meniru terhadap hal yang dimodelkan. Model bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh karya tulis, melafalkan bahasa dan sebagainya. Refleksi Reflection
adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali,
menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
Penilaian yang sebenarnya Authentic Assesment adalah upaya pengumpulan bebagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Data
dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah menyadarkan peserta didik bahwa apa yang mereka pelajari sangat berguna dalam kehidupan nyata
mereka sehingga mereka akan memposisikan diri mereka sendiri yang membutuhkan bekal untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Komponen Dalam Pengembangan LKS Berbasis Kontekstual
Menurut Nurhadi dalam Nurdin bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:
a. Konstruktivisme construktivism b. Bertanya Questioning
e. Pemodelan Modeling f. Refleksi Reflection
g. Penilaian sebenarnya Authentic Assement
35
.
7. Berpikir Kritis
Menurut Ennis berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan.
36
Menurut Richard Paul Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, dimana sipemikir meningkatkan
kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya.
37
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk meyikapi permasalahan dalam kehidupan yang nyata. Elder Paul menyebutkan ada enam tingkatan berpikir
kritis yaitu : a. Berpikir yang tidak direfleksikan unreflective thinking
Pemikir tidak menyadari peran berpikir dalam kehidupan, kurang mampu menilai, dan mengembangkan beragam kemampuan berpikir tanpa
menyadarinya. Akibatnya gagal menghargai berpikir sebagai aktivitas yang
melibatkan elemen bernalar. Mereka tidak menyadari standar yang tepat untuk penilaian berpikir yaitu kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, kelogisan.
b. Berpikir yang menantang challenged thinking Pemikir sadar peran berpikir dalam kehidupan, menyadari berpikir berkualitas
membutuhkan berpikir reflektif yang disengaja, dan menyadari berpikir yang dilakukan sering kekurangan tetapi tidak dapat mengidentifikasikan dimana
kekurangannya. Pemikir pada tingkat ini memiliki kemampuan berpikir yang terbatas.
c. Berpikir permulaan beginning thinking Pemikir mulai memodifikasi beberapa kemampuan berpikirnya tetapi memiliki
wawasan terbatas. Mereka kurang memiliki perencanaan yang sistematis untuk meningkatkan kemampuan berpikirnya.
d. Berpikir latihan practicing thinking Pemikir menganalisis pemikirannya secara aktif dalam sejumlah bidang namun
mereka masih mempunyai wawasan terbatas dalam tingkatan berpikir yang mendalam.
Pemikir aktif menganalisis pikirannya, memiliki pengetahuan yang penting tentang masalah pada tingkat berpikir yang mendalam. Namun mereka belum
mampu berpikir pada tingkat yang lebih tinggi secara konsisten pada semua dimensi kehidupannya.
f. Berpikir yang unggul accomplished thinking Pemikir menginternalisasi kemampuan dasar berpikir secara mendalam, berpikir
kritis dilakukan secara sadar dan menggunakan intuisi yang tinggi. Mereka menilai pikiran secara kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, dan kelogisan
secara intuitif.
38
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan berpikir kritis adalah adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan tindakan mental untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar dan melakukan keputusan secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan
tahapannya yang dilakukan.
8. Indikator berpikir kritis