Perjanjian Keagenan Kajian Yuridis Terhadap Perjanjian Antara Agen Pemasaran Perusahaan Properti Dan Pemilik Rumah (Studi Pada PT.Bursa Properti Medan)

perantara. Demikian juga, orang yang memerlukan jasa makelar mendapatkan kemudahan karena keperluannya jual beli ditangani oleh orang yang mengerti betul dalam bidangnya. Komisioner menurut Pasal 76 KUHD adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat perjanjian atas namanya sendiri, mendapat provisi atas perintah dan pembiayaan orang lain. Orang yang memberi perintah disebut komiten. Komisioner tidak ada syarat pengangkatan resmi sebagaimana halnya dengan makelar.

B. Perjanjian Keagenan

Perjanjian keagenan merupakan perjanjian tidak bernama yang tidak terdapat dalam KUH Perdata. Namun dasar hukum perjanjian ini berdasarkan kebebasan berkontrak, yakni pada Pasal 1338 KUH Perdata dan sepanjang memenuhi mengenai syarat sahnya kontrak Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUH Perdata menyebutkan bahwa “semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan- peraturan umum”. Dengan berjalannya waktu perjanjian keagenan sekarang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 11M-DAGPER32006 tentang ketentuan dan tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran agen dan distributor barang danatau jasa. 57 Usaha dalam bidang keagenan adalah jasa perantara untuk melakukan transaksi bisnis tertentu yang menghubungkan pelaku usaha yang satu dengan 57 Budi santoso,Keagenanagency,Ghalia Indonesia,Bogor,2015,hal.4 Universitas Sumatera Utara yang lain atau yang menghubungkan pelaku usaha dengan konsumen di pihak yang lain. Perjanjian keagenan adalah perjanjian tidak bernama. Pihak-pihak dalam perjanjian keagenan adalah pihak yang memberi perintah disebut principal, sedangkan pihak yang diminta untuk melakukan perbuatan hukum disebut agen. Hubungan principal dengan agen pada prinsipnya didasarkan pada suatu kesepakatan, yaitu agen setuju melakukan perbuatan hukum bagi principal dan pada sisi lain principal setuju atas perbuatan hukum tersebut, sehingga dengan adanya kesepakatan tersebut, maka tanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilkaukan oleh agen dibebankan pada principal. Perjanjian Keagenan dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu melalui: 1. Keagenan melalui penetapan Appointment Keagenan melalui penetapan artinya terdapatnya seseorang yang ditunjuk dan ditetapkan untuk melakukan perbuatan untuk dan atas nama orang lain. Dalam beberapa hal, terjadinya keagenan melalui penetapan dilakukan secara lisan, namun dalam beberapa hal haruslah dilakukan dengan cara tertentu, harus dilakukan secara tertulis apabila berkaitan dengan kepentingan-kepentingan yang berkaitan dengan persoalan tanah. Keagenan yang memberikan kewenangan pada seseorang dan dituangkan dalam perjanjian tertulis sering disebut dengan istilah power allorney. 2. Keagenan melalui perbuatan conduct Keagenan melalui perbuatan dapat terjadi melalui dua cara, yaitu melalui dua cara, yaitu melalui perbuatan principal sebagai agen dan perbuatan principal sebagai pihak ketiga. Perbuatan atau tindakan principal sebagai agen terjadi pada situasi sejak terjadinya kesepakatan untuk melakukan Universitas Sumatera Utara keagenan dengan dicapainya persetujuan para pihak, maka setiap tindakan principal termasuk didalamnya kata-kata, yang menjadikan orang mempercayai bahwa principal menyetujuai pada tindakan seseorang sebagai seorang agen untuk kepentingan principal telah cukup untuk menciptakan terjadinya keagenan. Seperti halnya bila principal tahu dan tidak ada keberatan atas tindakan yang dilakukan orang lain, memberikan izin pihak lain bertindak selaku agen, oleh karenannya hukum menganggap telah diberikannya authorisasi pada agen, lebih dari itu principal tidak diperkenankan untuk menolak bertanggung jawab tindakan agen tersebut. Perbuatan principal sebagai pihak ketiga kemungkinan juga dapat menyebabkan pihak ketiga percaya bahwa agen telah diberikan authority dari principal. 