Sistem informasi spasial berbasis Web operasi yustisi kependudukan (OYK) Wilayah DKI Jakarta
1 1.1 Latar Belakang
Padatnya penduduk pada suatu wilayah disebabkan oleh banyaknya migrasi masuk pada wilayah tersebut. Hal ini merupakan fakta yang harus dihadapi sebagian kota-kota besar. Banyaknya impian di kota-kota besar menyebabkan orang-orang dari wilayah lain berdatangan. Orang-orang tersebut memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak (BPS DKI Jakarta, 2005).
Kota DKI Jakarta merupakan salah satu tujuan para pencari kerja, sehingga menyebabkan penduduk di Kota DKI Jakarta semakin padat. hal ini dapat dilihat pada sensus penduduk yang dilakukan setiap lima tahun sekali. Dapat dilihat dari data sensus penduduk pada tahun 2005 mencapai angka 8.860.381 jiwa. Peningkatan dua kali lipat dari sensus penduduk tahun 1971 yaitu 4.281.078 jiwa. Ini merupakan peningkatan yang amat signifikan, karena jika dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia, dengan luas wilayah Jakarta yang hanya berkisar 34.597 km2 memiliki jumlah penduduk sebesar 8.860.381 jiwa, sehingga dapat diambil kesimpulan kepadatan penduduk per km2 yaitu sebesar 13.344 jiwa/km2. Hal ini menyebabkan kota Jakarta menjadi kota yang sangat padat penduduk (Djenen, 2006).
Jakarta sebagai kota pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata, dan budaya, menjadikan kota ini menjadi faktor penentu untuk melakukan migrasi desa ke kota.
(2)
menjamin kehidupan mereka. Metropolitan memberikan tawaran lebih baik dari yang telah dilakukan pemerintah. Pada akhirnya membuka lapangan kerja dan memberikan penghasilan yang lebih baik.
Operasi Yustisi Kependudukan rutin digelar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tiap tahun setelah Lebaran. Hal ini berkaitan dengan adanya arus balik penduduk yang seringkali membawa serta sanak saudara dari daerah lain tanpa memiliki keterampilan kerja yang cukup diterima di sektor formal dan informal sehingga mengakibatkan pengangguran di jakarta. sehingga sebagai sebuah langkah penertiban terhadap hal tersebut, maka kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Operasi Yustisi Kependudukan (OYK). Tujuan dilakukan operasi yustisi kependudukan ini adalah memberikan efek jera kepada para penduduk yang tidak tertib administrasi kependudukan. Berdasarkan Peraturan Daerah No 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. "Operasi ini bukan hanya menjaring pendatang baru yang tidak memenuhi ketentuan, seperti tak punya surat pindah, tidak punya tempat tinggal yang tetap selama di Jakarta, tidak ada penjamin, dan tidak jelas pekerjaannya. Akan tetapi juga menjaring mereka yang punya KTP tapi sudah kadaluarsa, tidak sesuai domisili, ini juga kita tertibkan," ujar Khamid (Kepala Dinas Dukcapil, Khamid Abdul Kadir)
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 4 Tahun 2004 Bab VII Ketentuan Pidana Pasal 51 untuk setiap orang yang terjaring operasi ini dan terbukti melanggar peraturan daerah akan dikenakan sanksi tiga bulan kurungan penjara atau denda Rp 5 juta. Banyak dilaporkan oleh media hasil daripada
(3)
memberikan informasi ini kepada publik sehingga hanya sebagai berita yang mengisi kegiatan hiruk pikuknya di ibukota tercinta ini.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu, faktor demografi, terdiri atas kelahiran, kematian, imgrasi dan emigrasi dan faktor nondemografi, yaitu kesehatan dan pendidikan. Pendekatan geospasial yaitu dengan data dan informasi yang bereferensi bumi dipandang sebagai salah satu langkah efektif dalam meningkatkan efektifitas sistem kependudukan di kota Jakarta (Tim Geografi, 2002).
Penggunaan komputer di dalam aplikasi-aplikasi geometrik memungkinkan masalah-masalah di atas dapat diatasi oleh sistem informasi spasial yang berbasis teknologi dijital. Masalah-masalah pembuatan data spasial, update, pemanggilan dan analisa juga dapat ditangani dengan mudah dengan teknologi yang sama (Prahasta, 2005).
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu ilmu berbasis teknologi informasi yang berkembang begitu pesat akhir-akhir ini. Ide penyampaian informasi pada setiap titik koordinat bumi ini, Perkembangan media internet yang semakin pesat memungkinkan penyedia jasa informasi spasial dapat menggunakan media ini untuk penyebarluasan informasi data spasial. Dengan menggunakan media internet (website) pengguna dapat langsung mencari dan melihat informasi data spasial yang dibutuhkan tanpa harus mendatangi tempat penyedia jasa tersebut. Pengguna dapat melakukan pencarian data spasial berdasarkan informasi metadata yaitu informasi mengenai data tersebut yang meliputi akurasi, sejarah data, kelengkapan data, kualitas data dan lain
(4)
apakah data tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang diinginkan. Oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini, peneliti mencoba membangun sebuah aplikasi Sistem Informasi Spasial Berbasis Web Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) Wilayah DKI Jakarta sebagai penunjang indikator pemerintah Jakarta dalam mengendalikan tingkat Kepatuhan Administrasi di Jakarta.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
Jakarta sebagai ibukota, mengalami arus urbanisasi yang berlebihan dan disertai dengan tidak tertibnya administrasi kependudukan.
Sistem yang berjalan sudah terkomputerisasi namun belum terhubung satu sama lain.
Selama ini informasi tentang sebaran hasil operasi yustisi kependudukan yang sudah dilakukan, masih kurang lengkap karena hanya berupa informasi yang bersifat tekstual dan penyajian serta penyampaian informasinya masih kurang representatif.
Terbatasnya informasi hasil operasi yustisi kependudukan yang diberikan kepada masyarakat.
(5)
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Program Menampilkan Sistem Informasi Spasial berbasis web Operasi Yustisi Kependudukan yang dapat digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam memonitor hasil penduduk haram (pendududuk yang tidak tertib administrasi) di wilayah Provinsi DKI Jakarta perkelurahan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Terwujudnya sebuah sistem informasi spasial yustisi kependudukan berbasis
web DKI Jakarta yang dapat diakses oleh semua kalangan.
b. Menginformasikan dana (denda) yang terhimpun dari hasil Operasi Yustisi Kependudukan sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Bab VIII Ketentuan Pidana Pasal 51.
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah: a) Bagi Peneliti
1. Untuk memenuhi salah satu syarat di dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu pada Fakultas Sains dan Teknologi program studi Sistem Informasi.
(6)
pembangunan sistem informasi spasial. b) Bagi Pemerintah
1. Membantu pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pemantauan jumlah penduduk yang bermasalah dalam ketertiban administrasi dalam tiap kelurahan.
2. Membantu memberikan informasi operasi yustisi kependudukan yang dapat disajikan dengan bentuk spasial.
3. Menambah kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan.
c) Bagi masyarakat
1. Memberikan masukan, saran dan kritik terhadap program-program Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
2. Memperkenalkan dan mendekatkan masyarakat dengan spasial (keruangan) wilayahnya.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam skripsi ini yaitu:
a. Merancang Sistem Informasi Spasial yang menyajikan data-data hasil Operasi Yustisi Kependudukan ( OYK ) yang telah dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil selama tahun 2006, 2007 dan 2008 di Provinsi DKI Jakarta yang ditampilkan dalam website, sehingga dapat
(7)
fleksibel.
b. Penelitian difokuskan pada pengolahan data operasi yang telah dilakukan Dinas Kependudukn dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta selain Kabupaten Kepulauan Seribu.
c. Sistem informasi yang dikembangkan memiliki feature: updateable (dapat memperbaharui informasi yang ditampilkan pada web spasial).
d. Dalam pembangunan sistem informasi spasial peneliti menggunakan
software Arcview 3.3 dan untuk penunjang aplikasi berbasis web peneliti
menggunakan aplikasi MapServer(MS4W).
1.6 Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi khususnya pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil DKI Jakarta terhadap hasil Operasi Yustisi Kependudukan yang telah dilakukan selama tahun 2006, 2007 dan 2008, dengan:
Batasan operasional: yang menfokuskan kepada hasil Operasi Yustisi
Kependudukan yang telah dilaksanakan secara keseluruhan.
Batasan wilayah: menfokuskan penelitian terhadap Operasi Yustisi Kependudukan yang dilakukan di wilayah DKI Jakarta, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu.
guna memberikan informasi serta pelaporan atas hasil operasi tersebut ke dalam sistem informasi spasial.
