Pihak-Pihak Dalam Kegiatan Jasa Keuangan Perbankan

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia serta Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dan 2. Undang-Undang Perbankan No. 7 Tahun 1992 serta Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 29

B. Pihak-Pihak Dalam Kegiatan Jasa Keuangan Perbankan

Pengertian pihak terafiliasi pada Bank adalah pihak yang mempunyai hubungan dengan kegiatan serta pengelolaan usaha jasa pelayanan yang diberikan oleh Bank. Hubungan tersebut melalui cara menggabungkan dirinya pada Bank tersebut, tetapi dengan tidak kehilangan identitasnya. 30 29 Ibid., Hal. 21 30 Kasmir, “Dasar-Dasar Perbankan”, PT. Raja Grafindo Persada, Bandung, 2006, Hal. 125 Penggabungan diri tesebut karena keterikatan kepemilikan, bahkan adanya keterikatan hubungan keluarga dengan pihak tertentu, pengurusan, ataupun karena hubungan kerja biasa, seperti karyawan atau karena hubungan kerja dalam rangka memberikan pelayanan jasa kepada Bank, seperti konsultan hukum. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terafiliasi pada lembaga perbankan, dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan atau Pasal 1 angka 22 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Ketentuan tersebut menentukan pihak-pihak yang terafiliasi, yaitu: Universitas Sumatera Utara - Anggota Dewan Komisaris, Pengawas, Direksi, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan Bank. - Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau kuasanya, pejabat, atau karyawan Bank, khusus bagi Bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. - Pihak yang memberikan jasanya kepada Bank, Antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum, dan konsultan lainnya. - Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan Bank, Antara lain, pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga Direksi, dan keluarga pengurus. 1. Dewan Komisaris dan Direksi Bank. Pengaturan Dewan Komisaris dan Direksi diatur secara khusus dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu pada Pasal 38 dan Pasal 39. Ketentuan Pasal 38 mengatur hal-hal sebagai berikut: - Pengangkatan keanggotaan Dewan Komisaris dan Direksi Bank wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. - Perubahan keanggotaan Dewan komisaris dan Direksi wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. a. Dewan Komisaris Bank. Lembaga perbankan merupakan lembaga yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat karena Universitas Sumatera Utara menyangkut kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, badan usaha yang melakukan pengerahan dana masyarakat tersebut memerlukan pengawasan intern yang ketat pula. Dalam ketentuan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Dewan Komisaris tersebut merupakan hal yang perlu ada dalam kelengkapan organisasi perusahaan Bank. Dengan melihat bentuk hukum Banknya, maka pengertian dan posisi Komisaris tersebut mengacu pada ketentuan yang melandasi bentuk Bank yang bersangkutan. Bagi Bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas, Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan, yaitu sebagaimana diberikan pengertiannya dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Yang dimaksud Komisaris bagi Bank yang berbentuk hukum perusahaan daerah adalah pengawas bagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 5 1992 tentang Perusahaan Daerah sedangkan Bank yang berbentuk hukum koperasi, Komisaris adalah pengawas yang dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat Universitas Sumatera Utara anggota, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 Undang- Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Ketentuan menjadi Anggota Dewan Komisaris sebuah Bank secara umum harus memenuhi persyaratan : - Tidak termasuk dalam daftar orang tercela di bidang perbankan sesuai dengan ditetapkan oleh Bank Indonesia. - Memiliki kemampuan dalam menjalankan tugasnya. - Menurut penilaian Bank Indonesia yang bersangkutan memiliki integritas yang baik, yaitu memiliki akhlak dan moral yang baik, mematuhi Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, memiliki komitmen yang tinggi terhadap perkembangan operasional Bank yang sehat, serta dinilai layak dan wajar untuk menjadi Anggota Dewan Komisaris. Jumlah Anggota Dewan Komisaris sekurang-kurangnya dua orang dan sebanyak-banyaknya sama dengan jumlah Direksi. Untuk Bank yang didirikan secara kemitraan dengan pihak asing maka sekurang-kurangnya terdapat satu orang Anggota Dewan Komisaris dan harus warga negara Indonesia serta berkedudukan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara