Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
2. Inti ajaran Konfusianisme yang diterima masyarakat pada jaman Edo.
3. Apa saja pengaruh atau peranan dari ajaran Konfusius terhadap kehidupan
masyarakat pada jaman Edo.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Ajaran Konfusius yang sesungguhnya berasal dari Cina, namun sangat besar dampak ajarannya tidak hanya di Cina tetapi juga di negara lain, seperti Asia, bahkan
Eropa sangatlah menarik perhatian penulis. Ajaran ini tidak hanya mempengaruhi hal- hal dalam hubungan sosial, namun juga berperan dalam politik maupun pemerintahan.
Banyak gagasan maupun hasil pemikiran Konfusius yang diterapkan dalam segala bidang khususnya untuk mengatur hubungan manusia yang satu dengan manusia yang
lain. Namun ajaran Konfusius telah banyak mendapat pengaruh dari ajaran-ajaran tambahan lain, baik yang ditambahkan dari murid-muridnya maupun pihak keluarganya.
Penulis akan berusaha mencari literatur lengkap mengenai ajaran Konfusius tanpa mendapat pengaruh apapun dari pihak lain untuk mendapat literatur yang akurat.
Penulis hanya akan membatasi ruang lingkup masalah pada perkembangan ajaran ini di Jepang terkhusus pada jaman Edo, lalu pengaruh-pengaruh apa yang diberikan oleh
ajaran ini terhadap kebudayaan asli Jepang yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Jepang pada masa itu.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
a. Tinjauan Pustaka Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:17, ajaran berasal dari kata ajar
yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui diturut yang mendapat imbuhan –an, sehingga artinya menjadi segala sesuatu yang diajarkan;
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
nasihat; petuah; petunjuk; paham. Ajaran yang biasanya berasal dari seorang tokoh atau lebih ini banyak menjadi acuan dalam berbagai bidang, misalnya hukum, sosial, ilmu
pengetahuan dan teknologi, budaya, agama, dan lain-lain. Ajaran yang diberikan oleh Konfusius adalah berupa kata-kata bijaksana yang
banyak berhubungan dengan bagaimana seharusnya manusia yang satu berhubungan dengan manusia lainnya, juga mengajarkan pemerintahan yang ideal, dan lain-lain.
Ajarannya berkembang dari sebuah filsafat menjadi sebuah kepercayaan oleh para pengikutnya karena kemudian dia dianggap sebagai nabi yang membawa ajaran baru.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:856, kepercayaan berasal dari kata percaya yang berarti mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau
nyata, yang mendapat imbuhan ke-an, sehingga artinya adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercaya itu benar atau nyata.
Dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Kepercayaan menurut James W. Fowler yang disadur Agus Cremers 1995:45, James W. Fowler mengatakan,
“Kepercayaan hendak dimengerti secara dinamis. Kepercayaan ini meliputi kenyataan bahwa pribadi menemukan arti atau ditemukan oleh arti itu. Kepercayaan mencakup
baik konstruksi aktif atas keyakinan dan komitmen maupun sikap pasif dalam menerimanya. Kepercayaan mencakup segala ekspresi religius eksplisit dan seluruh
pembentukan kepercayaan, dan juga segala cara untuk menemukan dan mengarahkan diri pada koherensi dalam lingkungan yang paling akhir, namun tidak bersifat religius”
Fowler, E.FDT, 1988:30 Masih menurut Fowler dalam Agus Cremers 1995:47, “Kepercayaan adalah
suatu yang universal... ciri dari seluruh hidup, tindakan, dan pengertian diri semua manusia, entah mereka menyatakan diri sebagai ‘orang yang percaya’ dan ‘orang
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
