Hubungan Job Characteristic Dengan Work Family Conflict Pada

karyawan yang memiliki job characteristic akan mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan psikologis karyawan, kemudian akan mempengaruhi motivasi karyawan dalam bekerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan dan kinerja karyawa Hackman Oldham, 1975. Dengan demikian semakin besar kadar kelima dimensi karakteristik suatu tugas, maka akan semakin besar pula komitmen karyawan dalam bekerja yang selanjutnya akan mempengaruhi komitmen karyawan terhadap organisasi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ivancevich, Mara dan Michael 2001, yang menyatakan bahawa job characteristic berkembang sebagai upaya untuk mengukur persepsi karyawan terhadap isi pekerjaan job content, yang mengidentifikasi lima dimensi inti pekerjaan yaitu skill variety, task identity, task significance, autonomy serta feedback.

C. Hubungan Job Characteristic Dengan Work Family Conflict Pada

Karyawan Perbankan Dunia pebankan merupakan lembaga keuangan dengan tugas memberikan jasa keuangan melalui penitipan uang simpanan, peminjaman uang kredit, serta jasa-jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu, bank harus dapat menjaga kepercayaan dari nasabah. Faktor utama yang berperan terhadap kemajuan perusahaan adalah sumber daya manusianya karyawan yang dimiliki perusahaan. Penampilan dalam bekerja adalah salah satu faktor penting dalam mendukung performa bagi karyawan di tempat kerja Rickieno, 2008. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Maka untuk itu setiap bank memerlukan karyawan yang memiliki keterampilan dan kemampuan dalam dunia perbankan agar dapat melayani setiap produk perbankan yang ditawarkan secara cepat, tepat, dan memuaskan. Karyawan juga dituntut untuk menyeimbangkan waktu, tenaga dan pikiran antara keluarga dan pekerjaan. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga yang sering kali bertentangan dapat menyebabkan terjadinya work family conflict Bedeian, Burke, Moffett, 1988. Tuntutan pekerjaan berhubungan dengan tekanan yang berasal dari beban kerja yang berlebihan dan waktu, seperti; pekerjaan yang harus diselesaikan terburu-buru dan deadline. Sedangkan tuntutan keluarga berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas rumah tangga dan menjaga anak. Tuntutan keluarga ini ditentukan oleh besarnya keluarga, komposisi keluarga dan jumlah anggota keluarga yang memiliki ketergantungan dengan anggota yang lain Yang, Chen, Zou, 2000. Wayne, Musisca dan Fleeson, 2004 menemukan bahwa ternyata konflik antarperan disebabkan oleh dua bentuk tuntutan peran yang saling bertentangan yang dikemukakan oleh Greenhaus dan Beutell 1985 sebelumnya, yaitu : waktu time dan ketegangan strain. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang akan memiliki lebih banyak energi, mengalami lebih sedikit stress, atau lebih mampu menghadapi berbagai tekanan sehingga akan memiliki konflik peran yang lebih sedikit ketika orang tersebut memiliki karakteristik tertentu yang memungkinkannya untuk bekerja dengan memanfaatkan waktu secara lebih efisien Wayne, Musisca, Fleeson, 2004. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Beberapa job characteristic seperti jam kerja yang panjang dan beban kerja yang berat merupakan pertanda langsung akan terjadinya work family conflict, dikarenakan waktu dan upaya yang berlebihan dipakai untuk bekerja mengakibatkan kurangnya waktu dan energi yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas-aktivitas keluarga Frone, 2003; Greenhaus Beutell, 1985. Work Family Conflict dapat mengakibatkan stress dan ketidakpuasan, yang kemudian berpengaruh pada keputusan ketidakhadiran karyawan dan dalam waktu tertentu dapat meningkatkan turnover karyawan atau yang melatar belakangi keputuasan berhenti bekerja bagi karyawan Triaryati, 2002. Konflik peran dan tingkat kepuasan kerja yang rendah merupakan faktor terjadinya stress di tempat kerja Nouri Parker, 1996. Strees kerja terjadi karena adanya karakteristik intrinsik dalam pekerjaan. Karakteristik tersebut antara lain berupa, tuntutan kerja task demans seperti disain kerja, autonomy, task identity, tingkat otomisasi Sheridan Radmacher, 1992, heterogenitas personalia, saling ketergantungan dalam pelaksanaan tugas dan spesialisasi Schultz Schultz, 1982. Individu yang memiliki tuntutan pekerjaan yang melebihi batas kemampuannya, seperti lembur, akan memunculkan kelelahan, ketegangan dan emosi negatif Ahmad, 2008. Individu yang menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk bekerja akan kehilangan motivasi untuk memenuhi tuntutan keluarga Aslam, Shumaila, Azhar Sadaqat, 2011. Hal ini yang kemudian membuat pemenuhan tuntutan pekerjaan dan tuntutan keluarga menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tersebut memunculkan work-family Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara conflict Greenhaus Beutell, 1985; Jimenez, Mayo, Vergel, Geurts, Munoz Garrosa, 2008. Studi yang dilakukan oleh Apperson, Schimdt, Moore, dan Grunber 2002 menemukan bahwa job characteristic yang lebih formal dan manajerial, seperti jam kerja yang relatif panjang dan banyaknya beban pekerjaan yang harus dikerjakan lebih cenderung memunculkan work-family conflict pada pekerja. Job characteristic berupa pendekatan terhadap pengayaan pekerjan job enrichment. Program pengayaan pekerjaan job enrichment berusaha merancang pekerjaan dengan cara membantu para pemangku jabatan memuaskan kebutuhan mereka akan pertumbuhan, pengakuan, dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dikerjakan. Dengan pemerkayaan pekerjaan dapat menambahkan sumber kepuasan kepada pekerjaan Simamora, 2004. Namun kepuasan pekerjaan yang di dapat terhambat ketika seseorang pekerja mengalami work family conflict dimana pekerja berusaha memenuhi tuntutan dari pekerjaan dan keluarga dan kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga Simon, Kummerling Hasselhorn, 2004. Menurut Hackman dan Oldham 1975 job characteristic mempengaruhi tingkat motivasi, kinerja karyawan, kepuasan kerja, tingkat absensi, dan tingkat perputaran kerja. