BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mobilitas Sosial 2.1.1 Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah
mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Mobilitas sosial adalah
perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan dalam segi status sosial dan peran termasuk pula segi penghasilan, yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh
keseluruhan anggota kelompok. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang.
Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial
social mobility. `
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Bagong Suyatno, 2004:202 mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak
pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya baik itu berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula segi penghasilan, yang dapat
dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Pernyataan Horton dan Hunt di dukung oleh Huky bahwa istilah mobilitas diartikan sebagai suatu gerak orang
perorangan atau grup dari suatu kelompok ke kelompok lainnya dalam masyarakat.
Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack dalam Narwoko, 2010:208, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Tingkat
mobilitas sosial pada masing-masing masyarakat berbeda-beda. Pada masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
bersistem sosial terbuka maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung tinggi. Tetapi, sebaliknya, pada sistem sosial tertutup seperti masyarakat feodal atau masyarakat
bersistem kasta maka mobilitas sosial warga masyarakatnya akan cenderung sangat rendah dan sangat sulit diubah atau bahkan sama sekali tidak ada.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya untuk melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa melakukan mobilitas sosial akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan
memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka. Apabila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda, mereka tetap
dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi danm apabila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkurung
dalam status nenek moyang mereka, maka mereka hidup dalam kelas sosial yang tertutup. Contohnya, transformasi pekerjaan petani ke pengrajin industri kecil yang terjadi di sentra
industri kecil di Surakarta, juga telah mengakibatkan terjadinya proses mobilitas sosial, baik secara vertikal maupun horizontal. Mobilitas sosial itu dapat dijelaskan dengan proses petani
menjadi buruh, pengrajin atau pengrajin pengusaha. Karena terbatasnya pekerjaan di sektor pertanian, buruh tani pindah atau bekerja sambilan sebagai buruh di industri kecil. Mereka
yang sebagai buruh purna waktu umumnya tidak memiliki lahan sawah atau tegalan, atau karena terbatasnya jumlah upah sebagai buruh tani mereka memilih bekerja sebagai buruh
pengrajin. Dengan demikian pekerjaan buruh industri kecil bagi mereka adalah sebagai pekerjaan
utama. Adapun bagi buruh pengrajin yang masih memiliki lahan pertanian, mereka hanya bekerja sebagai buruh sambilan, dan fungsi pekerjaannya hanyalah penambah pendapatan.
Istilah yang sering diungkapkan oleh mereka yaitu “nasinya dari sawah dan lauknya dari pekerjaan industri.” Dalam kasus ini sebenarnya merupakan proses mobilitas sosial yang
vertikal ke bawah, karena kemudian menjadi pekerja dari orang lain. Namun jika bekerja
Universitas Sumatera Utara
sambilan ini dilihat sebagai proses belajar untuk dapat menjadi pengrajin, maka disebut mobilitas vertikal. Bagi pengrajin sering disebut “juragan kecil”, umumnya masih bekerja
sebagai pengrajin sambil bertani. Kalaulah juragan kecil tidak bertani, tanah-tanah mereka disewakan kepada petani lain. Mereka belum sepenuhnya menaruh harapan kepada industri
kecil, dan karenanya tanah-tanah pertaniannya dijadikan penyangga atau alternatif jika terjadi kerugian dalam usaha industrinya. Hal ini contoh lain dari proses mobilitas sosial horizontal
si.uns.ac.idprofil...Jurnal195707071981031006ravik_6 .pdf.
`2.1.2 Bentuk-bentuk mobilitas sosial
Mobilitas sosial mempunyai beberapa bentuk
dalam Narwoko, 2010: 208-209
yaitu :
1. Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi
perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya dalam mobilitas sosial yang horizontal. Mobilitas sosial horizontal bisa terjadi secara sukarela tetapi bisa pula terjadi
karena terpaksa karena ancaman kekeringan. Contohnya seorang buruh petani yang pada musim paceklik berpindah pekerjaan menjadi buruh bangunan. Hal ini bisa digolongkan
sebagai mobilitas sosial horizontal terpaksa yang artinya, petani tersebut terpaksa pindah ke pekerjaan lain karena memang di desanya tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan dalam
sektor pertanian dikarenakan ancaman kekeringan. Contoh mobilitas sosial sukarela yaitu, seorang pegawai bank yang sudah bosan dan jenuh dengan pekerjaannya kemudian berpindah
karier menjadi pengusaha atau pekerjaan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya,
karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal yaitu yang pertama, gerakan sosial yang meningkat social climbing, yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial
yang rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Contohnya, seorang staf yang dipromosikan naik pangkat menjadi kepala bagian di sebuah perusahaan swasta. Dan yang kedua, gerak
sosial yang menurun social sinking, yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial tertentu ke kelas sosial lain yang lebih rendah posisinya. Contohnya, seorang petani
cengkeh yang jatuh miskin karena komoditas yang ditanamnya tidak laku-laku dijual di pasar. Menurut Soedjatmoko dalam Narwoko, 2010: 209 mudah tidaknya seseorang
melakukan mobilitas vertikal salah satunya ditentukan oleh kekakuan dan keluwesan struktur sosial di mana orang itu hidup.
3. Mobilitas antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai
dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial
suatu generasi ke generasi lainnya. Suatu studi yang sering menjadi acuan dalam bahasan mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan dalam Sunarto, 2004:
214 terhadap mobilitas pekerjaan di Amerika Serikat. Kedua ilmuwan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan masyarakat yang
relatif terbuka karena di dalamnya telah terjadi mobilitas sosial antargenerasi dan didalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu yang bersangkutan lebih
Universitas Sumatera Utara
besar daripada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tua. Dengan kata lain, dalam tiap- tiap generasi telah terjadi peningkatan status anak melebihi status orang tuanya, dan dalam
tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri. Dalam hal ini pengrajin sepatu Bunut termasuk dalam
mobilitas antargenerasi karena dulunya pengrajin tersebut merupakan pekerja di sebuah perusahaan karet pembuat sepatu. Namun, setelah pabrik tutup pekerja mulai membuka usaha
dengan cara mengembangkan keterampilannya yang didapat ketika menjadi buruh dengan cara menjadi pengrajin sepatu Bunut dan keterampilan membuat sepatu tersebut diwariskan
secara turun temurun kepada anaknya.
4. Mobilitas intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi yang sama. Mobilitas intragenerasi dapat mengacu
pada mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya, misalnya dari status asisten dosen menjadi guru besar, atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi.
2.2 Keberdayaan