(8)
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti dalam tahapan pengambilan sampel yaitu dengan cara:
1.Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan dan menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka baik berupa artikel, buku-buku, surat kabar, majalah, jurnal, buletin maupun sumber informasi lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.
2.Wawancara
Wawancara, yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung dengan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian. Wawancara yang baik harus mempunyai pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang telah dirancang sesuai dengan tujuan yang dicapai. Jawaban yang diperoleh bersifat langsung baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif, pendapat/ opini atau keterangan.
Dalam Penelitian ini menggunakan Wawancara terstruktur, wawancara terstruktur adalah wawancara yang sebagian besar jenis-jenis pertanyaannya telah ditentukan sebelumnya termasuk urutan yang ditanya dan materi pertanyaannya.
3.Observasi (field research)
Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data informasi dan mengetahui bagaimana data tersebut diarsipkan dengan cara pengamatan atau peninjauan dan menganalisa langsung terhadap obyek penelitian.
(9)
Metode yang digunakan dalam mengembangkan sistem informasi spasial kependudukan, yaitu menggunakan metode pengembangan SDLC dengan tahapan perencanaan sistem, analisis sistem, perancangan sistem (conceptual design), penerapan dan penggunaan sistem.
1.8 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan ini dibagi menjadi lima bab. yang isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penelitian yang masing-masing dijelaskan pada tiap bab.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori–teori yang mendasari penelitian ini, yaitu pengertian yustisi, pengertian sistem, metode pengembangan sistem, pengertian sistem informasi geografi, serta perangkat lunak SIG.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi Kependudukan berdasarkan metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem.
(10)
Pada bab ini membahas mengenai hasil dari perencanaan, analisis, perancangan, penerapan dan penggunaan sesuai dengan metode yang dilakukan pada sistem yang dibuat.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
(11)
11
2.1 Pengertian Yustisi
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah Bab I pasal 1 butir 8 menyebutkan, “yustisi adalah operasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang dilakukan PPNS secara terpadu dengan sistem peradilan di tempat.”
Dalam setiap pelaksanaan OYK terdiri dari satuan organisasi yang terdiri atas: a. Pembina operasi
b. Kepala operasi c. Wakil kepala operasi
d. Kepala Pos Komando/ sekretariat e. Kepala regu operasi
f. Anggota regu terdiri atas:
- Penyidik Pegawai Negeri Sipil - Dinas Tenaga Kerja
- Dinas Perumahan - Dinas Sosial - Anggota Satpol PP - Anggota Satuan POLRI
(12)
- Unsur aparat dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
g. Panitera dan hakim dari pengadilan Negeri/ Pengadilan Tinggi setempat. h. Jaksa dari Kejaksaan Negeri/ Kejaksaan Tinggi Setempat.
i. Pengacara(POS Bantuan Hukum) yang ditunjuk oleh Dinas Kependuduka dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.
Operasi Yustisi Kependudukan dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta di 5 wilayah kotamadya secara serempak, operasi ditujukan di tempat-tempat keramaian yang dianggap menjadi pusat kegiatan penduduk, atau tempat yang dipandang perlu.
2.2 Pengertian Penduduk
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1, Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
Perda Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1, Penduduk adalah setiap orang, baik Warga Negara Indonesia yang disingkat WNI maupun Warga Negara Asing yang disingkat WNA yang bertempat tinggal dalam wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Gubernur.
(13)
2.3 Pengertian Sistem, Informasi dan Sistem Informasi 2.3.1 Sistem
2.3.1.1 Konsep Dasar Sistem
Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem (Jogiyanto, 2005), yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.
a. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut:
Sistem yaitu suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (Gerald. J, 1991)
b. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada komponen atau elemennya mendefinisikan sistem sebagai berikut:
Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.3.1.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface) masukan (input), keluaran (output), pengolah (process) dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal).
(14)
2.3.1.3 Klasifikasi Sistem
Suatu sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2005):
a. Sistem abstrak dan Sistem fisik
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik, dan sistem fisikmerupakan sistem yang ada secara fisik. b. Sistem alamiah dan Sistem buatan manusia
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia, dan sistem buatan manusia melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin.
c. Sistem tertentu dan Sistem tak tentu
Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi, dan sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi pada masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
d. Sistem tertutup dan Sistem terbuka
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya dan sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya.
2.3.2 Informasi
Konsep Dasar Informasi a. Data versus informasi
(15)
Data adalah deskripsi dari sesuatu atau kejadian yang kita hadapi (the
description of things and events that we face). (Ladjamudin, 2005)
Gordon B. Davis (dalam Ladjamudin, 2005) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya untuk mengambil keputusan masa kini maupun yang akan datang. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan.
b. Siklus informasi
Untuk memperoleh informasi yang bermanfaat bagi penerimanya, perlu dijelaskan bagaimana siklus yang terjadi atau dibutuhkan dalam menghasilkan informasi.
Gambar 2.1 Siklus informasi (Sumber: Jogiyanto, 2005) c. Kualitas informasi
Menurut John Burch dan Gary Grudnitski (dalam Jogiyanto, 2005), agar informasi dihasilkan lebih berharga, maka informasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi ganguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi tersebut.
Input
(Data)
Proses (Pengolahan Data)
Output
(16)
2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi.
3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang, satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi mengenai sebab-sebab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan jika ditujukan pada ahli teknik perusahaan.
d. Nilai informasi
Nilai dari informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang, tetapi dapat ditaksir nilai efektifitasnya.
2.3.3 Sistem Informasi
Konsep Dasar Sistem Informasi
Definisi sistem informasi menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis (dalam Jogiyanto, 2005) yaitu: sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian,
(17)
mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Sistem informasi mengumpulkan, memproses, menyajikan, menganalisa dan mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, 2004). seperti sistem lain, sistem informasi meliputi input (data, instruksi) dan output (laporan, kalkulasi). Sistem informasi memproses input menggunakan teknologi seperti komputer dan menghasilkan output yang dikirim ke user atau sistem lain melalui jaringan elektronik. Mekanisme feedback mengontrol operasi yang ada. Seperti sistem lain, sistem informasi juga terdiri dari people, prosedur dan fasilitas fisik yang dioperasikan dalam environment.
Gambar 2.2 Skema Sistem Informasi (Sumber: Turban, 2004)
Komponen dasar sistem informasi:
a. Hardware, yaitu devices seperti processor, monitor, keyboard, dan printer.
b. Software, yaitu program yang menggunakan hardware untuk memproses data.
Feedback
Inputs
Bussiness Problems : Data Information Instructions Opportunities Processing Programs People Equipment Storage Outputs Solutions : Reports Graphics Calculations Voices Tactics Control Decision Makers Auto-Control
(18)
c. Database, yaitu kumpulan dari file, tabel, relasi dan sebagainya, yang menyimpan dan mengasosiasikan data.
d. Network, sistem koneksi yang mengijinkan sharing resources oleh komputer
yang berbeda.
e. Procedures, yaitu instruksi yang menjelaskan bagaimana mengkombinasikan
komponen-komponen sebelumnya dalam memproses informasi dan menghasilkam output yang diinginkan.
f. People, yaitu orang yang bekerja dengan sistem, berhadapan dengan sistem,
atau menggunakan output sistem.
2.4 Metode Pengembangan Sistem Informasi
Menurut Jogiyanto (2005) metode pengembangan sistem adalah metode-metode, prosedur-prosedur, konsep-konsep, aturan-aturan dan tahap-tahap yang digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi.
Dalam pengembangan sistem informasi, perlu melewati beberapa tahapan mulai dari perencanaan sistem hingga penggunaan sistem. Dengan mengikuti tahapan-tahapan ini diharapkan pengembangan sistem dapat diselesaikan dengan berhasil.
Tahap-tahap tersebut dinamakan SDLC (System Development Life Cycle) Secara garis besar siklus hidup pengembagan sistem ini terdiri dari lima tahap, lima tahap itu adalah:
1. Tahap Perencanaan 2. Tahap Analisis
(19)
3. Tahap Perancangan 4. Tahap Penerapan 5. Tahap Penggunaan
2.4.1 Tahap Perencanaan
Perencanaan pengembangan sistem informasi bertujuan untuk mengidentifikasikan dan memprioritaskan sistem informasi apa yang akan dikembangkan, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, jangka waktu pelaksanaan serta mempertimbangkan dana yang tersedia dan siapa yang melaksanakan. Perencanaan sistem dapat mencakup keseluruhan unit bisnis maupun secara departemen dengan memperhatikan misi dari usaha bisnis tersebut. Perencanaan sistem dimulai setelah adanya usulan dari dalam maupun luar, selanjutnya dengan keputusan manajemen, bila manajemen setuju dengan keputusan tersebut, maka akan disusun suatu kerangka kerja dan anggaran.
