Pola Makan Bayi Frekuensi Makan Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi

3. Makanan sebagai fungsi religi Banyak simbol religi dan magis yang dikaitkan pada makanan, misalnya masyarakat Jawa pada berbagai upacara selamatan dihidangkan nasi tumpeng. 4. Makanan sebagai fungsi komunikasi Makanan merupakan media penting dalam upaya manusia berhubungan satu sama lain. Di dalam keluarga kehangatan hubungan antar anggotanya terjadi pada waktu makan bersama. 5. Makanan sebagai fungsi ekonomi Makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi, misalnya makan beras dianggap lebih berprestise daripada makan jagung dan umbi-umbian. 6. Makanan sebagai fungsi simbol kekuasaan Melalui makanan seseorang atau sekelompok masyarakat dapat menunjukkan kekuasaan terhadap orang atau kelompok masyarakat lain, misalnya majikan memberi makanan yang berbeda kepada pembantunya.

2.3. Pola Makan Bayi

Pola makan disesuaikan dengan umurnya. Penggunaan bahan makanan juga harus seimbang. Selain itu air susu ibu harus tetap diberikan selain makanan tambahan. Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya cukup energi dan protein, diterima dengan baik, harga murah dapat diproduksi dari bahan-bahan lokal. Pola makan yang teratur lebih baik dari pada menurut keinginan. Terlalu ketat juga kurang baik melainkan disesuaikan dengan keadaan. Jarak antara pemberian makanan yang Universitas Sumatera Utara satu dengan berikutnya adalah 2 sampai 3 jam, tergantung pada keadaan bayi. Ada yang kuat makannya dan ada yang sedikit Husaini, 1999.

2.4. Jenis Makanan Bayi

2.4.1. Air Susu Ibu ASI

ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar mamae wanita melalui proses laktasi. ASI juga mengandung sejumlah zat penolak bibit penyakit antara lain laktoferin, immunoglobulin, dan zat lainnya yang melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan makanan. Pemberian ASI secara ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan. ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun Moehyi, 2008. Tabel 2.1. Kandungan berbagai zat gizi dalam ASI Macam zat gizi Kadar gizi dalam 100 ml ASI Protein 1,2 g Lemak 3,8 g Laktose 7,0 g Kalori 75,0 kal Besi 0,15 mg Vitamin A 53,0 Kl Vitamin B 1 0,11 mg Vitamin C 4,3 mg Sumber : Moehyi, S., 2008 Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Susu Formula

Menurut Yayah dan Husaini 2001, susu formula adalah susu komersil yang dijual dipasar atau ditoko, biasanya terbuat dari susu sapi atau susu kedelai diperuntukkan khusus untuk bayi. Susu formula dapat diberikan sebagai pengganti ASI dalam keadaan sebagai berikut: a. ASI tidak keluar sama sekali sebagai pengganti ASI adalah susu formula. b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan. c. ASI keluar tetapi jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi. Selain susu bayi yang diberikan kepada bayi sehat, produsen susu bayi juga membuat formula-formula khusus untuk diberikan kepada bayi dengan kelainan metabolisme tertentu agar bayi tersebut tetap dapat tumbuh normal, baik fisik atau kejiwaanya. Susu formula semacam ini dikenal dengan formula diit atau special formula Moehyi, 2008.

2.4.3 Makanan Pendamping ASI

Bayi usia 6 - 11 bulan membutuhkan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi sejak usia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan makanan pendamping ASI sama sekali bukan menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan sapihan karena makanan sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI Krisnatuti, 2000. Penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, dimana praktek-praktek pemberian makan pada bayi sebelum usia 1 bulan mencapai Universitas Sumatera Utara 32,4 dan 66,7 jenis makanan yang diberikan adalah pisang Irawati, 2003. Dari hasil penelitian Sulastri 2004 di Kecamatan Medan Marelan mengenai pemberian MP-ASI dimana 80 responden terdapat 2,5 pemberian MP-ASI baik dan 97,5 dengan pemberian MP-ASI yang tidak baik. Sesudah bayi berumur enam bulan secara berangsur-angsur perlu makanan tambahan berupa sari buah, makanan lunak dan akhirnya makanan lembek. Tujuan pemberian makanan tambahan adalah : a. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang. b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk. c. Mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan Moehyi, 2008. Tujuan pengaturan pemberian makanan pada bayi : 1. Lambung bayi kosong 3 jam setelah makan, artinya setelah 3 jam bayi benar- benar memerlukan makanan. 2. Bagi ibu menyusui, jarak 3 jam akan memberi kesempatan kepada kelenjer- kelenjer air susu untuk menghasilkan air susu yang cukup. Bila bayi lapar, semua ASI akan terhisap habis ini merupakan rangsangan untuk pembuatan ASI kembali. 3. Bayi dilatih berdisiplin, sehingga menangis lapar pada waktu tertentu. 4. Mempermudah tugas ibu Suharjo, 2009. Universitas Sumatera Utara Menurut Sulistijani 2001, dalam menentukan makanan yang tepat untuk bayi, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Makanan yang diberikan mengandung mengandung zat-zat gizi dalam kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan sesuai dengan umur dan berat badan bayi. b. Frekuensi pemberian makan sebaiknya sering, tapi dalam porsi sedikit setiap kali diberikan sampai terpenuhinya semua kebutuhannya. c. Bentuk makanan yang diberikan disesuaikan dengan umur bayi. Apabila sulit menerima makanan sebaiknya diberikan makanan cair. d. Makanan yang diberikan haruslah mudah dibuatpraktis, hangat dan segar. Pemberian makanan padat pertama pada bayi sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Mutu bahan makanan Bahan makanan yang bermutu tinggi akan menjalin kualitas zat gizi yang baik. b. Tekstur dan konsistensi kekentalan Pada umur enam bulan bayi diberikan makanan lunak misalnya bubur susu atau bubur buah pisang, pepaya. Secara bertahap, makanan bayi dapat diberikan lebih kasar dan padat. Bayi yang telah berusia sembilan bulan bisa diberikan makanan lembek misalnya nasi tim dengan zat gizi yang lengkap. c. Jenis makanan Bayi sebaiknya diperkenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan baik, tunggu paling tidak empat hari sebelum memperkenalkan jenis makanan lainnya. Selain bayi akan mengenal dan dapat menerima jenis makanan yang baru, maka ibu juga bisa mengetahui ada tidaknya reaksi alergi pada bayi. Universitas Sumatera Utara d. Jumlah atau porsi makan Pada awalnya, bayi mau menerima 1-2 sendok teh makanan. Bila telah semakin besar, maka ibu dapat memberikan porsi makan lebih banyak. e. Urutan pemberian makanan Urutan pemberian makan pendamping ASI biasanya buah-buahan, tepung- tepungan, lalu sayuran. Daging, ikan dan telur sebaiknya diberikan setelah bayi berumur sembilan bulan. Bila bayi menunjukkan gejala alergi, telur biasanya diberikan setelah usianya satu tahun. f. Jadwal makan Jadwal waktu makan harus sesuai dengan keadaan lapar atau haus yang berkaitan dengan keadaan lambungnya. Dengan demikian, saluran cerna bayi lebih siap untuk menerima, mencerna, dan menyerap makanan pada waktu-waktu tertentu Hayati, 2009.

