan di lingkungan rumahnya

VII. Pemeriksaan Fisik Keadaan

Umum

: Kesadaran compos mentis

Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 74x/ menit, Temp: 370C

Kepala : Bentuk bulat, dan anatomis, rambut mulai menipis dan warna rambut putih, tidak ada pembengkakan ataupun kelainan pada kepala.

Mata : Tidak di jumpai adanya tanda-tanda

anemis ataupun ikterus, kemampuan membaca sudah berkurang dan sudah mengalami rabun dekat, bentuk mata simetris kiri dan kanan.

Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda tanda perdarahan maupun peradangan, kedua telinga bersih kiri dan kanan. Klien tidak mempunyai masalah dengan pendengarannya, klien masih dapat mendengar dengan jelas.


(74)

Hidung : Bentuk hidung anatomis, lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda tanda perdarahan maupun peradangan, penciuman klien tidak terganggu, klien masih mengenal bau-bauan.

Mulut/ Tenggorokan

: Tidak dijumpai peradangan ataupun stomatitis, gigi klien sudah tidak ada lagi, tidak ada tanda tanda pembesaran uvula. Pernafasan : Suara nafas vesikuler dengan frekwensi

24 kali/menit, Klien mengalami gangguan pernafasan, pola nafas ireguler, klien tapak bernafas cepat.

Kardiovaskuler : Nadi 74 kali/menit, irama teratur dan tidak dijumpai adanya edema pada kedua ekstrimitas,capillary refill < 2 dtk.

Abdomen : Bentuk soepel, tidak ada tanda-tanda ascites, tidak ada nyeri ulu hati, peristaltik (+).

Eleminasi : Tidak ada gangguan pola eliminasi. Pola BAB satu kali sehari, BAK 5-7 kali/hari, tidak terdapat retensi urin ataupun inkontinensia.


(75)

perese

Muskuloskletal : Klien mampu melakukan rentang gerak aktif pada kedua ekstremitas kiri dan kanan secara optimal. Kedua ekstremitas simetris kiri dan kanan. Tidak ada pembengkakan pada kedua ekstremitas kiri dan kanan, tidak ada kiposis dan tidak ada paralisis. Tetapi terdang klien merasa nyeri di jari tangan.

Kulit : Kulit klien tampak kering. VIII. Pemeriksaan Penunjang

Klien rutin berobat ke dokter yang praktik, untuk mengecek kadar gula darah klien. Kadar gula darah klien pada tanggal 28 m2i 2012 (230 mg/dl) klien memiliki kemauan yang kuat untuk mengatasi keluhannya

IX. Riwayat Terapi

Bila klien mengalami masalah dalam kesehatan, klien biasanya menemui dokter untuk berobat obat yang di konsumsi klien Glibenclanid.


(76)

Klien 2: tanggal pengkajian : 28 Mei 2012 I. Identitas

a. Nama : Tn. B

b. Tempat/tanggal lahir : Tanpteng/ 13 Juli 1950 c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Status perkawinan : Menikah

e. Agama : Islam

f. Suku : Mandailing

g. Pendidikan : SLTA

h. Pekerjaan : Wiraswasta

i. Alamat : Jln. Sari teratai IV II. Komposisi Keluarga:

Klien tinggal dengan suami dan anaknya. Jumlah anak yang tinggal dengan klien ada empat dan dua orang anak laki-laki yang belum menikah.

III. Riwayat Keluarga


(77)

: Laki-laki : Perempuan : Klien

: Meninggal (laki-laki ) : Meningggal (perempuan) : Tinggal serumah

IV. Riwayat Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan utama lansia : Kebas-kebas di kaki, gatal di kaki 2. Penyebab : Kurang beraktivitas, kurang minum,

diet karbo

3. Timbul keluhan secara : Periodik (kadang-kadang)

4. Faktor yang memperberat : ketika klien sedang beraktivitas dengan posisi monoton menekan sau titik di area kaki.

5. Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya: ketika klien merasakan kebas-kebas biasanya klien menggerakkannya secara perlahan.

V. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah diderita : klien pernah mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.

2. Mulainya kapan : Diabetes mellitus sudah dialami klien sejak lima 5 tahun belakangan ini dan jantung koroner sudah dialami klien sejak 1 tahun belakangan ini.