2.4.2 Tahap Analisis
Tahap analisis dapat diidentifikasikan sebagai suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.
Tahap analisis merupakan suatu tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan pada tahap selanjutnya.
(20)
2.4.3 Tahap Perancangan
Perancangan sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru (McLeod, 2004). Jika sistem baru berbasiskan komputer, rancangan dapat menyertakan spesifikasi jenis peralatan yang digunakan.
2.4.4 Tahap Penerapan
Tahap ini adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain sistem yang disetujui, menginstal dan memulai penggunaan sistem baru atau sistem yang sudah diperbaiki, dimana tujuan dari diperbaiki ini adalah untuk menyelesaikan desain sistem yang sudah disetujui.
2.4.5 Tahap Penggunaan
Pada tahap penggunaan disarankan ada dua tahap review yang harus dilaksanakan. Pertama kali pada saat yang tidak terlalu lama setelah penerapan sistem, dimana proyek tim masih ada dan masing-masing anggota masih segar untuk mengingat sistem yang mereka buat. Review berikutnya dapat dilakukan kira-kira setelah semester pertama sistem berjalan, tujuannya untuk meyakinkan apakah sistem tersebut sudah berjalan sesuai dengan tujuan semula atau masih adakah perbaikan dan penyempurnaan yang harus dilakukan.
(21)
5 Tahap Penggunaan
1 Tahap Perencanaan
2 Tahap Analisis
3 Tahap Perancangan 4
Tahap Penerapan
Gambar 2.3 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Sumber: Mcleod, 2004)
2.5 Tools Analysis and Design Sistem Informasi 2.5.1 Flowchart
Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang
menggambarkan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Flowchart merupakan cara penyajian dari suatu algoritma. (Ladjamuddin, 2005)
Menurut Ladjamuddin (2005), ada dua macam flowchart yang menggambarkan proses dengan komputer, yaitu:
1. Flowchart Sistem (System Flowchart)
Flowchart sistem adalah bagan yang memperlihatkan urutan proses dalam
sistem dengan menunjukkan alat media input, output serta jenis media penyimpanan dalam proses pengolahan data.
(22)
2. Flowchart Program (Program Flowchart)
Flowchart program adalah bagan yang memperlihatkan urutan instruksi yang
digambarkan dengan simbol tertentu untuk memecahkan masalah dalam suatu program.
Tidak berbeda dengan Ladjamudin, Jogiyanto (2005) berpendapat bahwa Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yg menunjukkan alir (flow) di dalam program atau prosedur sistem secara logika. Digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan untuk dokumentasi. Pedoman untuk menggambarkannya sebagai berikut (Jogiyanto, 2005):
1. Sebaiknya digambar dari atas ke bawah dan mulai dari bagian kiri suatu halaman.
2. Kegiatannya harus ditunjukkan dengan jelas.
3. Ditunjukkan dengan jelas dimulai dan berakhirnya suatu kegiatan.
4. Masing-masing kegiatan sebaiknya digunakan suatu kata yang mewakili suatu pekerjaan.
5. Kegiatannya sudah dalam urutan yang benar.
6. Kegiatan yang terpotong dan akan disambung ditunjukkan dengan jelas oleh simbol penghubung.
7. Gunakan simbol-simbol yang standar.
Ada lima macam bagan alir (flowchart), yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2005): a. Bagan alir sistem (system flowchart)
Merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem, menjelaskan urut-urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam
(23)
sistem, dan menunjukkan apa yang dikerjakan di sistem. Simbol-simbol dalam bagan alir sistem ditunjukan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Simbol-simbol pada Flowchart System
Simbol Dokumen
Menunjukkan input dan output (I/O) baik untuk proses manual, mekanik atau komputer.
Simbol Simpanan
Offline
N
File non-komputer yang diarsip urut angka (numerical).
C
File non-komputer yang diarsip urut tanggal (cronological).
A
File non-komputer yang diarsip urut huruf (alphabetical).
Simbol Proses
Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer.
Simbol Punched Card
Menunjukkan I/O yang meng-gunakan kartu punch (plong).
Simbol Operasi Luar
Menunjukkan operasi yang
dilakukan di luar operasi komputer.
Simbol Pengurutan Offline
Menunjukkan proses pengurutan data di luar proses komputer.
Simbol Pita Magnetik
Menunjukkan I/O yang meng-gunakan pita magnetik.
(24)
Simbol Hard disk Menunjukkan I/O yang
meng-gunakan hard disk.
Simbol Drum Magnetik
Menunjukkan I/O yang meng-gunakan drum magnetik.
Simbol Pita Kertas Berlubang
Menunjukkan I/O yang meng-gunakan pita kertas berlubang.
Simbol Keyboard Menunjukkan input yang
meng-gunakan online keyboard.
Simbol Display Menunjukkan output yang
ditampilkan di monitor.
Simbol Pita Kontrol
Menunjukkan penggunaan pita kontrol (control tape) dalam batch
control untuk pencocokan di proses
batch processing.
Simbol Hubungan Komunikasi
Menunjukkan proses transmisi data melalui saluran komunikasi.
Simbol Garis Alir Menunjukkan arus dari proses.
Simbol Penjelasan Menunjukkan penjelasan dari suatu proses.
Simbol Penghubung
Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau ke halaman lain.
Sumber: Jogiyanto, 2005
b. Bagan alir dokumen (document flowchart)
Disebut juga bagan alir formulir (form flowchart) atau paperwork flowchart
(25)
termasuk tembusan-tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan alir sistem. c. Bagan alir skematik (schematic flowchart)
Merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem, yaitu menggambarkan prosedur di dalam sistem. Perbedaannya adalah bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol bagan alir sistem juga menggunakan gambar-gambar komputer dan peralatan lainnya yg digunakan. Fungsi penggunaan gambar tersebut adalah untuk memudahkan komunikasi kepada orang yang kurang mengerti dengan simbol-simbol bagan alir.
d. Bagan alir program (flowchart program)
Merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses program. Bagan alir program dapat terdiri dari dua macam, yaitu:
1. Bagan alir logika program (program logic flowchart) yang digunakan untuk menggambarkan setiap langkah di dalam program komputer secara logika. Bagan alir ini disiapkan oleh analis sistem.
2. Bagan alir komputer terinci (detailed computer program flowchart) yang digunakan untuk menggambarkan intruksi program komputer secara terinci. Bagan alir ini disiapkan oleh pemrogram.
Tabel 2.2 Simbol-simbol pada Program Flowchart
Nama Simbol Gambar Simbol Keterangan
Simbol Input / Output
Digunakan untuk mewakili data
input / output (I/O).
(26)
proses.
Simbol Garis Alir Menunjukkan arus dari proses.
Simbol Penghubung
Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau ke halaman lain.
Simbol Keputusan Digunakan untuk penyeleksian kondisi di dalam program.
Simbol Proses Terdefinisi
Menunjukkan suatu operasi yang rinciannya ditunjukkan di tempat lain.
Simbol Persiapan Digunakan untuk memberi nilai awal suatu besaran.
Simbol Titik Terminal
Menunjukkan awal dan akhir dari suatu proses.
Sumber: Jogiyanto, 2005
e. Bagan alir proses (process flowchart)
Merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik industri. Berguna bagi analis sistem untuk menggambarkan proses dalam suatu prosedur. Juga dapat menunjukkan jarak kegiatan yang satu dengan yang lainnya serta waktu yang diperlukan oleh suatu kegiatan. Bagan alir proses menggunakan lima buah simbol tersendiri.
Tabel 2.3 Simbol-simbol pada Bagan Alir Proses
Gambar Keterangan
(27)
Menunjukkan suatu pemindahan (movement)
Menunjukkan suatu simpanan (storage)
Menunjukkan suatu inspeksi (inspection)
Menunjukkan suatu penundaan (delay) Sumber: Jogiyanto, 2005
2.5.2 Data Flow Diagram (DFD)
DFD merupakan model dari sistem untuk menggambarkan pembagian sistem ke modul yang lebih kecil. Salah satu keuntungan menggunakan DFD adalah memudahkan pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang akan dikerjakan. (Ladjamuddin, 2005)
2.5.3 Diagram Konteks (Context Diagram)
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Ia akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak ada store dalam diagram konteks. (Ladjamuddin, 2005)
(28)
2.5.3.1 Diagram Zero (Overview Diagram)
Diagram zero adalah diagram yang menggambarkan proses dari data flow diagram. Diagram zero memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem yang ditangani, menunjukkan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada, aliran data dan eksternal entitiy. Pada level ini sudah dimungkinkan adanya/ digambarkannya data store yang digunakan. Untuk proses yang tidak rinci lagi
pada level selanjutnya, simbol ’*’ atau ’P’ (functional primitive) dapat
ditambahkan pada akhir nomor proses. Keseimbangan input dan output
(balancing) antara diagram zero dengan diagram konteks harus terpelihara.
