Analisa Hasil Temuan TEMUAN DAN ANALISA DATA
kembali. Pembinaan pada lansia juga bisa dimasukkan dalam pendidikan luar sekolah dikarenakan pembinaan pada lansia tidak terikat dengan bangku sekolah.
Pendidikan luar sekolah terjadi pada setiap kesempatan yang berpeluang untuk saling berkomunikasi secara teratur dan terarah di luar sekolah dalam memperoleh
informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap
dan nilai- nilai yang memungkinkan untuk menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan bahkan
negaranya.
53
Jadi disini pembimbing mempunyai peranan penuh dalam mengarahkan sesuai dengan masalah yang dihadapi lansia biasanya dilakukan secara personal.
Dalam metode individu ini pembimbing berusaha melakukan pendekatan yang lebih kepada lansia. Menanyakan apa yang sedang dialami dan dirasakan. Ketika
seorang lansia mempunyai semangat yang besar dalam beribadah maka pembimbing memprioritaskan dirinya untuk bisa dibimbing secara personal,
ataupun sebaliknya jika lansia membutuhkan bimbingan dan perlu akan adanya seorang pembimbing maka pembimbing pun membantu dalam permasalahannya
itu, dengan teknik direktif maupun non direktif dan juga secara case conference. 2.
Analisa Metode bimbingan rohani kelompok Dengan adanya metode kelompok pun, maka pembimbing berusaha bisa
menyatukan para lansia untuk berkumpul bersama, beribadah bersama, bisa bersosialisasi dengan baik. Bergaul dengan teman, bisa berdoa dan bersyukur
bersama-sama. Mereka disana menjadi satu dari yang pengalaman Ibadahnya sudah mantap sampai yang baru belajar. Para WBS di kumpulkan di sebuah
53
Natalia Minaswari, Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia …, hlm. .
ruangan serba gunaaula kemudian pembimbing memberikan materi berupa keagamaan, setelah memberikan cerah keagamaan ada Tanya jawab dari WBS
berkaitan dengan materi yang disampaikannya. Ceramah keagamaan ini bertujuan untuk pemenuhan spiritual, merubah sikap normatifakhlak pada WBS.
54
Materi yang diberikan pembimbing kepada lansia adalah materi yang berhubungan dengan bimbingan rohani atau spiritual seperti : membaca Al-
Qur’an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak dan pengetahuan lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh
pembimbing bersumber dari Al- Qur’an dan Al-Hadits Nabi karena kedua sumber
ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. Di dalam bimbingan Islam ini, pembimbing memberikan metode yang praktis dan mudah dimengerti oleh lansia,
dikarenakan lansia itu memiliki keterbatasan dalam menangkap apa yang diberikan oleh pembimbing, Dan dalam bimbingan rohani tersebut pembimbing
memberikan jalan yang mudah kepada lansia yaitu agar lansia ketika sulit untuk menghafal doa maka pembimbing mengarahkan agar lansia setiap melakukan
apapun harus diawali dengan “bismillah” dan diakhiri dengan “alhamdulillah”. Pada intiya pembimbing memberikan arahan yang mudah dimengerti dan
dipahami oleh lansia, agar dalam pengamalannya lansia tidak merasa kesulitan, karena Allah tidak menyulitkan kita, jika kita mau dan berusaha insyaAllah kita
bisa menjalaninya. Tujuan lain dari penyampaian materi ceramah keagamaan ini adalah:
1. Mempunyai pengetahuan tentang agama secara luas,
2. Mempunyai pengetahuan tentang hukum dan syariat dalam agama,
54
Observasitemuan lapangan pada saat penelitian dari bulan September 2016
3. Mampu mempelajari dan membedakan antara yang halal dan haram,
4. Mampu bersikap lebih sabar dan tawakal,
5. WBS bisa merasakan kenikmatan beragama.
Metode bimbingan kelompok juga memberikan pengarahkan dan pemberian motivasi yang biasanya dilakukan pada saat setelah ceramah agama disampaikan,
jadi penyuluh setelah memberikan ceramah keagamaan sebelum penutup dengan doa ada pemberian motivasi, biasanya dilakukan dengan cara permainan games
dan diakhir permainan itu di jelaskan pelajaran apamanfaat yang bisa diambil dari permainan tersebut tentang kehidupan sehari-hari. Tetapi pemberian motivasi ini
tidak hanya pada saat dalam ceramah keagamaan saja, bisa juga pada saat konseling kelompok atau konseling individu. Bisa juga pada saat case conference
pembahasan masalah dengan WBS yang bermasalah.
