Selain penyakit menular, penggunaan air juga dapat memicu terjadinya kontaminasi dari zat–zat berbahaya atau beracun. Beberapa kasus keracunan
akibat mengonsumsi air yang terkontaminasi di antaranya: –
Kasus keracunan kobalt Co yang terjadi di Nebraska Amerika Serikat yang diakibatkan kontaminasi kobalt di dalam air. Akibat keracunan
kobalt ini dapat berupa gagal jantung, kerusakan kelenjar, kerusakan kelenjar gondok, tekanan darah tinggi dan pergelangan kaki membengkak
–
Keracunan kadmium Cd di kota Toyoma, Jepang. Keracunan ini menyebabkan terjadinya pelunakan tulang, sehingga tulang–tulang
punggung menjadi sangat nyeri. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata bahwa beras yang dimakan penduduk Toyoma berasal dari tanaman padi
yang selama bertahun–tahun mendapatkan air yang telah tercemar kadmium Sumantri, 2010.
2.4 Syarat Air Minum
Menurut Sutrisno dan Suciastuti 2010, air minum harus memenuhi beberapa persyaratan bila ditinjau dari segi kualitasnya, yaitu:
a. Syarat Fisik
Air yang baik untuk dikonsumsi adalah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak bebau, jernih, suhu air hendaknya dibawah sela udara sejuk ±
25°C.
b. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air minum yang tidak boleh mengandung racun, zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah
ditentukan. c.
Syarat Bakteriologik Air minum tidak boleh mengandung bakteri–bakeri penyakit patogen
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri–bakteri golongan Coli melebihi batas–batas yang ditentukan yaitu 1 Coli100 ml air. Air yang
mengandung bakteri golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia.
2.5 Standar Kualitas Air Minum
Standar kualitas air minum merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air minum. Dengan standar tersebut, dapat diketahui kualitas
air minum layak atau tidak untuk dikonsumsi. Standar kualitas air minum harus memenuhi kualitas secara fisika, kimia dan biologi. Standar fisika menetapkan
batasan tentang sifat fisik air. Standar kimia menetapkan tentang batasan bahan kimia yang terkandung di dalam air minum yang diperbolehkan sehingga tidak
berbahaya untuk dikonsumsi. Standar biologi menetapkan ada atau tidaknya mikroorganisme patogen dan non patogen yang terkandung di dalam air minum
Slamet, 2009. Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga ditetapkan
berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 492MENKES