PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas X-1 SMA Persatuan Guru Islam Indonesia 2 Bandung.

(1)

PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas X-1 SMA Persatuan Guru Islam

Indonesia 2 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

oleh

YOGI SIREGAR (0807009)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas X-1 SMA Persatuan Guru Islam

Indonesia 2 Bandung)

Oleh Yogi Siregar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yogi Siregar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran sejarah yang menunjukan rendahnya aktivitas belajar siswa. Hal tersebut menyebabkan peneliti merasa perlu untuk memperbaiki kondisi pembelajaran sejarah di kelas tersebut melalui penggunaan media gambar guna meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Kemmis & Taggart yang terdiri dari, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek siswa kelas X-1 SMA Persatuan Guru Islam Indonesia 2 Bandung. Data penelitian diperoleh melalui observasi terbuka, wawancara, tugas siswa dan dokumentasi. Sumber data yaitu siswa, guru sejarah dan proses pembelajaran. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dan tiga tindakan. Berdasarkan hasil observasi, diskusi balikan dan pengolahan data selama pelaksanaan tindakan, diperoleh hasil bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran sejarah di kelas X-1 dapat dilakukan dengan cukup baik. Media gambar yang ditampilkan di kelas X-1 adalah media dengan jenis gambar yang disesuaikan dengan materi. Media gambar yang ditampilkan di kelas disajikan dalam kertas karton putih, dicetak dengan menggunakan printer. Dalam menggunakan media gambar tersebut, guru juga tidak terlepas dari kendala-kendala yang diantaranya adalah; 1) guru belum terbiasa menggunakan media gambar dalam pembelajaran. 2) gambar yang kurang sesuai dengan materi. 3) penggunaan media gambar menyita waktu yang tidak sedikit, yang kadang kala mengganggu proses Pembelajaran. 4) mengenai teknis pembuatan gambar yang membutuhkan keterampilan khusus. Selain itu dibutuhkan pula modal yang tidak sedikit. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung, Hal ini menunjukkan bahwa media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa keas X-1 SMA PGII 2 Bandung. Sasaran peneliti dalam pembelajaran di sekolah, dengan menggunakan media gambar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam pemilihan media.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II STUDI PUSTAKA ... 9

A. Pembelajaran Sejarah ... 9

1. Pembelajaran ... 9

2. Pembelajaran Sejarah ... 12

B. Media Pembelajaran ... 14

1. Pengertian Media ... 14

2. Pengertian Media Gambar ... 15

3. Fungsi dan Manfaat Media Gambar dalam Pembelajaran ... 17

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Media ... 20

5. Pemilihan Media Pembelajaran ... 21

6. Karakteristik Media Pembelajaran ... 23

C. Aktivitas Belajar ... 25

1. Pengertian Belajar ... 25

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 27

D. Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Lokasi dan Subjek ... 35


(6)

1. Rencana (plan) ... 37

2. Tindakan (act) ... 38

3. Pengamatan (observe) ... 38

4. Refleksi (reflect) ... 39

C. Metode Penelitian ... 39

D. Definisi Operasional ... 43

1. Media Gambar ... 43

2. Aktivitas Belajar ... 44

E. Teknik Pengolahan Data ... 44

1. Analisis Data ... 45

2. Validasi Data ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

1. Observasi ... 47

2. Wawancara ... 48

3. Studi Dokumentasi ... 48

4. Tugas Siswa ... 49

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 50

A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50

B. Data dan Analisis Data Hasil Penelitian ... 55

1. Data Hasil Perencanaan Penerapan Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 55

2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah dengan Menerapkan Media Gambar ... 65

3. Peningkatan Hasil Penelitian Setelah diterapkanya Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa ... 84

4. Kendala yang dihadapi dalam Penerapan Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Sejarah ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Rekomendasi ... 102


(7)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 107 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pengembangan Materi Siklus I ... 58

Tabel 1.2 Pengembangan Materi Siklus II ... 60

Tabel 1.3 Pengembangan Materi Siklus III ... 64

Tabel 3.1 Pedoman Observasi Keaktivan Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar ... 85

Tabel 3.2 Hasil Observasi Siswa pada Tindakan I ... 86

Tabel 4.3 Hasil Observasi Siswa pada Tindakan II ... 88


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Pembimbing ... Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... Lampiran 3 Surat Keterangan ... Lampiran 4 Frekuensi Bimbingan ... Lampiran 5 Media Gambar ... Lampiran 6 Dokumentasi ... Lampiran 7 Silabus ... Lampiran 8 RPP ... Lampiran 9 Catatan Lapangan ... Lampiran 10 Lembar Observasi ... Lampiran 12 Pedoman Wawancara ...