berkeagamaan’ atau sebagai ‘orang yang tidak percaya pada apapun’” FowlerKeenBerryman, ed., Life Maps, 1978:14-101
Bersama Cantwell Smith, Fowler dalam Agus Cremers 1995:47-48 membedakan antara faith, beliefs, dan religion. Menurutnya, faith dapat diuraikan
secara tepat sebagai sesuatu yang terpisah dari penjelmaan konkret ajaran doktrinal, keyakinan-keyakinan dan pernyataan kepercayaan beliefs, maupun dari seluruh
ekspresinya dalam berbagai upacara dan simbol keagamaan religion. Belief merupakan keseluruhan isi keyakinan dan pandangan religius yang diungkapkan dalam
sejumlah representasi tertentu dan dianggap benar sebagi ajaran resmi agama yang bersangkutan. Belief adalah suatu tindakan pengetahuan yang didasarkan pada suatu
tingkat evidensi yang rendah. Religion diartikan sebagai suatu kumpulan tradisi kumulatif di mana semua
pengalaman religius dari masa lampau dipadatkan dan diendapkan ke dalam seluruh sistem bentuk ekspresi tradisional yang bersifat kebudayaan dan lembaga. Sistem
bentuk ekspresi tersebut meliputi seluruh simbol, upacara, peranan, dan cara hidup konkret khas yang senantiasa harus direfleksikan dan dihidupkan kembali agar semua
itu tidak merosot menjadi fosil mati dan kosong belaka. Religi atau sistem keagamaan merupakan sarana perwujudan “kepercayaan” yang bersifat tradisional dan terikat erat
pada faktor-faktor historis, sosial, ekonomi, dan budaya ekstern. Tetapi religi dapat berfungsi juga sebagai penyokong, penyalur, dan acuan bagi segala perasaan dan
hubungan kita dengan Yang Transenden. Religi yang demikian itu dapat menyalurkan dan mengarahkan seluruh cinta dan keinginan kita untuk berpartisipasi terhadap Yang
Ilahi. Namun, religi tidak memiliki ciri personal yang merupakan inti dari faith. Faith adalah perbuatan percaya yang intens, fundamental, dan sangat pribadi di
mana saya sendiri secara kreatif percaya akan nilai-nilai yang paling akhir dan akan hal
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
transenden KBBI: di luar segala kesanggupan manusia yang ultim, dengan penuh cinta dan kesetiaan. Faith adalah “orientasi seluruh pribadi” dan “merupakan cara
fundamental untuk percaya dan menanggapi hidup, entah terjadi dalam bentuk keagamaan tradisional, seperti Kristen dan Islam, atau tidak”. Jika faith merupakan
suatu tindakan fundamental dari kepercayaan hidup dan kesetiaan eksistensional, faith dapat dipandang sebagai “kepercayaan hidup” atau “kepercayaan eksistensional” yang
jauh lebih fundamental dan pribadi daripada religion dan belief. Bahkan faith menjadi sumber dan asal yang memungkinkan serta mendasari religion maupun belief.
Ajaran Konfusius merupakan pengaruh terbesar terhadap sejarah panjang bangsa Tionghoa selama dua ribu tahun ini. Ajaran Konfusius ini disatukan oleh para murid-
muridnya setelah dia meninggal menjadi sebuah buku, sehingga terciptalah Literatur Lengkap Ajaran Konfusius yang kemudian dijadikan sebagai kitab suci oleh para
pengikutnya. Literatur lengkap ajaran Konfusius ini lebih dikenal sebagai Analects. Yang oleh para pengikut ajaran Konfusius dijadikan sebagai kitab suci.
Konfusius, nama latin yang diberikan oleh bangsa Eropa, lahir tahun 551 SM dan meninggal tahun 479 SM. Nama marganya adalah Kong dan nama panggilannya
Qiu. Ia tinggal di Negara Bagian Lu sekarang ini Qufu di Provinsi Shantong, dan keturunan bangsawan. Ayahnya menjabat sebagai pejabat pemerintahan Negara Bagian
Lu. Ayah Konfusius meninggal ketika ia baru berusia tiga tahun, membuat masa kecilnya miskin. Namun ia anak yang rajin serta penuh rasa ingin tahu, yang memiliki
dorongan untuk memperbaiki dirinya. Ia pun segera fasih dalam literatur nenek moyang dan menguasai topik-topik yang dipelajarinya.
