Imam Widhiono
48 |
Strategi Konservasi Serangga Pollinator Umumnya hubungan tumbuhan dengan serangga penyerbuk
merupakan hubungan asimetri dan biasanya tersarang, dengan inti sarang adalah spesies generalis yang memegang peranan kunci,
spesies penyerbuk spesialis bergantung pada tumbuhan yang bersifat generalis, sebaliknya spesies tumbuhan spesialis bergantung
pada spesies serangga penyerbuk spesialis. Spesies generalis umumnya tahan terhadap perubahan
dibanding spesies spesialis, karena mungkin merupakan bagian keberlanjutan dari struktur jejaring dalam perubahan kondisi
lingkungan, namun demikian tetap saja spesies generalis dalam bahaya kepunahan.al ini ditunjukan dengan adanya kepunahan
lokal lebah madu yang merupakan spesies super generalis yang disebabkan oleh penyakit. Kepunahan lebah madu secara lokal dapat
menyebabkann kepunahan berbagai spesies tumbuhan. Pola jejaring asimetris dan tersarang sangat tersebar dan
tidak bergantung pada komposisi komunitas , lokasi geografis dan faktor-faktor lain . model jejaring asimetrik diduga mempunyai
ketahanan yang tinggi sehinga mereka tahan terhadap kehilangan spesies dan hubungannya. Namun demikian , perubahan lingkungan
global yang terus terjadi akan mempengaruhi bukan saja terhadap kehadiran suatu spesies, tetapi juga hubungan antar spesies dan jalur
hubunganya. Sehingga tetap saja membahayakan jejaring hubungan antara tumbuhan dengan serangga penyerbuk, meskipun
mempunyai struktur ketahanan. Kevan dan Phillip, .
Imam Widhiono
Strategi Konservasi Serangga Pollinator
| 49
BAB V
FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENURUNAN KERAGAMAN DAN
KELIMPAHAN SERANGGA PENYERBUK
5.1. Latar Belakang
Penurunan keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk khususnya pada lahan pertanian telah terjadi pada berbagai belahan
dunia, termasuk di ndonesia. Penyebab penurunan keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk berkaitan dengan aktivitas manusia
yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur bentang alam terutama oleh perluasan lahan pertanian modern Pottset al.,
. Perubahan struktur bentang alam meliputi terjadinya kerusakan
habitat,fragmentasi habitat, dan kehilangan habitat. Fragmentasi habitat digambarkan sebagai penyebaran petak lahan yang sesuai
sebagai habitat serangga penyerbuk dikelilingi oleh petak yang tidak sesuai sebagai habitat serangga penyerbuk dengan berbagai tingkat
permeabilitas . Fragmentasi tidak hanya diartikan sebagi isolasi petak
habitat, tetapi juga dapat diartikan sebagai suatu habitat terpotong- potong menjadi bagian kecil yang disebabkan oleh adanya aktivitas
manusia sehingga hubungan antara satu petak dengan petak lainnya hilang.
Distribusi dan dinamika populasi serangga penyerbuk dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait fragmentasi. Pada kondisi alami
petak habitat dipisahkan oleh tumbuhan liar, pohon dan semak belukar yang merupakan sumber pakan serangga penyerbuk, tempat
bersarang, serta tumbuhan pakan stadia pradewasa. Adapaun pada habitat buatan habitat sering kali terisolasi oleh matrik habitat yang
berbeda atau adanya habitat dengan tanaman seragam sistem monokultur dan pemanfaatan insektisida secara berlebihan. Faktor
Imam Widhiono
50 |
Strategi Konservasi Serangga Pollinator lain yang melanda dunia saat ini adalah terjadinya pemanasan
global. Secara garis besar faktor-faktor yang memengaruhi keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk adalah :
Fragmentasi dan kehilangan habitat ntensifikasi lahan pertanian
Pemanasan Global
5.2. Kerusakan Dan Fragmentasi Habitat
Kerusakan dan fragmentasi habitat merupakan penyebab utama terjadinya penurunan keragaman serangga penyerbuk pada lahan
pertanian, karena akan menganggu interaksi mutualistik antara tanaman dengan proses penyerbukan di .dalam ekosistem. Sistem
penyerbukan alami dikarakterisasikan dengan adanya berbagai tipe bunga
yang mampu memberikan kebutuhan pakan serangga penyerbuk sehingga akan menarik penyerbuk jenis tertentu. Jenis
bunga yang berbeda fenologinya akan menarik berbagai serangga penyerbuk sehingga meningkatkan hubungan mutualisme diantara
keduanya. Proses penyerbukan merupakan suatu proses yang kompleks egland et al.,
, dan Memmott et al., , dan
membutuhkan fungsi yang efektiv dari tiga komponen ekosistem yaitu : kepadatan tumbuhan, kepadatan serangga penyerbuk dan
tingkah laku serangga penyerbuk, serta interaksi di dalam skala ruang.
nteraksi di dalam skala yang meliputi : di dalam skala tumbuhan itu sendiri, di dalam suatu petak maupun di dalam bentang alam.
Kerusakan dan fragmentasi habitat akan menyebabkan enam hal berikut ini :
Kegagalan atau penurunan salah satu komponen proses di atas akan menyebabkan kegagalan proses penyerbukan setidak
tidaknya pada tingkat individu tanaman. Sebagai contoh : perubahan dalam kepadatan tumbuhan dan perilaku serangga
penyerbuk dapat menyebabkan pengurangan proses penyerbukan.