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlangsungnya pembelajaran sejarah di lingkungan formal selama ini hanya cukup dengan cerita-cerita saja tanpa adanya suatu penggunaan media. Media yang menandai dalam suatu proses pembelajaran untuk menghindari dari verbalisme maka dari itu media gambar menjadi sangat lah penting dalam proses pembelajaran sejarah. Dan seringkali diindentikan dengan proses transfer informasi atau ilmu dari guru kepada siswa. Proses transmission (transfer ilmu/ informasi) yang dilakukan oleh guru ke siswa secara terus-menerus. Tanpa adanya suatu inovasi dalam pembelajaran akan menyebabkan suatu kejenuhan dalam proses belajar mengajar di kelas, tanpa inovasi dalam pembelajaran, sejarah akan menjadi hal yang tidak menyenangkan dimata siswa. Selain itu terjadi suatu anggapan bahwa guru sebagai penyampai materi dan menjadi sumber satu-satunya bagi siswa.

Berdasarkan pedapat Sudjana (1989: 28) yang berpendapat bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Menurut pendapat Adams & Dickey (Ruhimat 2008: 116-121) secara luas menyatakan belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu maka guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar (facilitator), mengorganisasi kelas (organizer), mengembangkan bahan pembelajaran (developer), menilai program-proses-hasil pembelajaran (evaluator) dan memonitor aktivitas siswa (supervisor) dan sebagainya.


(11)

Seperti pendapat yang telah dikemukakan di atas maka belajar adalah hal yang harus dilakukan dan sangat mendasar bagi manusia. Belajar merupakan proses yang dilakukan secara berkesinambungan, melakukan inovasi pada pembelajaran dengan berbagai cara atau usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan cara memanfaatkan setiap sarana atau sumber baik di dalam atau di luar pranata pendidikan. Karena itu dalam proses pembelajaran sejarah, guru harus menjadi fasilitator yang dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran.

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sanjaya (2010: 208-209, b) bahwa melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi kongkrit sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Karena materi pembelajaran sejarah konteksnya adalah membahas tentang masa lalu dan tidak sedikit dari konsep yang ada di dalam materi sejarah adalah sesuatu yang abstrak dan membutuhkan daya nalar yang tinggi, maka siswa memerlukan alat bantu atau media untuk menvisualisasikannya. Tujuanya adalah agar membantu siswa untuk mempermudah dalam memahami konsep-konsep atau mempertinggi penguasaan siswa terhadap materi dalam pembelajaran sejarah.

Pemanfaatan media gambar sangat efektif dalam meningkatkan belajar siswa, karena media gambar dapat memperjelas konsep abstrak dan mentransformasikan pengetahuan verbal yang sering disampaikan oleh guru saat pembelajaran di kelas. Pemanfaatan media secara maksimal dalam pembelajaran akan mempengaruhi minat belajar siswa, aktivitas belajar siswa maupun terhadap hasil belajar siswa.

Proses pembelajaran yang seharusnya menarik dan menyenangkan, pada kenyataanya tidak demikian. Seperti yang telah digambarkan oleh Ismaun (2001: 12) bahwa pendidikan sejarah masih berkosentrasi pada peristiwa-peristiwa sejarah yang tertuang dalam buku saja. Apa yang dipelajari oleh siswa dari buku-buku tersebut seolah-olah sesuatu hal yang dianggap sudah final, dan seperti


(12)

kebenaran abadi. Keterkaitan antara peristiwa-peristiwa sejarah terjadi dalam masyarakat sekitar sekolah dan tempat siswa atau daerahnya dapat dikatakan tidak ada. Lebih-lebih lagi semakin tua usia suatu peristiwa sejarah yang dipelajari oleh siswa, semakin jauh jarah waktu antara peristiwa sejarah tersebut dengan diri siswa yang semakin kurang atau tidak ada keterkaitannya dengan apa yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekolah dan siswa.

Hal ini pun sependapat dengan tanggapan Wiraatmadja (2002: 133), bahwa banyak siswa yang mengeluh bahwa pembelajaran sejarah itu sangat membosankan karena isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun, tokoh, dan peristiwa sejarah. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada siswa dan siswa tinggal menghafalnya di luar kepala.

Permasalahan yang diungkapkan di atas tersebut juga dialami oleh siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung. Sebuah keharusan bagi guru dapat menyajikan materi dengan baik, termasuk dalam mata pelajaran sejarah yang menjadi fokus penelitian oleh penulis. Berangkat dari hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis pada pra penelitian ke sekolah, ada beberapa permasalahan yang terdapat pada pembelajaran sejarah. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan informasi mengenai bentuk masalah belajar yang diamati dalam kegiatan belajar di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung.

Adapun permasalahannya adalah tidak semua pelajaran khususnya sejarah dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Dapat dilihat ketika proses pembelajaran sejarah sedang berlangsung, tidak semua siswa dapat merespon pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran sejarah malah dimanfaatkan siswa untuk melakukan aktivitas lain.

Ketika proses pembelajaran berlangsung, terlihat perhatian siswa berkurang (tidak lagi fokus), bersamaan dengan berlalunya waktu hal tersebut dapat dilihat dengan adanya siswa yang asik berbincang-bincang (mengobrol di luar konteks pembelajaran) dengan teman sebelahnya dan siswa yang tertidur di saat pembelajaran sedang berlangsung. Karena pembelajaran sejarah dianggap kurang begitu menarik bagi siswa yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak kondusif.