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa faktor-faktor dalam pekerjaan yang dapat memunculkan pengalaman akan arti penting dari pekerjaan adalah adanya variasi keterampilan skill variety, identitas tugas Task identity, dan nilai penting tugas Task significance. Rangkaian dari kelima job Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara characteristic, bila dihubungkan dengan keadaan psikologis akan dapat memberikan hasil antara lain, motivasi kerja intern yang tinggi, kepuasan kerja yang tinggi dan tingkat kemangkiran serta pertukaran kerja yang rendah Schuller, 1997. Berdasarkan lima dimensi di atas atau yang disebut ciri-ciri intrinsik pekerjaan, Hackman dan Oldham 1980 Luthans, 2008 mengembangkan model job characteristic dari motivasi kerja. Keduanya mengasumsikan bahwa ciri-ciri pekerjaan di atas menimbulkan tiga critical psychological states, yaitu: experienced meaningfulness of the work skill variety, task identity dan task significant, mengacu pada sejauh mana karyawan mengalami pekerjaan sebagai salah satu yang umumnya bermakna, berharga dan berguna. Namun, ketika seorang karyawan dihadapkan pada strain-based conflict maka hal yang akan terjadi tekanan dari salah satu peran akan mempengaruhi kinerja peran lainnya. Dimana gejala tekanan, seperti: Ketegangan kecemasan, depresi dan mudah marah Greenhaus dan Beutell, 1985. Experienced responsibility for outcomes of the work autonomy, mengacu pada sejauh mana karyawan merasa dipertanggung jawabkan dan bertanggung jawab untuk hasil pekerjaan yang dia lakukan. Namun tanggung jawab seorang pekerja tidak hanya dalam pekerjaannya saja, dalam Time-Based Conflict seseorang pekerja akan merasa kesulitan dalam pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Bentuk konflik Ini secara positif berkaitan dengan: Jumlah jam kerja, lembur, tingkat kehadiran, ketidakteraturan shift dan kontrol jadwal kerja Greenhaus dan Beutell, 1985. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Knowledge of the actual results of the work activities feeedback, mengacu pada sejauh mana karyawan mengetahui dan memahami secara terus menerus, seberapa efektif ia dapat melakukan pekerjaan. Dalam behavior based conflict, mengacu pada pola perilaku spesifik dari satu peran yang tidak sesuai dengan harapan perilaku peran yang lain. Ketidaksesuaian seperangkat perilaku individu ketika di tempat kerja dan ketika di rumah menyebabkan individu sulit menukar antara peran yang satu dengan yang lain Greenhaus dan Beutell, 1985. Kondisi psikologis pada pegawai akan menghasilkan motivasi kerja yang tinggi, dimana motivasi ini lebih bersifat internal, kepuasaan kerja yang terus tumbuh, tingginya efektifitas kerja Hackman Oldham, 2005 dan rendahnya tingkat absensi serta berhenti kerjanya karyawan Djastuti, 2011. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa job characteristics dapat membuat karyawan mengalami kondisi psikologis seperti meaningfulness, responsibility, dan knowledge the results. Kondisi psikologis yang dialami karyawan akan membuat motivasi kerja yang tinggi, puas dalam bekerja, tingginya efektifitas kerja yang membuat rendahnya tingkat turnover dan resign dari pekerjaan dimana hal-hal ini diindikasikan sebagai ciri-ciri dari karyawan yang terlibat dalam pekerjaannya Robbins, 2002. Hackman dan Oldham 1980 menjelaskan bahwa karyawan yang berada pada pekerjaan yang sesuai dengan tugas pekerjaan mereka akan bekerja lebih keras karena motivasi internal yang dimiliki. Aldag, Barr dan Brief 1981 yang membuktikan bahwa job characteristic berpengaruh terhadap motivasi kerja, kepuasan kerja, kinerja, absensi, harapan terhadap pekerjaan, keterlibatan kerja, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan stres. Sedangkan Gibson 2006 menyatakan sikap terhadap job characteristic secara positif dapat menumbuhkan semangat kerja dan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Faktor lain yang turut mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, seperti faktor skill variety individu, autonomy individu dalam mengerjakan tugas, feedback yang didapatkan individu atas tugas yang diselesaikan, dan hal lain menyangkut job characteristic itu sendiri Hackman dan Oldham, 1976 dalam Spector, 1996. Misalnya, seseorang yang memandang tugasnya sebagai tugas yang penting, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja Munandar, 2001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketika karyawan memiliki kesesuai job characteristic yang positif dengan kehidupan pekerja, maka karyawan tersebut akan merasa puas dengan pekerjaannya sehingga karyawan akan lebih efektif dalam melakukan pekerjaan dan pada akhirnya karyawan akan mengabaikan kepentingan keluarganya demi pekerjaan kemudian work family conflict terjadi.

D. Hipotesis