penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi pemahaman materi IPA peserta didik kelas V di MIN 6 Bandar Lampung pada materi bagian tubuh
tumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi pemahaman materi IPA peserta didik pada materi bagian
tubuh tumbuhan. Pengaruh model pembelajaran inkuiri membuat peserta didik aktif dan lebih
memahami dalam proses pembelajaran, baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, peserta didik juga mengali informasi, baik dari buku paket yang relevan
maupun dari internet. Kegiatan-kegiatan peserta didik tersebut diduga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pemahaman peserta didik tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran inkuiri memiliki pengaruh terhadap pemahaman materi IPA kelas V
di MIN 6 Bandar Lampung terutama pada pokok bahasan bagian tubuh tumbuhan. Terlihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa thitung ttabel
diperoleh thitung 2,93 dan ttabel 2,006 sesuai dengan kriteria uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai peserta didik kelas
eksperimen “signifikan” dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diperoleh nilai rata-rata 80. Sedangkan kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional berupa metode ceramah diperoleh nilai rata-rata 69,63. Hal ini menunnjukkan model pembelajaran inkuiri berpengaruh terhadap
pemahaman materi IPA di kelas V di MIN 6 Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Pendidik
a. Dalam pembelajaran IPA disarankan kepada pendidik menggunakan
model pembelajaran inkuiri sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran IPA untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik.
b. Penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat digunakan oleh
pendidik di MIN 6 Bandar Lampung agar tercipta pembelajaran yang lebih optimal.
2. Kepada Peserta didik
Kepada Peserta didik hendaknya merubah cara belajar yang pasif menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dan peserta didik juga harus
meningkatkan kemampuan dan keberanian dalam berpendapat, bertanya dan menyampaikan hasil diskusi agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal
serta paham dengan materi pembelajaran yang disampaikan pendidik.
3. Kepada peneliti selanjutnya
Kepada peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian sebaiknya lebih memperhatikan manajemen waktu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
sehingga pembelajaran lebih maksimal. Selain itu penting untuk memperhatikan manajemen kelas, sebaiknya
pengelolaan kelas lebih terencana dan juga melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini bertujuan supaya situasi dan kondisi
kelas dapat kondusif saat melakukan pengambilan data, sehingga data yang dikumpulkan tentang hasil belajar peserta didik lebih optimal.
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Model Pembelajaran
Proses pembelajaran dalam pendidikan merupakan bagian terpenting. Pembelajaran yang berjalan secara baik tentu akan sebanding dengan hasil yang
akan dicapai. Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman, artinya bahwa perubahan yang
terjadi melalui proses interaksi dalan pengalaman. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar dan mengajar.
Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan peserta didik, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan guru sebagai pemberi
pelajaran.
1
Suatu pelajaran pada umumnya akan menjadi lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun
pemprosesan informasi. Hal ini dikarenakan model pemprosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya
terhadap cara-cara pengolahan informasi. Karena pembelajaran merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik dalam rangka
perubahan perilaku.
1
Sigit Mangun, Pembelajaran Kontruktivisme : Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter Bandung: Alfabeta, 2013, h. 20