55
Tujuan dari pemberian motivasi ini adalah: 1. Mampu bertindak secara efisien,
2. Memiliki tujuan hidup yang jelas, 3. Mampu mengkonsep diri,
4. Mampu mengkoordinasikan antara segenap potensial dengan usaha-usahanya, 5. Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian,
6. Memiliki batin yang tenang, 7. Posisi pribadinya seimbang dan baik,
8. Selaras dengan dunia luar, dengan dirinya sendiri dan dengan lingkunganya.
55
Observasitemuan lapangan pada saat penelitian dari bulan September 2016
Dari kedua metode yang diterapkan kepada lansia maka dapat dikatakan pelaksanaan bimbingan Rohani terhadap lansia sudah cukup bagus dan efektif
dengan metode-metode yang digunakan oleh pembimbing, akan tetapi masih perlu untuk ditingkatkan supaya lansia dimasa tuanya memiliki kualitas rohani dan
ibadahnya yang lebih baik lagi. Namun dalam kesuksesan pelaksanaan pelayanan bimbingan rohani di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 PSTW terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya, Tenaga pengajar yang kopenten
di bidangnya, memiliki keahlian dan ilmumateri yang dapat di terapkan dalam pelaksanaan bimbingan rohani, sarana dan prasarana fasilitas yang ada di PSTW
sangat mendukung untuk berlangsungnya bimbingan rohani, seperti gedung aula, sound system, papan tulis, infokus dan laptop, anggaran dana yang langsung di
berikan sepenuhnya dari pemerintah daerah Provinsi DKI Jakarta, dari WBS itu sendiri adanya rasa keinginan yang kuat untuk mau merubah dirinya dan bertekad
ingin lebih baik lagi setelah dari PSTW ini, dan kerja sama dengan intasi pemerintah dalam hal ini adalah kepolisian dan instansi terkait. Sementara faktor
Penghambatnya. Adanya kejenuhan dan malas-malasan dari WBS dalam mengikuti kegiatan, keterbatasan dana yang di alokasikan untuk proses kegiatan
bimbingan rohani masih sangat terbatas, fasilitas yang masih belum begitu lengkap, dan gedung aula yang terkadang berbenturan pelakasaan bimbingan
rohani dengan cek kesehatan yang dilaksanakan di dalam gedung aula, WBS yang berbeda pendidikan dan pengalaman, hal ini juga menjadi faktor penghambat
dalam penyampaian materi yang akan di berikan oleh pembimbing, dan waktu yang sangat terbatas.
Pemanfaatan pendukung yang ada untuk mewujudkan perubahan sosial adalah hal penting supaya kegiatan pelayanan sosial dan bimbingan rohani tidak
hanya ideal pada tataran konsep, tetapi disertai dengan kinerja maksimal menuju tercapainya tujuan ideal yaitu mengantarkan warga binaannya menjadi mapan dan
mampu mengembangkan potensi dalam dirinya agar merubah baik dari sisi spiritual dan tergolong pada kelompok masyarakat yang hidup layak untuk
kemudian hari. Namun dapat kita sadari mewujudkan idealisme tidak semudah yang kita
bayangkan, dalam prosesnya selalu terdapat kendala. Salah satu yang patut mendapat perhatian lebih ialah dari individunya sendiri, terkadang adanya rasa
jenuhan dan malas-malasan dalam mengikuti rehabilitasi dan bimbingan rohani, belum lagi keterbatasan dana, sarana dan prasaran yang kurang memadai, tingkat
pendidikan yang berbeda dan waktu yang sangat terbatas. Untuk mengatasi itu semua di perlukan komitmen yang kuat untuk bergerak dan memperbaiki hal
tersebut.
57