(78)

3. Bagaimana pengobatannya : klien berobat secara teratur dengan dokter untuk mengatasi penyakitnya.

VI.Riwayat Sehari-hari

Persepsi lansia terhadap sehat sakit:

Klien mengatakan bahwa sehat adalah sehat secara jasmani dan ketika seseorang terbebas dari berbagai penyakit, klien merasa bahwa dirinya sehat, sedangkan sakit menurut klien ketika seseorang tidak mampu lagi bangkit dari tempat tidur dan menderita sakit yang parah.

VII. Kebiasaan (merokok/minum kopi/alkohol/dll):

Klien tidak merokok, minum kopi dan alkohol dan klien mempunyai kebiasaan minum air putih.

VIII. Pola nutrisi :

Klien mengatakan bahwa ia mengalami masalah dalam makan, hal ini disebabkan karena nafsu makan dari klien berkurang karena sering merasa mual.

IX. Pola istirahat/tidur:

Klien mengatakan ia memiliki masalah dalam memulai tidur beberapa hari belakangan ini, jika susah tidur klien hanya berbaring saja di tempat tidur tanpa melakukan aktivitas apapun. Sedangkan untuk istirahat di siang hari klien tidur 2-3 jam dibawah pukul 13.00 WIB.

X. Pola eliminasi:


(79)

kelainan yakni 5-7 x sehari, klien tidak mengalami konstipasi ataupun inkontinensia.

XI. Kebiasaan berolahraga:

Klien tidak pernah berolahraga secara khusus, klien beraktivitas jalan setiap pagi menjelang siang sampai siang hari untuk menghidangi tamu di rumah makanyang klien kelola.

XII. Kemampuan melakukan aktivitas:

Dalam melakukan aktivitas sehari hari klien masih sanggup melakukan sendiri tanpa bantuan dari keluarganya misalnya: menghidangi tamu yang berkunjung ke rumah makannya.

XIII. Rekreasi:

Klien merasa terhibur dengan menonton televisi,bersama keluarga. XIV. Riwayat Psikologi

Aspek psikologi lansia:

Keadaan emosi klien stabil, klien tampak tenang dan kooperatif saat berkomunikasi dengan perawat, klien tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat, senang dan terhibur untuk bercerita

XV. Riwayat Sosial Ekonomi

Aspek sosial ekonomi lansia: Klien ada seorang kepala rumah tangga dan mendapatkan uang dagangannya.


(80)

Klien rajin sholat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. XVII. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis

Tanda Vital : TD 100/70 mmHg, RR: 24x/ menit, HR: 74x/ menit, Temp: 370C

Kepala : Bentuk bulat, dan anatomis, rambut mulai menipis dan warna rambut putih, tidak ada pembengkakan ataupun kelainan pada kepala.

Mata : Tidak di jumpai adanya tanda-tanda

anemis ataupun ikterus, kemampuan membaca sudah berkurang dan sudah mengalami rabun dekat, bentuk mata simetris kiri dan kanan.

Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda tanda perdarahan maupun peradangan, kedua telinga bersih kiri dan kanan. Klien tidak mempunyai masalah dengan pendengarannya, klien masih dapat mendengar dengan jelas.

Hidung : Bentuk hidung anatomis, lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda tanda perdarahan maupun peradangan,


(1)

Judul : Pengelolaan Asuhan Keperawatan Dan Penatalaksanaan Pencegahan Ulkus Diabetik Pada Klien Diabetes Millitus Dengan Terapi Senam Kaki di Dusun VIII Desa Marindal I

Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Nama : Indah Septiani Pasaribu, S.Kep

Jurusan : Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi F.Kep USU Tahun Akademik : 2012

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemi dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein, yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relative maupun absolut. salah satu komplikasi nyang paling sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah komplikasi pada kaki atau ulkus diabetik yang sering terjadi pada kaki. berdasarkan hasil wawancara terhadap tokoh masyarakat setempat dan observasi didapatkan bahwa pencegahan ulkus diabetik dengan senam kaki belum pernah dilaksanakan. Berdasarkan data yang didapatkan dari pembukuan kependudukan kepala lingkungan setempat, diantara 42 jumlah lansia 24 orang diantaranya menderita diabetes mellitus.