(Ladjamuddin, 2005)
2.5.3.2 Diagram Rinci (Level Diagram)
Diagram rinci adalah diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram zero atau diagram level di atasnya. (Ladjamuddin, 2005).
Simbol-simbol DFD versi Yourdan & De Marco dapat digambarkan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Daftar Simbol DFD versi Yourdan & De Marco
Gambar Keterangan
External Entity atau Terminal
Proses (Process)
Arus Data (Data Flow) Penyimpanan Data (Data Store) Sumber: Ladjamudin, 2005
(29)
2.5.4 ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD adalah diagram yang menunjukan hubungan antar entitas. ERD digunakan untuk menggambarkan struktur logika dari database secara keseluruhan.
Menurut McLeod (2004) ERD adalah mendokumentasikan data dengan mengindentifikasikan jenis entitas dan hubungannya. ERD merupakan peralatan pembuatan data yang paling fleksibel, dapat diadaptasi untuk berbagai pendekatan dalam pengembangan sistem. Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram
dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Simbol dan Notasi Entity Relationship Diagram
No Simbol Keterangan
1.
Persegi panjang Entitas/tipe
entitas menyatakan objek atau
kejadian
2.
Ellips menyatakan atribut-atribut
entity set. Atribut adalah item data
yang menjadi bagian dari entitas
3.
Belah ketupat (Diamond) menggambarkan relationship set.
Relationship adalah asosiasi
antara dua entitas
4.
Garis, menghubungkan antara
entity set dengan
atribut-atributnya dan antara entity set
dengan relationship setnya. Sumber: Simarmata dan Paryudi, 2006
(30)
Derajat hubungan antar entitas dapat dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu: a. Derajat hubungan 1 : 1 (One to one)
Derajat hubungan antar entitas 1 : 1 terjadi bila entitas A hanya boleh berpasangan dengan satu anggota dari entitas B. Demikian pula sebaliknya.
b. Derajat hubungan 1 : m (One to many) atau m : 1 (Many to one) Derajat hubungan ini terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Sebaliknya setiap anggota entitas B hanya boleh berpasangan dengan satu anggota entitas A.
c. Derajat hubungan m : n (Many to many)
Terjadi bila tiap anggota entitas A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entitas B. Demikian pula sebaliknya.
2.5.5 Normalisasi
Menurut Kroenke (dalam Abdul Kadir, 1999) Normalisasi adalah proses untuk mengubah suatu relasi yang memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah relasi atau lebih yang tidak memiliki masalah tersebut. Berikut adalah teknik normalisasi, di antaranya:
1. Bentuk Normal Pertama (1NF)
Tabel yang belum ternormalisasi adalah tabel yang memiliki atribut yag berulang, atau definisi bentuk normal pertama adalah suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal pertama jika dan hanya jika setiap atribut bernilai
(31)
tunggal untuk setiap baris. Definisi lain 1NF adalah suatu hubungan yang tidak berisi pengulangan-pengulangan.
2. Bentuk Normal Kedua (2NF)
Bentuk nomal kedua di definisikan berdasarkan dependensi fungsional. Suatu relasi berada dalam bentuk normal kedua jika dan hanya jika:
a. Berada pada bentuk normal pertama.
b. Semua atribut bukan kunci memiliki dependensi sepenuhnya terhadap kunci primer.
3.Bentuk Normal Ketiga (3NF)
Suatu relasi dikatakan dalam bentuk normal ketiga jika: a. Berada dalam bentuk normal kedua.
b. Setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap kunci primer.
2.5.6 Kamus Data
Menurut Jogiyanto (2001), kamus data adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhan–kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. Seperti halnya kamus bahasa yang berfungsi menjelaskan lebih detail suatu kata maupun kalimat, kamus data yang digunakan dalm analisa struktur dan desain sistem informasi juga merupakan suatu katalog yang menjelaskan lebih detail tentang data flow diagram yang mencakup proses, data flow dan data store.
Kamus data harus dapat mencerminkan keterangan yang jelas tentang data yang dicatatnya. Notasi kamus data dapat dilihat pada Tabel 2.6.
(32)
Tabel 2.6 Notasi Kamus Data
Sumber: Jogiyanto, 2005
2.6 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Aronoff (dalam Prahasta, 2005), Sistem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis.
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
No Simbol Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. = + ( ) { } [ ] ** @ Terdiri dari Dan Opsional Pengulangan
Memilih salah satu dari sejumlah alternatif Komentar
(33)
lapangan. semua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi (Prahasta, 2005).
Menurut Prahasta (2005) menyatakan bahwa sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:
a. Masukan data, merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basisdata (database).
Menurut Anon (2003) basisdata adalah pengorganisasian data yang tidak berlebihan dalam komputer sehingga dapat dilakukan pengembangan, pembaharuan, pemanggilan, dan dapat digunakan secara bersama oleh pengguna.
b. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval)
ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/ cetak pada kertas).
c. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer
(34)
zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. Anon (2003) mengatakan bahwa manipulasi dan analisis data merupakan ciri utama dari SIG. Kemampuan SIG dalam melakukan analisis gabungan dari data spasial dan data atribut akan menghasilkan informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi
d. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Bentuk produk suatu SIG dapat bervariasi baik dalam hal kualitas, keakuratan dan kemudahan pemakainya. Hasil ini dapat dibuat dalam bentuk peta-peta, tabel angka-angka: teks di atas kertas atau media lain (hard copy) atau dalam cetak lunak (seperti file elektronik).
Gambar 2.4 Subsistem SIG (Sumber: Prahasta, 2002)
Menurut Anon (2003) ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG, di antaranya adalah:
a. Menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi.
S I G Manipulasi Data &
Analisis
Data Masukan
Manajemen Data
(35)
b. Dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi.
c. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data.
d. Memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam beberapa layer atau coverage data spasial.
e. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atributnya.
f. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif. g. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik.
h. Semua operasi SIG dapat di costumize dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa script.
i. Perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain
j. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geo-informatika.
2.7 Pengertian Peta dan Data Spasial
Peta dapat didefiniskan sebagai suatu alat penyajian secara grafis tentang penyebaran kenampakan-kenampakan geografis atau fenomena yang ada pada permukaan atau di dalam bumi. Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu wilayah geografis tertentu. Informasi spasial juga bisa diartikan sebagai geoinformasi yang bentuk penyajiannya berupa peta
(36)
(Suharto, 1989). Informasi tentang data spasial dapat berupa informasi sumberdaya lahan (batuan, tanah, hutan, air, mineral), sumberdaya sosial (penduduk), sumberdaya ekonomi dan lain-lain. Data spasial yang ada dalam peta mengandung informasi tentang daerah yang disajikan, yaitu informasi tentang posisi geografis pada permukaan bumi, hubungan antara berbagai kenampakan, jenis dan nama kenampakan.
2.7.1 Jenis–Jenis Peta
Jenis peta secara garis besar hanya ada dua. Peta topografi dan peta tematik. Peta topografi bersifat umum sehingga penyajiannya tidak menonjolkan satu aspek, sedang pada peta tematik penyajiannya dengan menonjolkan tema/ topik sesuai dengan judul peta itu sendiri. Misalnya, penyajian jenis jalan di peta topografi tidak menonjol antara satu ruas jalan dengan ruas jalan lain yang jenis jalannya berbeda, ruas jalan tersebut di peta topografi juga tidak lebih menonjol dibandingkan dengan –misalnya- pola aliran sungai. Tetapi di peta tematik tentang –misalnya- status jalan, ruas jalan yang statusnya berbeda akan tampak ditonjolkan dibandingkan dengan aspek lainnya.
Peta dasar merupakan dasar untuk memetakan informasi spasial sehingga informasi-informasi tersebut, baik secara relatif maupun absolut menempati lokasi geografis yang benar. Peta dasar dapat berupa peta topografi secara lengkap atau sudah dikurangi informasinya agar tidak rancu dengan informasi tematiknya. Peta topografi yang sering digunakan sebagai peta dasar dalam
(37)
pembuatan peta tematik sudah standar, baik dalam ukuran kertasnya, luas liputannya, maupun penyajian aspek kartografi lainnya. Peta tematik itu sendiri merupakan suatu peta yang menyajikan informasi khusus yang mempunyai satu tema. misalnya peta sistem lahan, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta geologi dan peta penyebaran jumlah penduduk.
