Dampak Persalinan Prematur Persalinan Prematur

k. trauma perokok berat l. kelainan imunologikkelainan resus

2.1.4. Dampak Persalinan Prematur

Permasalahan pada persalinan prematur bukan saja pada kematian perinatal, melainkan bayi prematur sering disertai kelainan, baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah: RDS Respiratory Distress Syndrome, perdarahan intraperiventrikular, NECNecrotizing Entero Cilitis, displasi bronko-pulmoner, sepsis, dan paten duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat berupa disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik Prawirohardjo, 2011. Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat besar akan kematian dan kesehatan yang buruk di masa kehidupannya, begitu juga dengan bayi yang lahir di antara 32 sampai 36 minggu masih tetap memiliki masalah kesehatan dan perkembangan dibandingkan bayi yang dilahirkan cukup bulan Institute of Medicine, 2006. Komplikasi pada persalinan prematur terjadi karena sistem organ yang masih imatur yang masih belum siap untuk mendukung kehidupan di lingkungan ekstrauterin. Inflamasi dan pengeluaran sitokin yang mencetuskan parsalinan prematur diduga sebagai patogenesis chronic lung disease, NECNecrotizing Entero Cilitis , ROPRethinopathy of Prematurity, dan kerusakan pada brain white matter Behrman dan Butler, 2007. 2.1.5. Diagnosis Persalinan Prematur Diagnosis persalinan prematur adalah salah satu hal yang sulit. Diagnosis persalinan prematur didasarkan pada pemeriksaan klinis dari kontraksi uterus dan perubahan seviks. Keadaan yang lebih sulit adalah ketika pasien mengalami kontraksi yang regular tetapi dengan dilatasi serviks yang minimal. Bila pasien dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu, kontraksi uterus yang regular dengan Universitas Sumatera Utara dilatasi serviks 3 cm dan penipisan 80, dipertimbangkan mengalami persalinan prematur tanpa menunggu perubahan serviks Chalermchockcharoenkit, 2002. Menurut Prawirohardjo 2011, sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan prematur. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan prematur, yaitu: a. kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali dalam waktu 10 menit b. adanya nyeri pada punggung bawah low back pain c. perdarahan bercak d. perasaan menekan pada daerah serviks e. pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan penipisan 50-80 f. presentasi janin rendah sampai mencapai spina isiadika g. selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya persalinan prematur h. terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu Menurut Prawirohardjo 2011, beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan prematur, yaitu sebagai berikut: 1. Indikator klinik Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan pemendekan serviks secara manual maupun ultrasonografi. Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan akan terjadinya persalinan prematur. 2. Indikator laboratorik Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah jumlah leukosit dalam air ketuban 20ml atau lebih, pemeriksaan CRP 0,7 mgml, dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu 13.000ml 3. Indikator biokimia a. Fibronektin janin : peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina, serviks, dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antar korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau Universitas Sumatera Utara lebih, kadar fibronektin janin 50ngml atau lebih mengindikasikan risiko persalianan prematur. b. Corticotropin Releasing Hormone CRH: peningkatan CRH dini atau pada trimester 2 merupakan indikator kuat untyk terjadinya persalinan premature. c. Sitokin inflamasi : pada keadaan normal tidak hamil kadar isoferitin sebanyak 10 Uml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester akhir yaitu 54,8±53 Uml. Penurunan kadar dalam serum akan berisiko terjadinya persalinan prematur. d. Feritin : Rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensitive untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan fase akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan ada hubungan antara peningkatan kadar feritin dan kejadian penyulit kehamilan, termasuk persalinan prematur.

2.1.6. Pengelolaan Persalinan Prematur