kegiatan PBLK ini memiliki visi dan misi terhadap pencegahan ulkus diabetik, kegiatan tersebut meliputi penarikan minat dan pelaksanaan serta evaluasi terhadap manfaat senam kaki terhadap pencegahan ulkus diabetik, kegiatan ini melibatkan 5 orang responden dan dipantau selama 1 minggu dalam pelaksanaan senam kaki diabetik dan dilakukan pemeriksaan nilai kadar gula darah sewaktu sebelum pengajaran dan pelaksanaan senam kaki diabetik dan post pelaksanaan senam kaki diabetik selang 7 hari atau seminggu ke depan.

Hasil yang didapat setelah menjalankan kegiatan senam kaki diabetik selama 1 minggu menunjukkan adanya kestabilan nilai kadar gula darah ditunjukkan dengan hasil KGD dengan angka stabil. keseluruhan klien juga mengatakan senam kaki yang sering dilakukan membuat kebas-kebas pada kaki berkurang, dan kaki terasa lebih ringan. Diupayakan dan dihimbau kepada seluruh warga yang sudah mengetahui senam kaki agar menyebarkan dan membagi pengetahuannya kepada orang lain disekitarnya.


(2)

Title : Management of Nursing Care Diabetic Ulcer Prevention and Management of Diabetes Millitus With Clients In Therapy Gymnastics Foot in the lingkungan XIII kelurahan Titi kuning Kecamatan Medan Johor.

Name : Indah Septiani Pasaribu, S.Kep

Programs : Study Programs of Professional nurses Education at Nurse Faculty of North Sumatera University

Academic Year : 2012

ABSTRAC

Diabetes mellitus is a heterogeneous group of disorders characterized by a rise in blood glucose levels or hyperglycemia. and impaired metabolism of carbohydrates, fats, proteins, caused by a relative deficiency of insulin or absolute. nyang one of the most common complication in patients with diabetes mellitus are the complications of the foot or diabetic ulcers which often occurs in the legs. based on the results of interviews with local community leaders and didapatkakun observation that prevention of diabetic ulcers with leg exercise has never been implemented. Based on data obtained from the accounting head of population the local environment, among 42 the number of elderly 24 one of them had Diabetes Mellitus. PBLK activity has the vision and mission of the prevention of diabetic ulcers, these activities include the withdrawal of interest and the implementation and evaluation of the benefits of exercise on the prevention of foot ulcers diuabetik, this activity involves 5 respondents and monitored for 1 week in the execution of diabetic foot gymnastics and performed the examination blood sugar levels during exercise before teaching and implementation and post implementation of the diabetic foot diabetic foot hose gymnastics 7 days or a week ahead. The results obtained after running the diabetic foot gymnastics activities for 1 week showed a stability of blood sugar levels with results that showed stable KGD. Clients also said that the overall leg exercises are often performed to numb-numb in the legs is reduced, and the legs feel lighter. Sought and encouraged for all residents who already know that exercise legs spread and share knowledge to everyone around them.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif yang berjudul Pengelolaan Asuhan Keperawatan Dan Penatalaksanaan Pencegahan Ulkus Diabetik Pada Klien Diabetes Millitus Dengan Terapi Senam Kaki di Dusun VIII Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kab. Deli Serdng. Shalawat serta salam kepada junjungan kita nabi besar SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Laporan ini dibuat sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan Pendidikan Ners di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Lufthiani, S.Kep, Ns, M. Kes. Selaku dosen pembimbing laporan praktek belajar lapangan komprehensif penulis yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.


(4)

3. Salbiah, S.Kp, M.Kep sebagai koordinator profesi ners yang telah memberikan bimbingan dan memberikan motivasi dalam proses Praktek Belajar Lapangan Klinik (PBLK) ini.

4. Terimakasih kepada Suamiku tercinta Riza Fouzan, ST yang selalu memberikan doa, masukan, motivasi, semangat, dukungan sampai pengorbanan sehingga penulisan dapat menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif dan pendidikan ini.

