lapangan kerja baru dan untuk mendorong perkembangan kegiatan ekonomi pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah tertentu Lincolin Arsyad, 1999.
Saat ini tidak ada suatu teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komperhensif. Namun demikian ada beberapa teori yang
secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakikatnya, inti dari teori tersebut berkisar pada metode dalam
menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi disuatu daerah tertentu. Secara
Umum pendapat-pendapat yang mendasari bidang teori pembangunan eknomi regional yang masing-masing mempunyai asumsi yang berbeda yaitu sebagai berikut:
1. Model Neo Klasik
Model Neo Klsik mendasarkan analisa pada peralatan fungsi produksi, sama halnya dengan analisis pertumbuhan ekonomi nasional. Kelompok Neo-Klasik
berpendapat bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja, kemajuan teknologi. Namun demikian ada
kekhususnya teori pertumbuhan regional Neo Klasik yaitu membahas secara mendalam pengaruh dari perpindahan pendudukmigrasi dan lalu lintas modal
terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Kesimpulan dari model Neo Klasik adalah terdapat hubungan antara pertumbuhan dari suatu negara dengan
perbedaan kemakmuran daerah regional disparity pada Negara yang bersangkutan. Kelompok Neo Klasik mengatakan bahwa pada saat proses
pembangunan baru dimulai negara yang sedang berkembang, tingkat perbedaan
Universitas Sumatera Utara
kemakmuran antara wilayah cenderung menjadi tinggi divergence. Ketika proses pembangunan telah berjalan dalam waktu lama negara yang telah
berkembang maka perbedaan tingkat kemakmuran antara wilayah cenderung menurun convergen. Alasan dikemukakan adalah bahwa lalu lintas orang dan
lalu lintas modal di negara yang sedang masih belum lancer sehingga proses penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi.
Belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta masih kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk, biasanya merupakan faktor utama
yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan di negara-negara maju, proses penyesuaian tersebut terjadi
dengan lancar karena telah tersedianya fasilitas perhubungan dan komunikasi. Kebenaran pendapat ini mula-mula diselidiki secara empiris oleh Williamson
1965.
2. Model Peyebab Kumulatif
Teori ini pada mulanya dikemukakan oleh Myrdal 1957 yang mengkritik teori Neo Klasik mengenai pertumbuhan yang stabil. Myrdal menyatakan bahwa
perbedaan tingkat kemajuan pembangunan ekonomi antar wilayah selamnya
akan menimbulkan adanya backwash effect yang mendominasi spread effect dan
pertumbuhan ekonomi regional merupakan proses yang tidak ekulibrium disequilibrium. Perbedaan utama dari teori Neo-Kalisk dan teori dari Myrdal
adalah, yang pertama menggunakan constant return to scale dan kedua menggunakan increasing return to scale. Perbedaan tingkat pertumbuhan antara
Universitas Sumatera Utara
wilayah mungkin akan menjadi sangat besar jika increasing return to scale berlangsung terus. Menurut Kaldor 1970 bahwa prisnsip-prinsip dari peyebab
kumulatif adalah penyederhanaan dari increasing return to scale di perusahaan. Kondisi daerah-daerah di sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep
dasar dari teori ini. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antara daerah-daerah tersebut maju versus terbelakang. Daerah
yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah- daerah lain. Hal ini disebut Myrdal sebagai backwash effects. Berdasarkan
kondisi ini maka penganut teori Cummulative Causation berpendapat bahwa
peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar, sehingga perlu dilakukan melalui campur tangan yang
efektif dari pemerintah.
3. Teori Basis Ekonomi