3. Keagenan melalui ratifikasi Ratification Agen kemungkinan melakukan tindakan yang sebenanrnya termasuk tindakan yang diluar kewenangan yang diberikan oleh principalnya, atau bias terjadi seorang yang bukan agen yang diberikan kewenangan oleh principal, justru melakukan tindakan atau perbuatan seperti halnya agen. Pada situasi seperti ini, principal dihadapkan pada dua pilihan, yaitu menolak tindakan tersebut atau menyetujuinya. Apabila principal menyetujuinya maka terjadilah keagenan dengan ratifikasi. Umunya, perbuatan atau tindakan di luar kewenagnan yang diberikan principal boleh jadi dilakukan ratifikasi oleh principal. 4. Agency by Estopel Universitas Sumatera Utara Aturan yang menjadi dasar dalam keagenan menentukan bahwa agen tanpa kewenangan tertentu yang diberikan oleh prinsipalnya tidak dapat mengikat principal apabila ia melakukan tindakan tertentu. Akan tetapi, jika principal salah menduga terhadap suatu hal tertentu dan mengira bahwa agen mempunyai kewenangan untuk itu, maka principal akan terikat dengan tindakan yang dilakukan agennya. Agen yang tercipta melalui mekanisme ini disebut dengan agency by estoppel. Principal yang salah duga tersebut tidak dapat membela diri dengan berdalih bahwa agen tidak cukup diberikan kewenangan untuk itu. Dengan kata lain, principal tidak dapat menghentikan atau mencegah pernyataan yang didasarkan pada fakta-fakta nyata. 5. Agency by Necessity Ketentuan hukum kadang menganggap bahwa hubungan keagenan eksisi ketika suatu keadaan menampakkan atau menimbulkan asumsi sesuatu yang wajar dan adil. Keagenan yang terjadi karena hal tersebut disebut dengan agency by necessity. Walaupun principal tidak memberikan persetujuan pada perjanjian keagenan, hal ini muncul pada saat urgent dan dalam keadaan darurat. 58 Dalam Pasal 21 Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 11M- DAGPER32006 disebutkan mengenai aturan perjanjian keagenan sebagai berikut: a. Perikatan antara principal dengan agen, agen tunggal, distributor, distributor tunggal barang dan jasa produksi luar negeri harus berbentuk 58 Ibid,hal.40 Universitas Sumatera Utara perjanjian yang dilegalisir notary public dan surat keterangan dari Atase Perdagangan Republik Indonesia atau Pejabat Kantor Perwakilan Republik Indonesia di Negara principal. b. Perikatan antara principal dengan agen, agen tunggal, distributor, distributor tunggal barang dan atau jasa produksi luar negeri harus berbentuk perjanjian yang dilegalisir notaris. c. Principal dapat membuat perjanjian hanya dengan satu agen tunggal atau distributor tunggal untuk jenis barang dan atau jasa yang sama dari suatu merek di wilayah pemasaran tertentu untuk jangka waktu tertentu. d. Principal dapat membuat perjanjian dengan satu atau lebih agen atau distributor untuk jenis barang dan atau jasa yang sama dari suatu merek di wilayah pemasaran tertentu di luar wilayah pemasaran agen tunggal atau distributor tunggal. e. Dalam hal principal membuat perjanjian lebih dari satu agen atau distributor sebagaimana dimaksud pada ayat 4, principal wajib menyebut nama-nama agen atau distributor yang telah ditunjuk. f. Apabila terdapat perjanjian lebih dari satu agen tunggal atau distributor tunggal oleh principal untuk jenis barang dan atau jasa yang sama dari suatu merek dalam wilayah pemasaran tertentu, maka STP diberikan kepada pemohon pertama. g. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 paling sedikit memuat: 1 Nama dan alamat lengkap pihak-pihak yang membuat perjanjian; 2 Maksud dan tujuan perjanjian; Universitas Sumatera Utara 3 Status keagenan atau kedistributoran; 4 Jenis barang dan atau jasa yang diperjanjikan; 5 Wilayah pemasaran; 6 Hak dan kewajiban masing-masing pihak; 7 Kewenangan; 8 Jangka waktu perjanjian; 9 Cara-cara pengakhiran perjanjian; 10 Cara-cara penyelesaian perjanjian; 11 Hukum yang dipergunakan; 12 Tenggang waktu penyelesaian. Setiap perjanjian yang ditulis dalam bahasa asing maka wajib diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penterjemah tersumpah. Dalam ketentuan Pasal 22 disebutkan mengenai pengakhiran perjanjian, bahwa perjanjian keagenan yang masih berlaku dapat berakhir atas dasar persetujuan dari kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan hukum yang berlaku. 59

C. Dasar Hukum Keagenan