Ia pecahkan monopoli para bangsawan atas pendidikan dengan mendirikan sebuah lembaga pendidikan swasta yang menerima murid dari berbagai bidang
kehidupan tanpa membedakan-bedakan mereka, dan melalui ini, mempopulerkan
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
pendidikan. Karena alasan ini, Konfusius menjadi pengurus ibukota sebagai “Saga para Guru”. Ketika berusia 47 tahun, Konfusius menjadi pengurus ibukota dan memerintah
wilayah Qufu. Belakangan ia dipromosikan menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Kehakiman. Ketika berusia 54 tahun, ia menjadi Pejabat Anggota Dewan
Kehormatan Negara Bagian Lu. Namun, selama periode tersebut, pemerintahan bergelimang dalam hiburan serta menelantarkan urusan-urusan negara. Karena kecewa,
Konfusius meninggalkan Negara Bagian Lu dan memimpin para muridnya dalam suatu tur ke negara-negara bagian, berusaha meyakinkan para tuan tanah feodal yang mereka
kunjungi, akan filsafatnya dalam pemerintahan. Dalam perjalanan tersebut, ia mengunjungi tujuh negara bagian termasuk Wei, Zhao, Song, Zheng, Cheng, Cai, dan
Chu. Setelah 14 tahun, ketika Konfusius sudah mencapai usia 68 tahun, ia pulang ke Negara Bagian Lu, dan mencurahkan diri dalam mengedit serta mengajarkan literatur
klasik. Konfusius hidup di masa akhir dari Masa Musim Semi serta Musim Gugur
tahun 770 SM hingga tahun 476 SM. Ini adalah periode ketika Dinasti Zhou merosot dan para tuan tanah feodal menguasai negara-negara bagian. Perang serta anarki
merajalela di seluruh negeri. Ini adalah masa ketika adat istiadat keagamaan diabaikan, musik dicemooh, dan kekacauan merajalela. Konfusius mengkhotbahkan gagasan
tentang kebajikan, dengan harapan untuk membawa perubahan terhadap masa yang kacau secara politik maupun sosial itu. Filsafat politik Konfusius didasarkan pada
pendidikan moral masing-masing individu. Ia dorong setiap orang untuk berupaya berbuat baik dan mempengaruhi orang lain karenanya.
Kitab yang dipandang suci dalam agama Konfusius terdapat dalam kanon-kanon KBBI: karya drama yang dianggap ciptaan asli seorang penulis 2002: 502
Konfusius. Kanon tersebut terdiri dari dua bagian Wu Ching lima kanon klasik yang
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
secara tradisional dikaitkan dengan masa ajaran Konfusius atau sebelumnya, dan Ssu Shu empat kitab yang berisi ajaran-ajaran Konfusius. Kelima kanon klasik itu adalah
sebagai berikut. 1. Shu Ching Shu jing
蕷 潚 Kitab ini merupakan kitab sejarah yang berisi kronologi peristiwa-peristiwa purbakala
tentang istana dan adat istiadat. Kitab ini memiliki nilai-nilai yang sangat berharga bagi para ahli sejarah untuk melacak kehidupan anak manusia masa dua ribu tahun
sebelum masehi. 2. Shih Ching Shi jing
蕷 Kitab ini merupakan kitab sajak, karena di dalamnya terdapat tidak kurang dari tiga
ratus nyanyian dan sajak-sajak pemujaan yang menggambarkan masa-masa awal keberagamaan orang Tiongkok.
3. I Ching Yi jing 蕷 帒
Kitab perubahan. Di dalamnya terdapat rangkaian diagram berdasar garis-garis penuh dan garis-garis putus. Kitab ini pada dasarnya dimaksudkan untuk keperluan ramalan
horoscope. 4. Li Chi Liji
Ini adalah kitab kebaktian yang merupakan petunjuk pelaksanaan upacara-upacara yang bersifat kultus dan upacara-upacara di dalam istana.
5. Chun Chiu Chun qiu 蕷 弢
Bermakna musim semi dan musim gugur. Kitab ini berisi catatan kronologis peristiwa-peristiwa dalam wilayah Lu sejak 722 SM, sampai 481 SM, yakni pada
masa pemerintahan Chun Chiu yang merupakan pecahan dari Dinasti Chou.
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
Sedangkan keempat kitab yang berisi ajaran-ajaran Konfusius adalah: 1. Lun Yu
Terdiri dari dua puluh bab, dan kebanyakan isinya berupa anekdot-anekdot singkat dari Konfusius, dalam bentuk dialog dengan para murid atau tokoh-tokoh lainnya.
Selain itu, dalam kitab ini juga ditemukan gambaran tentang bagaimana sikap Konfusius dalam menghadapi persoalan. Karenanya kitab ini dipandang sebagai
sumber primer dalam mempelajari biografi Konfusius. Kitab ini disusun sekitar 70 tahun setelah dia meninggal. Kitab ini kemudian dikenal dengan Analects.