b. Direksi Bank. Direksi merupakan kepala penggerak roda jalannya perusahaan. Setiap perusahaan memiliki satu atau lebih Direksi sesuai kebutuhan organisasi perusahaan tersebut. Direksi menjalankan suatu perusahaan karena diberi kuasa oleh perusahaan untuk dapat menjalankan kegiatannya. Berbeda dengan perwakilan biasa, dasar wewenang seorang Direksi Bank bukanlah Power of attorney surat kuasa, melainkan anggaran dasar perusahaannya. Direksi merupakan pelaksana tertinggi yang menjalankan pengelolaan kegiatan berjalannya suatu Bank tersebut. Kewajiban adanya Direksi pada Bank, juga diatur dalam ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas, yaitu khususnya pada Pasal 79 ayat 2 yang menetapkan bahwa : “ perseroaan yang dibidang usahanya menyerahkan dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 dua orang Direksi”. c. Dewan Pengawas Syariah. Khusus untuk Bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, maka selain Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi, juga ada lembaga lain yaitu Dewan Pengawas Syariah. Dalam ketentuan Pasal 21 peraturan Bank Indonesia Nomor 617PBI2004 tentang Bank Universitas Sumatera Utara Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah diatur bahwa Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : - Integritas - Kompetensi - Reputasi keuangan 2. Pejabat dan Karyawan Bank. Pejabat dan karyawan Bank adalah pegawai Bank, yaitu pihak pelaksana menjalankan wewenang dan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas operasional Bank sehingga mereka mempunyai akses tertentu terhadap informasi mengenai keadaan Bank. Pejabat Bank adalah mereka yang memiliki tanggung jawab penuh sebagai pimpinan atau pelaksana atau pengawas pada Bank tersebut, yaitu meliputi Direksi dan Anggota Dewan Komisaris, sedangkan Karyawan adalah mereka yang melaksanakan seluruh kegiatan operasional Bank termasuk juga Direksi. 3. Pengelola dan Karyawan Bank yang berbentuk Koperasi. 4. Konsultan, Akuntan Publik, dan Penilai − Konsultan Hukum. Konsultan hukum adalah operasional Bank berada di luar pengurusan Bank yang bersangkutan. Tugasnya berupa memberikan nasihat kepada pengurus ataupun dapat bertindak sebagai kuasa hukum dari Bank yang bersangkutan juga dapat Universitas Sumatera Utara memberikan suatu penelitian hukum Legal audit guna menentukan legitimasi hukum legal opinion dalam prospektus sebagai salah satu persyaratan untuk go publik. Konsultan hukum sangat diperlukan untuk meneliti : - Ada tidaknya perbuatan-perbuatan perusahaan, atau Direksinya melawan hukum - Bagaimana kelengkapan dokumen-dokumen yang wajin dimiliki perusahaan seperti perizinan usaha, sertifikat- sertifikat dan lain-lain. − Akuntan Publik. Pengertian secara hukum akuntan publik dapat ditemukan dalam Pasal 1 huruf c surat keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 3041KEPDIRTentang Laporan Tahunan Bank Umum tanggal 9 Juni 1998, yaitu akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin usaha melakukan kegiatan pemberian jasa audit yang dikeluarkan oleh menteri keuangan serta terdaftar di Bank Indonesia. − Penilai. Penggunaan jasa penilaian dalam kegiatan perbankan modern merupakan hal yang biasa, jasanya diperlukan dalam estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu harta pada saat tertentu sesuai standar penilai Indonesia. Penilaian seperti itu dipakai dalam rangka pelaksanaan revaluasi atau aset atau aktiva perusahaan. Pemberi jasa penilaian disebut penilai, yaitu orang Universitas Sumatera Utara perseorangan yang dengan keahliannya menjalankan kegiatan penilaian. Guna menjalankan profesinya dalam jasa penilaian, maka penilai wajib terlebih dahulu mendapat izin dari menteri keuangan. 31 Membicarakan suatu masalah hukum tidak akan terlepas dari perjalanan awal dan perkembangannya. Hal ini tidaklah mengherankan sebab dalam ilmu pengetahuan hukum, kita mengenal adanya “aliran sejarah”. Inti pemikiran dari aliran tersebut yaitu bahwa hukum tidak dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Mengetahui perkembangan dan sejarah Perbankan memiliki manfaat yang besar. Hal tersebut sesuai dengan asas dari segala keilmuan, yaitu bahwa untuk memperoleh pemahaman sesuatu gejala tidak akan mengkin dengan tidak mengetahui hubungan-hubungannya. Melalui sejarah pula kita mengenal keadaan-keadaan yang sangat berlainan dari yang biasa kita hadapi dan dengan demikian kita bisa memahami bahwa yang kini ada bukanlah satu-satunya yang mungkin. Dari pemahaman tersebut, maka kita dapat mengenal faktor-faktor apa saja yang melahirkan suatu lembaga tertentu.

C. Sejarah Dan Asas Hukum Perbankan