commit to user
11
B. Kerangka Berpikir
Tujuan pembelajaran dapat diduga tercapai apabila guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif
yang memiliki teknik yang tepat dalam menyajikan materi soal cerita matematika. Melihat kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif pada pembelajaran
matematika dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk cerita.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelejaran yang memandang keberhasilan individu diorientasikan dalam keberhasilan kelompok. Dalam hal ini,
siswa mendorong pada teman-temannya untuk bersama-sama berhasil dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dalam belajar dan
bertanggungjawab atas pembelajaran yang dilakukan. Model ini menekankan pada tujuan dan keberhasilan kelompok yang dapat dicapai jika semua anggota kelompok
mempelajari apa yang diajarkan. Dalam kerangka berpikir ini dijelaskan tindakan dan indikator pencapaian
target dari setiap siklus. Pada siklus pertama pada penyelesaian soal cerita, dengan indikator pencapaian 80 siswa mencapai nilai KKM. Sedangkan bila pada siklus
pertama belum mencapai indicator pencapaian maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
─ Perencanaan ─ Tindakan
─ Observasi ─ Refleksi
─ Perencanaan ─ Tindakan
─ Observasi ─ Refleksi
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru menggunakan pembelajaran
konvensional
Guru menggunakan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dalam menyelesaikan
soal cerita matematika operasi penjumlahan
bilangan pecahan
Dengan model
pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat
menyelesaikan kemampuan soal cerita matematika
Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika
rendah. Prosentase ketuntasan 50
Siklus I Prosentase ketuntasan
66,66 Siklus II
Prosentase ketuntasan 83,33
commit to user
12
C. Hipotesis Tindakan