18
“the psychological ingredients-processes or mechanisms that defines the virtue”
Peterson Seligman, 2004, hal. 13
Jadi kekuatan karakter adalah unsur atau mekanisme psikologis yang membentuk keutamaan. Kekuatan karakter untuk menunjukkan suatu keutamaan bisa
dijadikan bisa dibedakan dengan kekuatan karakter yang menunjukkan keutamaan lainnya. Misalnya, keutamaan wisdom dapat dicapai melalui kekuatan-kekuatan
seperti kreativitas, rasa ingin tahu, open-mindedness dan sebagainya Peterson dan Seligman, 2004. Jadi, setiap keutamaan terdiri dari beberapa kekuatan karakter.
Secara keseluruhan, terdapat enam keutamaan yang terdiri atas 24 kekuatan karakter.
2.1.2. Perbedaan antara Virtues, Character Strengths dan Situational Themes
Klasifikasi dari karakteristik positif pada dasarnya menyerupai klasifikasi makhluk hidup yang bersifat hierarki, dari konkret spesifik organisme individu
menuju kepada klasifikasi yang lebih abstrak dan general. Karakteristik positif dibagi menjadi tiga level Peterson Seligman, 2004, hal. 12-14 yaitu:
1. Virtues, adalah bagian utama dari karakteristik. Para filsuf dan pemuka agama membaginya menjadi enam, yaitu wisdom, courage, humanity, justice,
temperance dan transcendence. Melalui survei sejarah ditemukan bahwa keenam kategori ini bersifat konsisten, universal, dan diperkirakan merupakan
aspek yang penting bagi makhluk hidup untuk dapat bertahan dalam proses evolusi. Diasumsikan bahwa jika virtues menjadi nilai tertinggi yang dianut
oleh individu barulah individu dapat dikatakan memiliki karakter yang baik.
19
2. Character Strengths, adalah unsur, proses, dan mekanisme psikologis yang memperjelas konsep virtues. Dengan kata lain, character strengths adalah
rute-rute yang berbeda dalam mencapai suatu virtue atau virtue lainnya. Contohnya, wisdom dapat dicapai melalui beberapa character strengths
seperti creativity, curiosity, love of learning, open mindedness dan perspective. Character strengths tersebut di atas, memiliki kesamaan dalam
hal meraih dan menggunakan ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki perbedaan. Sekali lagi, strengths dianggap sebagai sesuatu yang disadari dan
dinilai dimana-mana, walaupun individu jarang memunculkannya. Walaupun demikian, dapat disimpulkan bahwa individu dapat dikatakan memiliki
karakter yang baik jika individu mampu menampilkan satu atau dua strengths kekuatan dalam kelompok virtue tertentu.
3. Situational Themes, adalah kebiasaan-kebiasaan spesifik yang mengarahkan individu untuk menampilkan character strengths kekuatan karakter tertentu
pada situasi tertentu. Themes harus spesifik antara satu setting dengan setting lainnya dan awalnya terbatas hanya untuk dunia kerja. The Gallup
Organization telah mengidentifikasikan ratusan themes yang relevan bagi dunia kerja. Diantaranya emphaty memahami kebutuhan orang lain,
inclusiveness membuat orang lain merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan positivity dapat melihat hal-hal yang positif dari suatu situasi
atau individu lain. Awalnya themes dipakai untuk melihat bagaiman individu berelasi satu sama lain dalam dunia kerja, namun apabila dicermati lebih
abstrak, emphaty, inclusiveness, dan positivity merefleksikan character strengths yaitu kindness. Jika dicermati lebih abstrak lagi, maka kindness
20
disamping love dan social intelligence termasuk di dalam satu virtue, yaitu humanity.
2.1.3. Kriteria Kekuatan Karakter Character Strengths