2.5. Frekuensi Makan

Bayi Bayi memerlukan makanan untuk dimakan setiap 2 jam, begitu ia terbangun Arisman, 2004. Menurut Departemen Kesehatan RI, 2003, anjuran pemberian makan bayi usia 6 - 11 bulan adalah sebagai berikut : 1. Beri ASI setiap kali bayi menginginkan. 2. Beri bubur nasi 3 kali sehari. 3. Beri makan selingan 2 kali sehari, diantara waktu makan, seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, dan nagasari. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Susunan Makanan Bayi Umur Jenis Makanan 0-6 bulan ASI Susu Formula Mulai 6-9 bulan - ASI - Bubur Susu - Buah segar Jus Buah - Bubur susu - ASI - Biskuit - Bubur susu - ASI 9-11 bulan - ASI - Nasi tim - Buah segar biskuit - Nasi Tim - ASI - Jus buah biskuit - Nasi Tim - ASI Sumber: Hayati, 2009

2.6. Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi

Setiap bayi memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap bayi memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada bayi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangannya akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan kegemukan yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi terganggu. Universitas Sumatera Utara Energi atau kalori sangat berpengaruh terhadap laju pembelahan sel dan pembentukkan struktur organ-organ tubuh. Apabila energi berkurang maka proses pembelahan sel akan terganggu dapat mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak bayi mempunyai sel-sel yang lebih sedikit dari pada pertumbuhan normal. Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan sel- sel baru dan merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh Asydhad, 2006. 2.7. Pengaruh Pemberian Makanan Pada Bayi Usia 6 bulan Bayi yang terlalu cepat diberi makanan padat akan menanggung sejumlah resiko masalah kesehatan pada usia dewasa kelak Nadesul, 2005. Hal tersebut dapat memicu terjadinya sejumlah penyakit seperti : a. Kegemukan Obesitas Kalori makanan yang diberikan lebih besar dari yang terkandung dalam susu, sehingga anak beresiko mengalami kegemukan. Akibatnya, jumlah maupun ukuran sel-sel tubuhnya akan terbentuk lebih besar dari ukuran normal. b. Gangguan Pencernaan Biasanya bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6-9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi dll. Tubuh bayi belum memiliki protein pencernaan yang lengkap. Asam lambung Universitas Sumatera Utara dan pepsin dibuang pada saat kelahiran dan baru dalam 4 sampai 6 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amilase, enzim yang diproduksi oleh pankreas belum mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencernaan karbohidrat seperti maltase, isomaltase, dan sukrase belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan. b. Alergi Pemberian makanan padat terlalu dini dapat mengakibatkan terjadinya alergi dari alergen zat penyebab alergi yang mungkin terkandung dalam makanan, terutama dari makanan berprotein. c. Tekanan darah tinggi hipertensi Dalam makanan padat terkandung garam dapur, pengawet, penyedap, bumbu, dan pewarna buatan. Garam dapur yang dikonsumsi terlalu dini beresiko terkena darah tinggi setelah berusia lanjut. Selain itu, cita rasa asin anak sudah terbentuk sejak kecil, sehingga garam yang dikonsumsi cenderung diminta lebih dari kebutuhan tubuh. d. Jantung Koroner Terlalu dini memberi makanan pada bayi membuat pembuluh darah tubuh tak sehat. Kelebihan kolesterol darah mungkin sudah muncul sejak usia kanak-kanak. Masalah selanjutnya adalah pembuluh aorta umumnya sudah berkarat lemak Atherosclerosis sejak anak berusia 20 tahun. Ini yang kelak mengantarkan anak Universitas Sumatera Utara beresiko terserang jantung koroner pada usia muda 30-50 tahun Nadesul, 2005.

2.8. Penilaian Status Gizi