Dapat disimpulkan bahwa job insecurity merupakan penilaian pekerja terhadap suatu keadaan di mana mereka merasa terancam dan mereka merasa
tidak berdaya untuk mempertahankan kesinambungan pekerjaan tersebut.
2. Aspek-aspek Job Insecurity
Konstruk job insecurity terdiri dari dua dimensi, yaitu besarnya ancaman severity of threat atau derajat ancaman yang dirasakan mengenai kelanjutan
situasi kerja tertentu. Ancaman ini dapat terjadi pada berbagai aspek pekerjaan atau pada keseluruhan pekerjaan, dan yang kedua adalah powerlessness
Greenhalgh dan Rosenblatt dalam Ashford dkk, 1989, di mana efeknya dapat dijelaskan dengan kalkulasi sebagai berikut:
Job insecurity = perceived severity of the threat x perceived powerless to resist the threat.
Ruvio dan Rosenblatt 1999 kemudian memperjelas kembali kedua dimensi tersebut, sebagai berikut: pertama adalah perasaan terancam pada total
pekerjaan seseorang, misalnya seseorang dipindahkan ke posisi yang lebih rendah dalam organisasi, dipindahkan ke pekerjaan lain dengan level yang sama dalam
organisasi atau diberhentikan sementara. Pada sisi lain kehilangan pekerjaan mungkin dapat terjadi secara permanen atau seseorang mungkin dipecat atau
dipaksa pensiun terlalu awal. Yang kedua adalah perasaan terancam terhadap tampilan kerja job
features. Misalnya, perubahan organisasional mungkin menyebabkan seseorang kesulitan mengalami kemajuan dalam organisasi, mempertahankan gaji ataupun
meningkatkan pendapatan. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap posisi seseorang dalam perusahaan, kebebasan untuk mengatur pekerjaan, penampilan
Universitas Sumatera Utara
kerja, dan signifikansi pekerjaan. Ancaman terhadap tampilan kerja mungkin juga berperan dalam kesulitan mengakses sumber-sumber yang sebelumnya siap
dipakai. Ketiga, job insecurity mungkin berperan dalam perasaan seseorang
terhadap kurangnya kontrol atau ketidakmampuan untuk mengendalikan kejadian- kejadian di lingkungan kerjanya yaitu perasaan tidak berdaya powerlessness.
Namun, di dalam penulisan ini dimensi powerlessness yang dikemukakan Greenhalgh dan Rosenblatt dalam Hartley dkk, 1991 tidak digunakan karena ada
penulisan yang membuktikan bahwa dimensi powerlessness tidak berhubungan secara statistik dengan dimensi lainnya dalam pengukuran job insecurity.
Hartley 1991 menambahkan bahwa powerlessness boleh tidak dimasukkan sebagai komponen ketiga dalam pengukuran job insecurity sejak
diketahui bahwa powerlessness dapat digolongkan sebagai bagian dari kemungkinan kehilangan pekerjaan, karena powerlessness dalam menghadapi
ancaman akan membuat perasaan kehilangan semakin besar. Jika karyawan merasa bahwa mereka mempunyai kekuatan, maka kemungkinan akan merasa
kehilangan pekerjaan akan menurun. Sehingga Brown-Johnson dalam Hartley dkk, 1991, powerlessness tidak berbeda secara konseptual dengan kemungkinan
kehilangan pekerjaan, baik untuk keseluruhan kerja maupun tampilan kerja.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Job Insecurity