5. Terimakasih kepada keempat orangtuaku; ibunda Dahniar Lubis dan ibunda Sriani, S.Pd, Ayahanda Lahmuddin dan Ayahanda Yanuzar Tanjung yang selalu yang selalu memberikan do’a dan dukungan buat penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan ini.

6. Terimakasih juga saya hadiahkan buat adik-adikku tersayang Ivan Fahrozi, SH , Rizky Aprianingsih Pasaribu, Febri Amrullah, Rossy Annisa Pasaribu, Akbar Pasaribu, yang selalu memberikan doa dan motivasi buat penulis dalam menyelesaikan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan Kasih karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini. Harapan penulis semoga laporan praktek belajar lapangan komprehensif ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya Profesi Keperawatan.

Medan, Juni 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Sampul

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak Indonesia ... ii

Abstrak Inggris ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 6

C. Manfaat ... 6

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep ... 7

1. Dasar keperawatan Komunitas ... 7

2. Model konseptual dalam Perawatan komunitas ... 12

3. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas ... 13

4. Proses Keperawatan Komunitas ... 19

B. Analisa Wilayah Binaan di Lingkungan XIII ... 22

1. Pengkajian ... 22

2. Analisa Situasi Lingkunagn XIII ... 23

3. Rumusan Masalah ... 23

4. Rencana Penyelesaian Masalah ... 24

5. Implementasi ... 24

6. Evaluasi ... 25

C. Pembahasan ... 25

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 27

1. Pengertian lansia ... 27

2. Diabetes Mellitus ... 27


(6)

b. Klasifikasi ... 28

c. Gambaran Klinis ... 30

d. Faktor Resiko ... 31

e. Pemeriksaan Diagnostik ... 32

f. Penatalaksanaan ... 33

g. Komplikasi ... 36

3. Senam Kaki Diabetik ... 38

a. Pengertian Senam Kaki Diabetik ... 38

b. Tujuan Senam Kaki Diabetik ... 39

c. Indikasi dan kontraindikasi ... 39

d. Prosedur ... 39

e. Darah pada Kaki Pasien Diabetes Melitus ... 44

B. Tinjauan Kasus ... 45

1. Pengkajian ... 45

2. Masalah Keperawatan ... 78

3. Intervensi Keperawatan ... 78

4. Implementasi Keperawatan ... 79

5. Evaluasi ... 81

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 86

1. Institusi Pendidikan ... 86

2. Lahan Praktek ... 86

Daftar Pustaka ... 87 Lampiran-lampiran

1. Planning of Action (POA) 2. Kontrak Belajar PBLK

3. Pre Planning Penyuluhan Kesehatan senam Kaki Diabetik 4. Pre Planning Pendidikan Kesehatan bagi Klien DM 5. Lembar Kuesioner

6. Lembar Pemantauan 7. Dokumentasi Kegiatan 8. curriculum vitae


Dokumen yang terkait

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien : Pencegahan Komplikasi Diabetik dengan Foot Exercise (Senam Kaki) di Ruangan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik Medan

10 123 217

Persepsi Remaja Putri Tentang Perkawinan Usia Muda di Desa Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005

1 40 80

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Terpadu Serta Berkelanjutan Di Wilayah Pesisir Dan Laut Kabupaten Deli Serdang

7 81 95

Penatalaksanaan Senam Kaki Diabetik pada Keluarga Diabetes Mellitus untuk Mencegah Komplikasi.

1 5 22

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

0 2 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ULKUS KAKI DIABETIK DENGAN PENCEGAHAN TERJADINYA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Ulkus Kaki Diabetik Dengan Pencegahan Terjadinya Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Di Persadia Rumah Sakit Dokter So

1 10 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN ULKUS DIABETIK DI MAJAPAHIT WOUND CARE CENTER ERNI WULANDARI 1414401009 SUBJECT asuhan keperawatan, diabetes mellitus, ulkus

2 7 9

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien : Pencegahan Komplikasi Diabetik dengan Foot Exercise (Senam Kaki) di Ruangan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik Medan

0 2 90

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien : Pencegahan Komplikasi Diabetik dengan Foot Exercise (Senam Kaki) di Ruangan Rindu A2 RSUP H. Adam Malik Medan

0 5 53