Gambar 2.5 Peta Tematik ( Peta Kepadatan penduduk ) (Sumber: Romenah, 2004)
Gambar 2.6 Peta Topografi (Garis kontur dengan interval (jarak antara 2 kontur) 40 meter )
(Sumber: Romenah, 2004)
(38)
2.7.2 Penyusunan Peta 2.7.2.1 Data Geografis
Data SIG dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
(1) Data grafis (spasial) yaitu data yang menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi. Secara garis besar, data grafis dibedakan menjadi: data titik (point), garis (lines/ polyline) dan area (region/
poligon).
Data grafis titik biasanya digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun curah hujan, alamat customer dan lain-lain. Data garis dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik dan lain-lain. Sedangkan data area digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan lahan, kemiringan lereng dan lain-lain (Nuarsa, 2005).
Gambar 2.7 Representasi data grafis (a). titik, (b) garis dan (c) Area
Struktur data SIG terbagi 2 yaitu raster dan vektor. Raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid (Prahasta, 2002) atau disimpan pada grid dua dimensi, yaitu baris dan kolom (Nuarsa, 2005). Sedangkan vektor menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
(39)
dengan menggunakan titik, garis dan poligon beserta atributnya (Prahasta, 2002) dan posisi objek dicatat pada sistem koordinat (Nuarsa, 2005).
Gambar 2.8 Struktur data SIG (a) Vektor dan (b) Raster
(2) Data tabular (atribut) yaitu data deskriptif yang menyatakan nilai dari data grafis tersebut. Untuk struktur data vektor, data atribut tersimpan secara terpisah dalam bentuk tabel, sedangkan struktur data raster nilai grafisnya tersimpan langsung pada nilai grid atau piksel tersebut (Nuarsa, 2005).
2.7.3 Komponen Peta
Komponen peta terdiri atas: a. Isi peta
Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Jika ide yang disampaikan tentang
(40)
penunjukan angka kuantitas yang bersamaan, isi peta tentunya berupa
isopleth.
b.Judul peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta. Isi peta berupa isopleth, tentu judul petanya menjadi "Peta Kepadatan penduduk" dan sebagainya. c. Skala peta dan Simbol Arah
Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada skala 1:10.000 dibandingkan peta skala 1:50.000.
Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta. Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokkan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan.
d.Legenda atau Keterangan
Agar pembaca peta dapat dengan mudah memahami isi peta, seluruh bagian dalam isi peta harus dijelaskan dalam legenda atau keterangan.
e. Inzet dan Index peta
Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inzet peta merupakan peta yang diperbesar dari
(41)
bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang di-inzet. Sedangkan index peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukkan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya.
f. Grid
Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid system. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta.
Cara pembuatan grid yaitu, wilayah dunia yang agak luas, dibagi-bagi ke dalam beberapa kotak. Tiap kotak diberi kode. Tiap kotak dengan kode tersebut kemudian diperinci dengan kode yang lebih terperinci lagi dan seterusnya. Jenis grid pada peta-peta dasar (peta topografi) di Indonesia yaitu antara lain Kilometerruitering (kilometer fiktif) yaitu lembar peta dibubuhi jaringan kotak-kotak dengan satuan kilometer. Di samping itu ada juga grid yang dibuat oleh tentara inggris dan grid yang dibuat oleh Amerika (American Mapping System).
g.Nomor peta
Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. Penomoran peta dilakukan hanya untuk penggunaan peta secara manual. Karena peta secara manual berbentuk dokumentasi secara hardcopy. Sedangkan peta
(42)
dijital penomoran peta tidak diperlukan karena wilayah yang ingin diketahui dapat diperbesar melalui zoom toolbox pada sebuah aplikasi dijital.
h.Sumber/ Keterangan Riwayat Peta
Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tanggal/tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada Gambar 2.9 ditampilkan gambar keterangan dari komponen peta.
Gambar 2.9 Komponen Peta1
1
(http://www.Digimap.com) )
(43)
2.8 Perangkat Lunak SIG 2.8.1 ArcView 3.3
Perangkat lunak merupakan salah satu dari empat komponen utama SIG. Perangkat lunak SIG harus dapat menyediakan fungsi untuk masukan, menyimpan, menganalisis dan menampilkan data dalam bentuk geografis.
ArcView 3.3 merupakan salah satu dari sekian banyak perangkat lunak SIG
yang dapat menyediakan fungsi-fungsi tersebut.
Menurut Nuarsa (2005), ArcView adalah salah satu software atau perangkat lunak SIG yang popular dan paling banyak digunakan untuk mengelola data spasial dewasa ini. Perangkat lunak ini dibuat oleh ESRI
(Environmental System Research Institute) perusahaan yang mengembangkan
program ArcInfo. Dengan menggunakan ArcView maka kita dapat melakukan input data, menampilkan data, mengelola data, menganalisis data, membuat peta serta laporan yang berkaitan dengan data spasial bereferensi geografis.
Data dalam ArcView diorganisasikan dalam satu proyek. Setiap proyek terdiri dari lima komponen, yaitu Views, Tables, Charts, Layouts, dan Scripts.
Views digunakan untuk mengelola data grafis, Tables digunakan untuk
manajemen data atribut, Charts digunakan untuk mengelola grafik (bukan data grafis), Layouts digunakan untuk membuat komposisi peta untuk dicetak dan
Scripts digunakan untuk membuat modul yang berisikan kumpulan perintah
(44)
2.9 Perangkat Lunak WEBSIG 2.9.1 MapServer
MapServer merupakan salah satu lingkungan pengembangan perangkat
lunak open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi internet-based yang melibatkan tampilan data spasial atau peta dijital.
Fitur yang didukung oleh MapServer adalah: 1) Format vektor: ESRI shapefile, ESRI ArcSDE
2) Format raster: TIFF/GeoTIFF, GIF, PNG, ERDAS, JPEG, EPPL7
3) Quadtreespatialindexing untuk shapefile
4) Dapat sepenuhnya dikustomisasi untuk menghasilkan hasil yang diinginkan Pemilihan fitur menggunakan item/ nilai, titik, area atau fitur lainnya
5) Mendukung TrueType font 6) Mendukung OpenSIG
7) Mendukung penggabungan data raster dan vektor (untuk penyajian data)
8) Legenda dan skala yang otomatis
9) Mendukung pengembangan peta tematik online
10) Pelabelan fitur
11) Konfigurasi dapat dilakukan secara online (on-the fly configuration) 12) Proyeksi dapat dilakukan secara online (on-the-fly projection)
(45)
Untuk menjalankan dan menampilkan peta yang dihasilkan oleh
MapServer, diperlukan dua file yaitu Map file dan HTML file. Map file
berisikan konfigurasi penyajian peta yang ditulis dalam bahasa dan syntax
tersendiri. Informasi ini kemudian diolah dan disajikan oleh program
MapServer. Sedangkan file HTML digunakan untuk melakukan format
penyajian hasil (peta). file HTML dapat berupa HTML biasa atau template
yang disisipi syntaxMapServer atau file HTML yang disisipi PHP/ Mapscript.
Gambar 2.5 menyajikan proses penyajian peta.
Mapscript adalah sebuah modul PHP yang dapat melakukan
operasi-operasi untuk data spasial termasuk dalam mengolah data spasial, proyeksi ulang data, dan operasi-operasi lainnya. Modul ). Konfigurasi PHP/MapScript
ini dikembangkan oleh DM Solutions untuk konfigurasi MapScript dapat dilihat pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Konfigurasi PHP/MapScript2
2
(46)
Gambar 2.11 Proses Penyajian Peta oleh MapServer
2.9.2 MS4W
MS4W adalah suatu paket perangkat lunak yang sangat memudahkan para pengguna di dalam meng-install (atau melakukan set-up) MapServer
(UMN atau Cheetah) pada platform sistem operasi Ms. Windows. Tujuan utama dalam pembuatan paket ini adalah untuk memudahkan semua pengguna, secepatnya terhindar dari segala detil yang rumit, dalam mempersiapkan lingkungan kerja yang diperlukan oleh MapServer di lingkungan Ms. Windows. Selain itu, paket ini juga merupakan suatu cara atau lingkungan yang sangan baik untuk memaketkan dan kemudian mendistribusikan aplikasi-aplikasi
MapServer kepada pihak manapun.
