Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4
mengikuti ujian nasional, sehingga siswa itu harus mengikuti ujian susulan. Di ujian susulan itu kebanyakan anak didik tidak mendapatkan kepercayaan
dirinya dalam mengerjakan soal ujian dikarenakan ujian itu di laksanakan bersamaan dengan anak didik dari sekolah lain yang belum mengikuti ujian
nasional. Akhirnya nilai mereka pun tidak memenuhi standar kelulusan yang ditetapkan pemerintah.
Banyaknya anak didik yang tidak lulus disebabkan adanya perilaku anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar sehari-hari kurang
maksimal. Perilaku-perilaku siswa itu antara lain seperti: dalam kegiatan belajar mengajar anak didik tidak memperhatikan guru waktu menerangkan,
kalau suruh mencatat pelajaran yang diajarkan guru, anak didik cenderung tidak melaksanakan sehingga anak didik tidak mempunyai ringkasan
belajarnya, anak didik banyak yang sering membolos sekolah, banyak yang tidak mengikuti pelajaran tambahan menjelang ujian. Semua itu kurangnya
motivasi yang diberikan oleh guru ataupun orang tua anak didik. Kualitas interaksi orang tua-anak merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi anak. Tingkat kasih sayang dan penerimaan orang tua berhubungan dengan efektifitas motivasi anak. Motivasi yang efektif membuat
anak mampu mengenali dan memahami lingkungannya dengan baik. Gaya pola asuh autoratif berhasil baik diterapkan pada anak didik sampai tingkat
pendidikan menengah dimana gaya pola asuh autoratif dan permissif berdampak negatif pada motivasi anak didik jika diterapkan pada tingkat
sekolah menengah ke bawah.
5
Disamping hubungan afektif orang tua-anak, persepsi anak terhadap dukungan orang tua juga mempengaruhi motivasi anak didik. Anak didik yang
mempersepsikan bahwa mereka dapat diandalkan oleh orang tua akan mempunyai motivasi tinggi. Kualitas hubungan dan dukungan dari orang tua
merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kompetenssi anak dan berdampak kepada fungsi dan proses pembelajaran anak di sekolah.
Tetapi persepsi terhadap kualitas hubungan ini tidaklah mencerminkan kapasitas anak sebenarnya. Tingkat persepsi anak tergantung kepada
bagaimana mereka menilai kasih sayang dan kontrol yang diberikan kepada mereka. Ketika kasih sayang dan kontrol dipersepsikan sebagai hal positif
maka berdampak kepada motivasi anak yang naik, begitupula sebaliknya dimana tingkat keberhasilan pendidikan mereka ditentukan bagaimana
persepsi terhadap kedu afaktor tersebut. Rendahnya tingkat persentase kelulusan menandakan rendahnya
motivasi anak didik dalam belajar, rendahnya orientasi tugas belajar, rendahnya konsep pribadi, personalitas yang kurang, kurangnya fasilitas
sekolah, dan rendahnya mutu pengajar. Motivasi diperlukan tidak hanya melalui pola asuh orang tua, tetapi melibatkan faktor seperti guru dan
lingkungan. Pemberian motivasi yang berhasil menjadikan anak didik siap terjun dalam masyarakat.
Dalam kaitan tentang pentingnya persepsi anak terhadap pola asuh orang tua dengan motivasi belajar anak, maka dalam penyusunan skripsi ini, peneliti
tertarik untuk melakukan melakukan penelitian tentang : “Hubungan antara
6
persepsi anak terhadap pola asuh orang tua dengan motivasi belajar di SMK Perindustrian Yogyakarta”.