Prioritas Utama Transformasi Digital Naskah Kuno Minangkabau

50 mempercepat perolehan informasi. Diharapkan dengan adanya pelestarian naskah kuno Minangkabau dalam bentuk digital dapat menyelamatkan informasi yang terkandung dalam naskah kuno Minangkabau. Selain menyelamatkan kandungan informasi naskah kuno, bentuk fisik naskah kuno tersebut juga harus diselamatkan.

4.1.2.3 Prioritas Utama Transformasi Digital Naskah Kuno Minangkabau

Prioritas diperlukan dengan pertimbangan bahwa perpustakaan tidak dapat menyimpan seluruh materikoleksi. Menurut Seadle 2004, 119 pemilihan bahan untuk dialihmediakan ke dalam bentuk digital bahan pustaka tergantung pada tiga kriteria, yaitu: 1. Apakah bahan pustaka merupakan bahan pustaka yang rusak dan berharga; 2. Apakah prosedur digitalisasi bahan pustaka ini sesuai dengan standar yang ada; dan 3. Apakah hak cipta memberikan akses untuk tujuan pendidikan dan penelitian. Dalam hal ini naskah kuno Minangkabau termasuk juga bahan pustaka yang harus di alih mediakan karena naskah kuno banyak yang telah rusak dan merupakan salah satu koleksi yang berharga dan langka. Naskah kuno perlu dialihmediakan karena kandungan informasi yang penting. Hal ini dilihat dari hasil wawancara berikut: I 2 : “Dari segi perpustakaan yang pertama pelestarian kandungan informasi naskah dan yang kedua fisik naskah, tetapi di prioritaskan informasinya 51 terlebih dahulu. Informasi tersebut dapat digunakan untuk generasi selanjutnya sedangkan fisik hanya sekedar bentuk kemasan naskah.” Pelaksanaan transformasi digital naskah kuno Minangkabau yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat memiliki suatu prioritas dalam prakteknya. Adapun prioritas yang diterapkan adalah lebih mementingkan pelestarian kandungan informasi daripada kandungan fisik naskah kuno. Hal ini dilakukan karena kandungan informasi dapat digunakan oleh generasi selanjutnya sedangkan bentuk fisik hanya kemasannya, sehingga bentuk fisik bisa saja rusak dan tidak dapat digunakan. Prioritas dalam melestarikan isi kandungan daripada bentuk fisik yang dilakukan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat dari penyimpanan naskah kuno yang ada di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat tidak memenuhi standar, naskah kuno hanya disimpan pada lemari kayu serta tidak ada pengaturan suhu dan kelembaban udara untuk penyimpanan naskah seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 4.1 Lemari penyimpanan naskah Gambar 4.2 Naskah yang tersimpan pada lemari 52 Gambar 4.3 Kondisi naskah yang rusak Selain naskah kuno yang terdapat di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat, naskah yang berada ditangan alih waris juga banyak yang rusak. Menurut Pramono, Herry Nur Hidayat dan Eka Meigalia 2013, 15 kerusakan naskah disebabkan oleh pertama faktor fisiologis, yakni disebabkan oleh usia naskah yang sudah tua, iklim dan cuaca. Selain itu, tinta yang mengembang korosi tinta merupakan pemandangan yang banyak ditemui dihampir semua tempat penyimpanan naskah di lokasi penelusuran naskah. Kedua faktor mekanis seperti bencana alam misalnya gempa bumi yang juga pernah melanda wilayah Sumatera, tekanan dan himpitan benda lain dalam penyimpanan naskah. Selanjutnya faktor biologis yaitu kerusakan yang disebabkan oleh rayap, jamur dan mikroorganisme lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut: I 3 : “Tergantung dari ahli waris misalnya Kiayi mempunyai naskah, sebenarnya Kiayi memperbolehkan untuk mengambil naskah tersebut tetapi ahli warisnya ingin naskah tersebut mereka yang merawat. Namun, bukannya terawat malah semakin lapuk. Mereka kadang meletakkan di 53 atas flapon, di atas flapon kalau terkena sinar matahari panas, dan kalau hujan bisa lembab, jadi suhunya berubah-ubah, temperaturnya tidak sama, itulah yang akan mempercepat rusaknya naskah kuno. Banyak permasalahan naskah kuno, ada yang baru dilihat saja sudah rapuh. Mereka menganggap naskah hanya sebuah buku yang hanya disimpan saja di dalam lemari.” Perlakuan untuk naskah kuno yang sebelum digitalisasi hanya sebatas membersihkan debu, hal ini dikarenakan pemilik naskah tidak mau naskah yang dimilikinya diambil oleh Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat. Dapat dilihat dari hasil wawancara berikut: I 3 : “Staf melakukan perawatan terlebih dahulu, dibuang abunya dengan menggunakan kuas, setelah itu apabila bisa dilakukan pemotretan maka akan dilakukan, tetapi apabila sudah bolong-bolong tidak dilakukan pemotretan, karena untuk apa dilakukan pemotretan, dibaca pun sudah tidak bisa.” Naskah kuno yang didapat dari hasil penelusuran naskah yang tidak diperbolehkan dirawat di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat hanya akan dibersihkan debunya dengan menggunakan kuas, tidak ada perawatan khusus yang dilakukan terhadap naskah kuno yang berada ditangan alih waris. Setelah dibersihkan kemudian dilakukan pemotretan untuk naskah yang masih bisa diambil kandungan informasinya. Berikut gambar naskah yang berada ditangan alih waris: 54 Gambar 4.4 Kertas naskah lapuk karena usia, Gambar 4.5 Kertas naskah basah Korosi tinta, iklim dan cuaca karena tempat penyimpanan yang lembab Gambar 4.6 Kertas naskah rusak karena jamur Dari uraian tersebut seharusnya tempat penyimpanan naskah di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat harus menjaga kelembaban udara dan suhunya. Menurut buku Pedoman Pengelolaan Naskah Nusantara tingkat kelembaban relatif antara 35-55 dan suhu di bawah 20 o C. Jamur dapat tumbuh jika tingkat kelembaban relatif di atas 60, sementara suhu yang dingin dapat mencegah reaksi kimia yang merusak naskah. Selain itu, lemari penyimpanan naskah seharusnya menggunakan lemari yang tidak mudah terbakar dan tahan karat. Penyimpanan naskah yang paling baik terbuat dari baja berlapis krom. Penggunaan 55 lemari kayu dapat merusak koleksi karena mengandung zat asam atau kandungan lain yang dihasilkan oleh zat perekat. Prioritas untuk melestarikan kandungan informasi naskah dan bentuk fisiknya seharusnya sejalan. Hal ini disebabkan naskah kuno merupakan warisan budaya yang apabila lenyap maka kebudayaan di suatu daerah juga akan lenyap. Seharusnya Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat juga menyelamatkan bentuk fisik naskah kuno.

4.1.2.4 Alur Kerja Transformasi Digital Naskah Kuno Minangkabau