2.9.3 PMAPPER
PMAPPER adalah salah satu framework atau tool yang dapat digunakan untuk membangun aplikasi pemetaan (SIG) yang berbasiskan layanan web, yang dibuat dengan maksud untuk memberikan fungsionalitas yang besar dan multi konfigurasi untuk memfasilitasi aplikasi Mapserver yang berbasis
(47)
PHP/MapScript. Framework ini berasal dari UMN MapServer yang telah dikambangkan oleh DM Solutions Group dengan tujuan untuk menghasilkan lingkungan kerja dalam pendistribusian dan pengelolaan aplikasi-aplikasi web-mapping.
2.10 Pengembangan WebSIG
Sebelum membuat aplikasi webSIG dengan menggunakan MapServer hal yang harus diperhatikan adalah arsitektur penyimpanan file MapServer dan data SIG. Secara umum ada tiga kategori data yang dimiliki yaitu:
1) FileMapServer
Map file dan PHP/MapScript
2) File HTML dan gambar/grafis
Fileweb dan gambar yang disertakan 3) Data SIG
Data vektor dan citra (raster) yang digunakan Contoh Map file:
NAME Jakarta SIZE 400 400 STATUS ON
EXTENT 699493.82895484706000 9233848.75381607750000 703636.19825386233000 9236285.34508262020000
UNITS METERS
SHAPEPATH "data/utm/"
WEB
IMAGEPATH "D:/test/tmp/" IMAGEURL "tmp/"
END
(48)
LAYER
NAME "OYK_2006" TYPE POLYGON STATUS ON
DATA "OYK_2006" CLASS
COLOR 211 254 210
OUTLINECOLOR 200 200 200 END
END END
Contoh file PHP sederhana yang menyajikan data geospasial: <? dl('php_mapscript_40.dll');
$map = ms_newMapObj("YUSTISI.map"); $image=$map->draw();
$image_url=$image->saveWebImage(); ?>
<HTML> <HEAD>
<TITLE>OPERASI YUSTISI KEPENDUDUKAN</TITLE> </HEAD>
<BODY> <center> <TABLE> <TR><td>
<INPUT TYPE=IMaGe name=map style="border:1px solid #ccc;" src=<?php echo $image_url?>>
</td></TR> </TABLE> <center> </BODY> </HMTL>
(49)
2.10.1 Desain Pengembangan Aplikasi WebSIG
WebSIG merupakan hal yang cukup untuk dikembangkan lebih lanjut. Dengan adanya aplikasi ini, pengguna dan profesional SIG dapat mempublikasikan data dan hasil analisis SIG melalui media web/ internet dengan interaktif. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pengembangan aplikasi webSIG ini. Perlu disadari bahwa yang mendasari itu semua adalah kemajuan teknologi internet dan infrastrukturnya. Aplikasi yang cukup canggih tetapi tidak didukung oleh infrastruktur internet yang memadai akan menghasilkan produk yang tidak signifikan lagi.
Hal yang harus diperhatikan dalam penerapan webSIG antara lain: 1) Kompatibilitas data. Meskipun banyak aplikasi yang menyatakan
dapat menggunakan beberapa format data, harus dilihat bahwa seringkali dengan menambahkan aplikasi tambahan (third-party
software) dapat mempengaruhi kecepatan akses data.
2) Profil pengguna. Pengguna harus dapat diidentifikasi, siapa saja yang dapat memiliki akses terhadap aplikasi ini dan siapa yang tidak. Fasilitas apa saja yang disediakan dan siapa yang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.
3) Kemampuan untuk melakukan kustomisasi pada sisi klien. Hal ini penting karena dengan kemampuan melakukan kustomisasi pada sisi klien kita tidak perlu melakukan perubahan dan penambahan pada sisi server karena dapat mengakibatkan penurunan kinerja server.
(50)
Gambar 2.12 Aplikasi WebSIG3
3
(51)
51
3.1 Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 merupakan gambar tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Mulai
Sistem yang Diusulkan Sistem yang Berjalan
Pengumpulan Data
Model Sesuai dengan Pengguna Tidak Sesuai
Desain Database
Otomasi Data setuju
Data Spasial
Kamus Data
ERD
STD
Koneksi Koordinat
Olah Atribut
Selesai Penyajian Hasil Olahan
Pengolahan Data Database
Spasial
Tidak Ya
WebSIG
(52)
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data-data informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan dan menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka mengenai kependudukan seperti yang tercantum dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran penduduk dan Pencatatan Sipil dan Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik. (Terlampir pada Lampiran A). 2. Wawancara
Wawancara, yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung dengan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian. Wawancara telah dilakukan pada Hari Jum’at pada Tanggal 27 April 2009, wawancara bersifat wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara adaah mengetahui tentang prosedur dan kegiatan Operasi Yustisi Kependudukan yang telah dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta.
Dalam tahapan ini peneliti melakukan wawancara kepada bagian Penertiban Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan user untuk aplikasi yang akan dibangun nantinya. (Terlampir dalam Lampiran B).
(53)
3. Observasi (field research)
Observasi adalah sebuah metode pengumpulan data informasi dan mengetahui bagaimana data tersebut diarsipkan dengan cara pengamatan atau peninjauan dan menganalisis langsung terhadap obyek penelitian. Pada metode ini peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data-data rekapitulasi hasil operasi yustisi kependudukan yang dilakukan dan diawasi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta. Selain itu kegiatan ini juga diperlukan guna mencari dan mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan langsung dari sumbernya. (Terlampir dalam lampiran C)
Berikut adalah data-data yang diperoleh dari observasi:
Informasi hasil operasi yustisi Kependudukan wilayah DKI Jakarta tahun 2006, 2007, dan 2008, data yang didapat dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta. Data meliputi jumlah penduduk yang terjaring dan melanggar ketertiban administrasi.
3.3 Metode Pengembangan Sistem
Metode yang digunakan untuk membangun pengembangan sistem perangkat lunak ini adalah konsep siklus hidup pengembangan sistem atau SDLC. Adapun tahapan-tahapan dalam SDLC yaitu: Tahap Perencanaan, Tahap Analisis, Tahap perancangan, Tahap Penerapan, Tahap Penggunaan. Berikut ini merupakan beberapa alasan peneliti menggunakan metode pengembangan SDLC:
(54)
1. Dalam pengembangan sistem yang ada dengan metode SDLC dapat dilakukan perencanaan yang sistematis sehingga dapat memperkecil kesalahan dalam pembuatan program aplikasi. Karena sistem yang nantinya dibuat sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya. 2. Metode SDLC merupakan metode yang digunakan secara umum dalam
pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis. Dalam berbagai aplikasi webSIG yang telah dikembangkan sebagian besar menggunakan metode SDLC karena mudah dimengerti.
3.3.1 Perencanaan
Tahap perencanaan ini menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem dengan mendefinisikan konsep sistem beserta interface yang menghubungkanya dengan lingkungan sekitarnya. Adapun tahap perencanaan ini meliputi:
1.Survey atau Investigasi
Tahap pertama dalam perencanaan melakukan investigasi atau survey langsung kemasyarakat untuk mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan pengguna dan masalah-masalah yang timbul mengenai sistem yang ada.
2.Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam perancangan sistem ini adalah sebagai berikut:
(55)
Perangkat Keras
1) PC dengan Processor Intel Pentium IV 2.66 GHz
2) RAM DDR 256 MB
3) VGA Card GeForce !V 64 MB
4) Harddisk Seagate 40 GB
5) Monitor Advance 14”
6) Sound Card
7) Keyboard
8) Mouse
9) Microphone
10) Speaker
Perangkat Lunak
1) Sistem Operasi Microsoft Windows XP Service Pack 2
2) Microsoft Internet Explorer 7.0
3) PHP MyAdmin
4) Xampp -win32 -1.4.6
5) Arc View 3.2
6) Microsoft Office 2003
7) Microsoft Visio Professional 2003
8) Macromedia Dreamweaver MX 2004
9) Adobe Photoshop cs
(56)
Data yang digunakan
1) Data Vektor Peta Provinsi Jakarta BPS
Koordinat dari image yang digunakan 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS 106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT
2) Skala yang digunakan adalah 1 : 200.000
3) Data Tabel Rekapitulasi Hasil Operasi Yustisi Kependudukan tahun 2006, 2007 dan 2008.
Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi yang bertujuan mencari inti permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya aplikasi Sistem Informasi Spasial Operasi Berbasis Web Yustisi Kependudukan di wilayah DKI Jakarta.
Pada tahapan ini dilakukan identifikasi kebutuhan user tentang sistem yang akan dikembangkan, dengan cara melakukan wawancara serta pengamatan langsung pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta serta mengidentifikasi masalah yang terjadi pada sistem sebelumnya.