2. Ta Hsueh Daxue 媾
Pelajaran terbesar, yang disusun oleh cucu Konfusius yang bernama Tzu Szu, suatu karya besar tentang etika dan politik dan merupakan pengembangan dari pembahasan
sebuah bab dalam Li Chi. 3. Chung Yung Zhong yong
蕷 侚 Suatu kitab keselarasan. Kitab ini disusun oleh Tzu Szu, berisi doktrin atau ajaran
tentang makna dan kesusilaan. 4. Meng Tze
Suatu kitab yang disusun oleh Meng Tze yang sangat terkenal. Literatur Barat menyebutnya dengan Mencius.
Pemerintah berasal dari bahasa Latin gubernare yang artinya mengemudi sebuah kapal. Jadi “memerintah” di sini berarti mengemudikan. Kata bendanya adalah
governance Latin: gubernantia, menunjukkan metode atau sistem pengemudian atau manajemen organisasi.
Apter dalam “The International Encyclopedia of The Social Sciences” 1972 dalam KYBERNOLOGY 2003:71 mengatakan pemerintah adalah sekelompok orang
yang bertanggung jawab atas penggunaan kekuasaan exercising power.
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
Talizuduhu Ndraha dalam bukunya KYBERNOLOGY: Ilmu Pemerintahan Baru 2003:73-74 menyimpulkankan pendekatan produk atau fungsional bertolak dari
kebutuhan manusia yang oleh karena kondisi masyarakat masih sedemikian lemah dan tak berdaya powerless sehingga kebutuhan tersebut belum mampu mereka penuhi
sendiri barang dan jasa, juga bertolak dari kenyataan bahwa kepentingan yang satu cenderung merugikan kepentingan yang lain dan produk yang oleh karena sifatnya dan
demi keadilan dan kemanusiaan, tidak dapat di-provide oleh lembaga privat atau masyarakat umum, melainkan semata-mata hanya oleh lembaga khusus dan khas
spesifik. Produk yang dimaksud adalah jasa publik yang tidak dapat diprivatisasikan dan layanan-civil. Proses penyediaan providing produk itu kepada setiap orang tepat
pada saat diperlukan, itulah yang disebut pemerintahan. Organ yang dianggap mampu menjalankan proses tersebut secara bertanggung jawab itulah yang disebut pemerintah.
Menurut H. Abu Ahmadi 1997:166, pemerintah adalah badan yang berhak mengatur dan berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan yang mengikat
warganya. Menurut Taliziduhu Ndraha 2003:492, kebijakan adalah pilihan terbaik dalam
batas kompetensi dan secara formal mengikat, sedangkan kebijaksanaan adalah pilihan terbaik dalam memecahkan masalah berdasarkan hati nurani, secara etik dan moral
mengikat. Sehingga beliau menyimpulkan kebijakan pemerintah adalah pilihan terbaik usaha untuk memproses nilai pemerintahan yang bersumber pada kearifan pemerintahan
dan mengikat secara formal, etik, dan moral, diarahkan guna menepati pertanggungjawaban aktor pemerintahan di dalam lingkungan pemerintahan.
b. Kerangka Teori
Melda Hutabarat : Tokugawa Dan Konfusianisme, 2007 USU Repository © 2009
Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian historis Historical Research, yaitu kajian logik terhadap peristiwa-peristiwa setelah
peristiwa itu terjadi. Menurut Sumadi Suryabrata 1983:16 tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan kuat. Penulis menggunakan
pendekatan ini oleh karena penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ajaran Konfusius yang berasal dari Cina terhadap kebudayaan Jepang dan bagaimana
perkembangan ajaran ini di Jepang terkhusus pada jaman Edo. Keseluruhan peristiwa di dalamnya suda h terjadi historis.
Penulis juga menggunakan pendekatan penelitian sosiologis, karena pembahasan dalam pendekatan ini mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial,
konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan sebagainya Dudung Abdurrahman, 1999:11. Menurut Weber dalam Dudung
Abdurrahman 1999:11 tujuan penelitian ini adalah memahami arti subyektif dari perilaku sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti obyektifnya. Penulis menggunakan
pendekatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh ajaran ini terhadap kehidupan masyarakat melalui inti ajarannya yang diterima masyarakat pada masa itu.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian