Farmakokinetik Efek samping Kontra indikasi

2.4.6. Cyclooxygenase-2 spesific inhibitors

Enzyme COX-2 inhibitor spesifik selektif menunjukkan efikasi analgesia, dibandingkan dengan AINS yang konvensional. Obat-obat ini sedikit berpengaruh pada platelet dengan dosis terapeutik dan mungkin menyebabkan efek samping pada gastrointestinal yang sedikit pada pasien arthritis, dibandingkan dengan non spesifik AINS. Resiko miokard infark akut dan kejadian cerebrovaskular dapat meningkat pada pasien yang diterapi lama dengan selective COX-2 spesifik enzyme inhibitor. 5

2.4.7. Parecoxib

Parecoxib merupakan inhibitor COX-2 spesifik yang hanya tersedia dalam sediaan parenteral. Untuk penanganan nyeri paska pembedahan parecoxib 40 mg 1 jam sebelum pembedahan dan ditambahkan 40 mg setelah pembedahan jika diperlukan. Dosis dapat ditingkatkan sampai 80 mg pada pasien tertentu. Parecoxib merupakan prodrug yang diubah pada tubuh menjadi valdecoxib. 5,16

a. Farmakokinetik

Setelah pemberian IV atau IM parecoxib diubah menjadi valdecoxib oleh hidrolisis enzimatik di hati. Konsentrasi puncak valdecoxib di serum tercapai setelah 30 menit pemberian secara IV dan 1 jam setelah pemberian IM injeksi. Di pengalaman klinik efek analgetik pertama terlihat setelah 7-13 menit, dengan secara klinik sangat berarti terlihat setelah 23-39 menit dan efek puncak dalam 2 jam setelah pemberian 40 mg IV atau IM. 16 Valdecoxib dimetabolisme secara luas di hati dengan banyak cara, termasuk cytochrome P450 3A4 dan 2C9 isoenzyme. Kurang dari 5 valdecoxib yang tidak berubah dikeluarkan lewat urine. Sekitar 70 dari dosis dieksresi lewat urine sebagai metabolit yang tidak aktif. Waktu paruh eliminasi valdecoxib sekitar 8 jam. 16 13 Dosis penyesuaian direkomendasikan pada pasien tua dengan berat badan kurang 50 kg dan pada pasien dengan gangguan hati moderat. Tidak ada dosis penyesuaian pada pasien dengan gangguan ginjal, walaupun selama penggunaan harus menjadi perhatian. 16

b. Efek samping

Kejadian dan ulkus lambung masih ditemukan setelah pemberian parecoxib walaupun sangat kecil bila dibandingkan dengan ketorolak. 16 Parecoxib sedikit atau tidak berefek pada agregasi platelet dibanding ketorolak. Bleeding time meningkat bervariasi tetapi tidak bermakna bila dibandingkan dengan ketorolak. Efek samping yang lain adalah perubahan tekanan darah, nyeri punggung, edema perifer, dispepsia, insomnia, anemia paska pembedahan, gangguan pernafasan, pruritus dan oliguria. Efek tadi dilaporkan dengan insiden kurang dari 1. 16

c. Kontra indikasi

Parecoxib dikontraindikasikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal aktif atau ulkus peptik, gangguan hati berat. Sebagai tambahan, pasien yang alergi dengan AINS atau COX-2 inhibitor lain. Hati-hati digunakan pada pembedahan coronary artery bypass graft dan gagal ginjal. 16 2.4.8.Ketorolak Ketorolak adalah suatu AINS yang menunjukkan efek analgesia yang poten tetapi hanya memiliki aktifitas antiinflamasi yang moderat bila diberi secara IM atau IV. Obat ini dipakai sebagai analgesia paska pembedahan baik sebagai obat tunggal kurang nyeri pada pasien rawat jalan maupun suplemen dengan opioid. Ketorolak mempotensiasi aksi antinociceptive dari opioid. Hal yang berlawanan efek analgesik opioid tergantung dosis, ketorolak dan AINS lain 14 menimbulkan ceiling efek pada analgesia paska pembedahan. Penggunaan ketorolak sebagai obat analgesik tunggal intraoperatif dihubungkan dengan meningkatnya insiden bergeraknya pasien pada saat sayatan. Ketorolak 30 mg IM menghasilkan analgesia yang sebanding dengan 10 mg morfin atau 100 mg petidin. Keuntungan ketorolak sewaktu induksi adalah tidak adanya depresi pada kardiovaskuler maupun pernafasan. Tidak seperti opioid, ketorolak sedikit atau tidak mempengaruhi saluran empedu. 5

a. Farmakokinetik

Dokumen yang terkait

Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dan Efek Samping dari Gabapentin 900 Mg dengan Gabapentin 1200 Mg per Oral sebagai Preemptif Analgesia Pascabedah dengan Spinal Anestesi

3 144 116

Perbandingan Efek Analgesia Parasetamol 15 mg/kgBB Intravena Dengan Metamizol 15 mg/kgBB Intravena Sebagai Preventif Analgesia Pada Pembedahan Pasien Anak Dengan Anestesi Umum

2 63 94

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 15

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

1 1 2

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 7

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 21

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 3

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

1 2 15

Efek Ketorolak 30 Mg Intravena Sebagai Preemptive Analgesia Pada Operasi

0 0 51

Perbandingan Nilai Visual Analogue Scale dan Efek Samping dari Gabapentin 900 Mg dengan Gabapentin 1200 Mg per Oral sebagai Preemptif Analgesia Pascabedah dengan Spinal Anestesi

0 0 8