3.3.2 Analisis
Analisis kebutuhaan sistem meliputi identifikasi masalah yang ada dan bagaimana strategi pemecahan masalah agar sesuai dengan sistem yang diinginkan pengguna.
(57)
Input data yang diperlukan dalam perancangan sistem ini meliputi data spasial dan data atribut. Data spasial disiapkan dalam format shp, jpg dan gif. Sedangkan data atribut dibuat dalam bentuk basis data.
Sedangkan bahasa pemograman yang dipakai adalah bahasa pemograman
PHP, PMAPPER, Arc View dan MySQL dalam pembuatan sistem informasi
geografis ini dengan tampilan interface yang userfriendly untuk memudahkan pengguna dalam menggunakan sistem yang dibuat.
Pada tahap analisis sistem kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis prosedur pelaksanaan Operasi Yustisi Kependudukan, pengolahan data hasil pencatatan dan pelaporan data-data Operasi Yustisi Kependudukan yang telah dilakukan selama 2006, 2007 dan 2008. Tahap ini merupakan dasar bagi tahapan perancangan sistem baru yang dapat memaksimalkan pengolahan data pencatatan dan pelaporan.
Hasil dari analisis sistem diperoleh sistem yang ada pada Sub Dinas Pengawasan dan Pengendalian sudah baik, akan tetapi memiliki kekurangan dalam penyampaian informasi secara visual sehingga sistem yang ada hanya terdokumentasi dalam bentuk lembaran. Kegiatan analisis kebutuhan dan kondisi meliputi:
1. Gambaran umum daerah penelitian
Tujuannya adalah memberikan gambaran tentang kondisi geografis Provinsi DKI Jakarta, yang bermanfaat sebagai informasi tambahan dalam analisis yang menyangkut kependudukan dengan menggunakan pendekatan spasial.
(58)
2. Diagram Alir Data Sistem yang berjalan pada Sub Dinas Pengawasan dan Pengendalian.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui pengolahan data mengenai data hasil Operasi Yustisi Kependudukan yang sedang berjalan sehingga dapat lebih mudah untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari sistem yang ada.
3. Usulan Pemecahan Masalah
Memberikan usulan pemecahan masalah pada Sub Dinas Pengawasan dan Pengendalian dalam meningkatkan efektivitas sistem penyebaran penduduk dengan membuat usulan sistem baru yang berbasis SIG, yang mampu memberikan informasi persebaran hasil Operasi Yustisi Kependudukan di Provinsi DKI Jakarta menggunakan pendekatan spasial.
3.3.3 Perancangan
Merupakan tahapan untuk membangun basis pengetahuan dan membuat rancangan-rancangan program aplikasi sistem yang akan dibangun setelah data diproses. Bertujuan untuk mencari bentuk yang optimal dari aplikasi yang akan dibangun dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor permasalahan dan kebutuhan yang ada pada sistem seperti yang telah ditetapkan pada tahap analisis kebutuhan dan kondisi.
Dalam tahap ini digunakan beberapa tools (alat) untuk membuat rancangan sistem, di antaranya adalah sebagai berikut:
(59)
1. Perancangan Proses
Dalam melakukan perancangan sistem, peneliti menggunakan alat
Data Flow Diagram (DFD) atau diagram arus data untuk
menggambarkan suatu sistem yang diusulkan berikut kamus datanya
(Data Dictionary) untuk menjelaskan data yang ada pada DFD.
2. Perancangan Basis Data
Setelah perancangan sistem dilakukan kemudian peneliti merancang basis datanya dengan menggunakan alat bantu Entity Relationship
Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan antar entitas yang
ada pada DFD. Untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan serta menghindari data yang sama, dalam basisdata peneliti juga melakukan normalisasi.
3. Perancangan Struktur Menu Aplikasi
Perancangan Struktur menu aplikasi bertujuan untuk menentukan menu-menu yang diperlukan pada aplikasi yang akan dikembangkan. 4. Perancangan Antarmuka aplikasi
Perancangan antarmuka aplikasi bertujuan untuk menemukan bentuk yang optimal dari tampilan aplikasi, sehingga dapat mempermudah
user/ pengguna dalam berkomunikasi dengan sistem.
3.3.4 Penerapan
Tahapan ini adalah tahapan untuk menerapkan rancangan-rancangan program dan hasil desain yang telah dibuat ke dalam baris-baris kode
(60)
program yang dimengerti oleh computer dan melakukan uji coba terhadap sistem yang dibuat. Adapun metode yang digunakan untuk melakukan uji coba ada dua, yaitu metode black box dan white box.
Metode black box merupakan suatu metode pengujian sistem yang dilakukan pada interface perangkat lunak sistem yang dibuat, meliputi cara pengoperasian, input output yang dihasilkan dan integritas antar beberapa program. Sedangkan metode white box merupakan metode pengujian sistem yang dilakukan dengan melihat source code program yang dibuat supaya tidak ada kesalahan program.
Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari desain aplikasi sistem, yaitu menafsirkan atau menterjemahkan perancangan desain aplikasi sistem kedalam bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer. Dalam tahapan ini dijelaskan secara detail penggunaan sistem dari proses memperbaharui informasi yang ada hingga proses preview peta.
Dalam pembuatan aplikasi ini, perangkat lunak dan bahasa pemrograman yang digunakan adalah ArcView 3.3 dan bahasa pemrograman PHP serta menggunakan framework pmapper dalam implementasi visual peta spasial hasil Operasi Yustisi Kependudukan yang akan ditampilkan.
3.3.5 Penggunaan
Pada tahapan ini adalah tahapan pengoperasian. Tahap pengoperasian dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta dilakukan
(61)
oleh administrator dengan melakukan edit dan delete data sehingga data tetap akurat.
Dari tahap-tahap Siklus Hidup Pengembangan Sistem sebelumnya, tahap penerapan dan tahap penggunaan dilakukan sendiri oleh pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta.
(62)
62
4.1 Perencanaan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta merupakan instansi yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penertiban dan kerjasama administrasi kependudukan tugas pokoknya diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 47 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, Pelaksanaan Operasi Yustisi Kependudukan merupakan salah satu tugas yang dilakukan untuk mengawasi & mengontrol kesadaran masyarakat agar tertib kapan administrasi kependudukan, yakni kepemilikan KTP yang diwajibkan kepada warga.
Kegiatan operasi yustisi kependudukan hingga saat ini sudah berjalan cukup baik, namun informasi yang dihasilkan masih sangat terbatas pada informasi yang bersifat tekstual dengan cara penyajiannya masih kurang maksimal sehingga kurang mampu menjadi bahan masukan bagi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (terutama pada proses pemasukan data OYK dan pelaporan).
Pengolahan data-data operasi yustisi kependudukan perlu dibuat agar masyarakat dan dinas tersebut memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan demikian, perlu dibuat agar dapat berinteraksi dengan baik kepada user baik user
yang mengelola sistem maupun yang menggunakan sistem. Dalam membangun aplikasi ini terdapat beberapa proses yaitu mengidentifikasi kebutuhan user, baik secara software, hardware maupun brainware yang menggunakan dan
(63)
identifikasi masalah yang terjadi pada pengelolaan sistem sebelumnya, sehingga aplikasi yang dibangun dapat digunakan secara baik.
Sistem yang dibangun tidak sepenuhnya menggantikan sistem yang telah berjalan sebelumnya dan bertujukan untuk membantu sistem yang sebelumnya telah berjalan tersebut.
4.1.1 Identifikasi Kebutuhan (User Need Assesment)
Mengidentifikasikan kebutuhan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap perencanaan sistem. Kebutuhan itu dapat diartikan juga suatu keinginan atau suatu hal. Untuk itu dibuat suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai informasi operasi yustisi kependudukan di Provinsi DKI Jakarta. Dari hasil penelitian dan melakukan observasi langsung ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta bertemu dengan Bapak Ir. Djoko Budianto, M.Si sebagai kepala seksi Penertiban diperoleh berbagai kebutuhan yang diharapkan, antara lain:
1. Kebutuhan akan suatu sistem yang dapat memberikan informasi yang jelas mengenai informasi operasi yustisi kependudukan di Provinsi DKI Jakarta. Informasi yang berkenaan dengan wilayah-wilayah yang sudah dilakukan operasi yustisi kependudukan.
2. Kebutuhan sistem informasi yang memberikan informasi secara visual sehingga dapat digunakan secara mudah. (Hasil wawancara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B).
(64)
4.1.2 Tujuan Pengembangan Sistem
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka dapat dirumuskan tujuan dari pengembangan aplikasi SISOYK ini adalah sebagai berikut:
1. memberikan informasi wilayah-wilayah operasi yustisi kependudukan yang telah dilakukan di Provinsi DKI Jakarta secara tekstual maupun spasial (keruangan).
