Radiografi Sefalometri TINJAUAN PUSTAKA

inisivus maksila dan mandibula menunjukkan inklinasi lebih ke anterior pada anak yang bernafas melalui mulut. 2 Menurut Peltomaki T, anak yang bernafas melalui mulut akibat hipertropi adenoid sering dihubungkan dengan tipe wajah adenoid. Ciri-ciri wajah adenoid antaranya adalah bibir yang inkompeten, lengkung maksila yang sempit, gigi insisivus mandibula yang retroklinasi, peningkatan tinggi wajah anterior serta mandibula yang retrognatik. 9 Menurut Bresolin dkk, tinggi palatal dan overjet lebih besar pada anak yang bernafas melalui mulut. Pernafasan melalui mulut dapat menyebabkan peningkatan tinggi wajah, mandibula yang retrognatik, palatum yang dalam dan sempit, dan cenderung memiliki posterior crossbites. 13 Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitianAscanio dkk, yang juga menemukan tinggi palatal dan overjet yang besar, serta prevalensi cross-bite yang tinggi pada kelompok bernafas melalui mulut. 14

2.5 Radiografi Sefalometri

William Conrad Roentgen adalah seorang penemu sinar-X pada tahun 1895 merupakan revolusi di bidang radiografi, yang sangat berguna untuk ilmu pengetahuan. 22,23 Radiografi sefalometri kemudian dikembangkan oleh Hofrath dan Broadbent dan baru digunakan di klinik pada era 1960-an. Keunggulan radiografi sefalometri dijumpai dalam akurasi dan teknik pengambilan pengukuran kraniofasial. Penggunaan alat khusus yaitu sefalostat yang dapat meletakkan posisi kepala pasien secara akurat dan stabil dalam pemaparan radiografi. Radiografi sefalometri merupakan pilar dalam penetapan diagnosa yang komprehensif, penyusunan rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan ortodonti. 24,25 Fungsi radiografi sefalometri dalam bidang ilmu ortodonti digunakan untuk membantu: 23,24 1. Diagnosa ortodonti dalam pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan lunak. 2. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe wajah. 3. Pembuatan rencana perawatan. 4. Evaluasi hasil sebelum dan sesudah perawatan ortodonti. 5. Perkiraan arah pertumbuhan. 6. Sebagai alat bantu dalam riset yang melibatkan regio kranio-dento-fasial Sefalometri dibagi menjadi menurut analisisnya: 24 1. Sefalogram frontal: Gambaran frontal atau anterior-posterior dari tengokarak kepala 2. Sefalogram lateral: Gambaran lateral dari tengkorak kepala. Dari sefalogram lateral dapat dilakukan analisa dental dan jaringan lunak. Gambar 4 : Sefalogram lateral dan frontal Banyak analisis sefalometri telah dikembangkan untuk mengevaluasi oklusi gigi dan proporsi dentofasial agar terlihat lebih estetis. 26 Dari sefalometri lateral dapat dilakukan analisis dental untuk melihat inklinasi gigi anterior. Titik-titik referensi yang dapat digunakan dalam analisis dental : 23 • Nasion N : titik paling cekung pada pertengahan dahi dan hidung. • Sella S : titik pertengahan sella turcica • Subspinal A : titik terdalam pada kurvatura premaksila yang terletak antara spina nasalis anterior dan prostion. • Supramental B :titik paling dalam antara infradental dan pogonion. Beberapa analisis sefalometri dental digunakan untuk membuat rencana perawatan ortodonti seperti analisis Tweed, Jaraback, Steiner dan McNamara. Dalam penelitian ini, akan digunakan analisis Steiner dan McNamara. 23,29

2.6 Analisis Steiner

Dokumen yang terkait

Perbedaan Nilai Skeletal Dalam Arah Vertikal Antara Pola Pernafasan Normal Dan Pernafasan Melalui Mulut Pada Pasien Di Klinik Ortodonti Rsgmp Fkg Usu Tahun 2009-2013

1 61 60

Pengaruh Pola Pernafasan Normal Dan Pernafasan Melalui Mulut Pada Maloklusi Klas II Divisi 1

1 54 55

Perbedaan Lebar Saluran Udara Pharynx Atas Dan Bawah Pada Maloklusi Klas I Dan Klas II Dengan Pola Pertumbuhan Normal Dan Vertikal Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral

0 33 62

Perbedaan Ukuran Lebar Lengkung Gigi Dan Lebar Lengkung Alveolar Maloklusi Klas II Divisi 1 Dan Klas I Oklusi Normal

5 65 61

Perbedaan Inklinasi Insisivus Pada Pasien Maloklusi Klas I Dan Klas II Skeletal Dengan Pola Pernafasan Normal dan Pernafasan Melalui Mulut

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pernafasan - Perbedaan Inklinasi Insisivus Pada Pasien Maloklusi Klas I Dan Klas II Skeletal Dengan Pola Pernafasan Normal dan Pernafasan Melalui Mulut

0 0 12

Perbedaan Inklinasi Insisivus Pada Pasien Maloklusi Klas I Dan Klas II Skeletal Dengan Pola Pernafasan Normal dan Pernafasan Melalui Mulut

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan - Pengaruh Pola Pernafasan Normal Dan Pernafasan Melalui Mulut Pada Maloklusi Klas II Divisi 1

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernafasan Normal - Perbedaan Nilai Skeletal Dalam Arah Vertikal Antara Pola Pernafasan Normal Dan Pernafasan Melalui Mulut Pada Pasien Di Klinik Ortodonti Rsgmp Fkg Usu Tahun 2009-2013

0 0 13

PERBEDAAN NILAI SKELETAL DALAM ARAH VERTIKAL ANTARA POLA PERNAFASAN NORMAL DAN PERNAFASAN MELALUI MULUT PADA PASIEN DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU TAHUN 2009-2013

0 0 12