2. Dapat memvisualisasikan hasil Operasi Yustisi Kependudukan tersebut dalam bentuk tampilan peta yang representatif dan mudah dimengerti.
3. Memberikan informasi secara interaktif.
4.2 Analisis
Analisis sistem bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada kegiatan pencatatan dan pelaporan Operasi Yustisi Kependudukan yang selama ini berjalan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Analisis ini diperlukan sebagai dasar bagi tahapan perancangan sistem. Analisis kebutuhan dan kondisi meliputi:
4.2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari lima wilayah kotamadya yang ada di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(65)
1. Letak Geografis Provinsi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta terletak pada koordinat 5°19'12"-6°23'54"LS (Lintang Selatan) 106° 22' 42" - 106° 58' 18" BT (Bujur Timur).
2. Batas Wilayah
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Teluk Jakarta.
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kotamadya Depok.
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Provinsi Banten. 3. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian dalam pembuatan aplikasi Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi Kependudukan:
Waktu penelitian : 27 April 2009 - Selesai
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Alamat : Jl. S. Parman No. 7 Jakarta Barat.Telp. (021)
3810291, 3841195
4.2.2 Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Berikut adalah visi misi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta:
1. Visi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
” Mewujudkan pelayanan administrasi kependudukan dan Pencatatan sipil yang berorientasi kepada kepuasan dan kemitraan
(66)
masyarakat menuju terciptanya data dan informasi kependudukan yang akurat”.
2. Misi Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Memberikan pelayanan administrasi kependudukan dan
Pencatatan sipil yang cepat, tepat, mudah dan transparan.
Menyelenggarakan administrasi kependudukan dan Pencatatan
sipil yang mampu menyajikan data dan informasi kependudukan yang benar, cepat dan akurat.
Melaksanakan pemberdayaan dan pembinaan terhadap
masyarakat untuk menumbuhkembangkan kemitraan dan peran sertanya dalam melaksanakan pendaftaran penduduk dan Pencatatan sipil.
Mempersiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
untuk medukung terciptanya tertib pelayanan, pengolahan data dan informasi serta pembinaan masyarakat di bidang administrasi kependudukan dan Pencatatan sipil.
4.2.3 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Bagan pada Gambar 4.1 adalah struktur organisasi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, dimana penulis melakukan penelitian di Sub Dinas Pengawasan dan Penertiban yang melaksanakan tugas operasi yustisi kependudukan.
(67)
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
(Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta)
4.2.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil.
1. Tugas Pokok Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Propinsi DKI Jakarta adalah
"Melaksanakan urusan rumah tangga daerah di bidang penyelenggaraan pendaftaran dan Pencatatan Kependudukan, pengendalian mobilitas penduduk serta penerbitan Akta-akta Pencatatan Sipil".
2. Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Propinsi DKI Jakarta adalah:
Perumusan kebijaksanaan dan bimbingan teknis di bidang penyelenggaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Penyelengaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk yang
(68)
pengesahan anak, kematian, kedatangan, kepindahan serta kegiatan lain yang berhubungan dengan administrasi pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Penelitian atas persyaratan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Penerbitan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Nomor Induk Kependudukan (NIK), Nomor Induk Penduduk Sementara (NIPS), Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Kematian dan Akta Pengangkatan Anak serta surat-surat keterangan Pendaftaran dan Pencatatan Penduduk lainnya.
Penyelenggaraan kegiatan perubahan dan perbaikan terhadap
penerbitan hasil pendaftaran dan pencatatan penduduk yang disebabkan mutasi/ Akta Pengangkatan Anak serta surat-surat keterangan Pendaftaran Pencatatan Penduduk lainnya.
Penyelenggaraan kegiatan perubahan dan perbaikan terhadap penerbitan hasil pendaftaran dan pencatatan penduduk yang disebabkan mutasi/ perubahan biodata penduduk.
Penyuluhan dalam rangka pengendalian mobilitas penduduk
terhadap peraturan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Pembinaan penyelenggaraan administrasi pendaftaran dan pencatatan penduduk.
Pengawasan, pengusutan dan pemeriksaaan terhadap pelanggaran peraturan pendaftaran dan pencatatan penduduk.
(69)
Pengumpulan, pengolahan, analisa serta penyajian data informasi
hasil pendaftaran dan pencatatan penduduk untuk keperluan instansi lain dan masyarakat.
Penyimpanan dan pemeliharaan arsip pendaftaran pencatatan penduduk dan Register Akta Penduduk.
Pengelolaan dukungan teknis dan administratif.
Pembinaan teknis pelaksanaan kegiatan Suku Dinas.
4.2.5 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan.
1. Tugas Pokok Bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan adalah Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 47
Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Bagian Ketujuh Pasal 28 ayat (2), Bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan mempunyai tugas pokok melaksanakan penertiban dan kerjasama administrasi kependudukan.
2. Fungsi Dinas Penertiban dan Kerjasama Kependudukan Propinsi DKI Jakarta adalah
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan.
(70)
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) bidang Penertiban dan Kerjasama Kependudukan.
c. Pelaksanaan koordinasi penertiban dan kerjasama kependudukan. d. Pengawasan dan pengendalian mobilitas kependudukan.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pengembangan pelaksanaan penertiban dan kerjasama kependudukan.
f. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil.
g. Penyelesaian permasalahan pelayanan administrasi kependudukan. h. Pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam
administrasi kependudukan.
i. Pengkajian dan pengendalian kuantitas dan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas/ penataan persebaran penduduk dan perlindungan penduduk, serta pembangunan berwawasan kependudukan.
j. Pelaksanaan pemprosesan pelanggaran peraturan kependudukan untuk diajukan ke pengadilan serta mempersiapkan pemulangan kedaerah asal.
k. Pelaksanaan pembinaan aparat teknis penertiban, polisi khusus kependudukan dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
l. Penyiapan bahan laporan dinas yang terkait dengan pelaksanaan penertiban dan kerjasama kependudukan.
m. Pelaporan dan pertanggungjawaban bidang penertiban dan kerjasama kependudukan.
(1)
Gambar 4.41 Menu Update Berita 3. Menu Suara Warga
Untuk melihat menu suara warga dapat melakukan event klik pada tombol . Untuk menghapus suara warga yang ada dapat melakukan event klik pada tombol .
(2)
117
4. Mode Administrator
Mode ini tidak terlihat pada user biasa. Mode ini digunakan untuk mengelola isi content yang terdapat pada masing-masing menu mengubah password serta menambah menu. Gambar 4.43 berikut merupakan isi dari mode administrator.
Gambar 4.43 Menu Ubah Password 5. Laporan
Menu ini untuk meng-update data atribut yang ada pada peta. Data-data yang ada berupa data provinsi, data kabupaten, data kecamatan, data kelurahan dan data-data Operasi Yustisi Kependudukan. Gambar 4.44 berikut merupakan isi dari menu laporan.
(3)
Gambar 4.44 Menu laporan 6. Admin per-wilayah
Menu ini untuk mengupdate data atribut yang ada pada peta secara per-wilayah. Data-data yang ada berupa data propinsi, data kabupaten, data kecamatan, data kelurahan, data kejaksaan, dan data OYK. Gambar 4.45, 4.46 dan 4.47 merupakan isi dari model administrator per-wilayah.
(4)
119
Gambar 4.46 Menu Operasi Yustisi Kependudukan
(5)
120 5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Aplikasi SISOYK (Sistem Informasi Spasial Operasi Yustisi Kependudukan) memonitor penduduk haram yang terjaring oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
b. Aplikasi SISOYK (Sistem Informasi Spasial Kependudukan) dapat digunakan pemerintah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk menjalankan tugasnya dalam pengawasan dan pengontrolan penduduk yang melanggar peraturan daerah.
5.2 Saran
Pengembangan aplikasi ini belumlah sempurna dan masih memiliki keterbatasan dan kekurangan serta memerlukan perbaikan untuk meningkatkan manfaat dari aplikasi ini. Adapun saran yang kiranya dapat membantu untuk membuat aplikasi ini menjadi lebih baik adalah sebagai berikut:
a. Aplikasi yang dikembangkan masih hanya Sub Dinas Penertiban yaitu Operasi Yustisi Kependudukan, sehingga aplikasi ini dapat dikembangkan dengan memiliki hubungan dengan Sub Dinas lainnya, seperti Sub Dinas Bina Pendaftaran, Sub Dinas Bina Pencatatan maupun dengan instansi di
(6)
121
luar dinas yang terkait dan berhubungan langsung dengan Dinas itu sendiri.