(13)

Alokasi waktu yang tersedia pada mata pelajaran sejarah di SMA PGII 2 Bandung dinilai sangat cukup, mata pelajaran sejarah di sekolah tersebut hanya diberikan waktu 1 jam pelajaran dalam 1 minggu yang berlaku pada semua kelas. Dengan alokasi waktu yang tidak terlalu panjang untuk mata pelajaran sejarah guru kurang memanfaatkan jam pelajaran tersebut untuk memberikan materi dengan berbagai variasi yang berbeda. Dan tidak nampak adanya vasiasi atau media yang dugunakan saat proses pembelajaran berlangsung.

Padahal pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai bentuk maupun cara, seperti yang diungkapkan Gagne (Wena, 2009: 22) bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang harmonis.

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas masalah yang terdapat pada rendahnya aktivitas belajar siswa yang masih kurang. Untuk itu perlu adanya solusi kongkrit untuk memecahkan masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Tugas guru dalam hal ini adalah menggunakan pendekatan mengajar yang berorientasi pada antusias belajar dan aktivitas belajar siswa, yaitu penerapan media gambar untuk menuntut siswa aktif dalam berpikir dan bertindak apa yang sedang dipelajari. Sehingga hal tersebut akan berdampak kepada aktivitas siswa dalam belajar.

Penerapan sebuah media dalam pembelajaran di kelas selain dapat mengembangkan kemampuan ajar guru sebagai pengajar di kelas, media juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. selain itu kenapa peneliti menerapkan dan memilih media gambar karena peneliti menilai media gambar lah yang dinilai cukup efektif untuk digunakan di kelas tersebut, itu dikarena alokasi yang diberikan untuk mata pelajaran sejarah di sekolah tersebut sangat terbatas dan jikalau pun peneliti memilih media yang lain maupun yang lebih hidup jika dibandingkan dengan media gambar misalnya seperti menampilkan film, video ataupun media audio visual yang lainnya maka peneliti dapat dipastikan akan membutuhkan waktu


(14)

lebih untuk mengoperasikannya. Dan memang sangat lah disayangkan pula karena fasilitas sekolah yang memang dapat dikatakan masih belum memadai, sekolah hanya menyediakan satu alat proyeksi atau infocus (LCD), jika harus dibayangkan setiap guru dari setiap masing-masing mata pelajaran dan kelas yang ingin menggunakan infocus diwaktu yang bersamaan. Karena itulah kenapa peneliti lebih memilih media gambar, karena media ini peneliti dapat membuatnya langsung dan yang terpenting adalah tidak terlalu mengandalkan fasilitas sekolah yang masih kurang.

Media gambar sebagai media pembelajaran memang memiliki dampak terhadap aktivitas belajar siswa, untuk itu penulis mencoba mengajukan salah satu penerapan media gambar sebagai salah satu alat yang digunakan dalam pembelajaran sejarah, dengan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan

Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas X-1 SMA Persatuan Guru Islam Indonesia 2 Bandung )”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas maka peneliti mengajukan permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Penerapan Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah?”

Agar permasalahan di atas dapat terarah dengan demikian peneliti membatasinya dengan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran melalui media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar Siswa di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung? 2. Bagaimana melaksanakan penerapan media gambar untuk meningkatkan


(15)

3. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar Siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung setelah diterapkannya media gambar dalam mata pelajaran sejarah?

4. Bagaimana mengatasi kendala yang dialami dalam penerapan media gambar di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. mendeskripsikan penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran sejarah kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung.

2. Mengkaji dan mendeskripsikan mengenai pelaksanaan penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung pada mata pelajaran sejarah dan media gambar yang cocok untuk digunakan.

3. Mendapatkan gambaran mengenai efektifitas media gambar terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung setelah diterapkanya media gambar pada mata pelajaran sejarah.

4. Menganalisis kendala dan solusi dalam penerapan media gambar pada pembelajaran sejarah di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian ilmiah diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Manfaat bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan media gambar dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa, lalu mampu menggunakan metode maupun media dan teknik tersebut dalam pembelajaran sejarah yang menarik antusias belajar siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar.


(16)

2. Manfaat bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi guru untuk memilih suatu inovasi dalam pembelajaran sejarah agar mampu menarik minat belajar siswa serta dapat menjadi masukan bagi guru sebagai salah satu pengembangan inovasi dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih bervariasi.

3. Manfaat bagi siswa, siswa diharapkan memperoleh pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan antusias belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran sejarah.

4. Manfaat bagi lembaga (sekolah), akan bermanfaat dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran sejarah di SMA PGII 2 Bandung.

E. Struktur Organisasi

Sebagai struktur organisasi dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis susun sebagai berikut:

Bab I, adalah pendahuluan yangmerupakan bagian awal dari penulisan, dalam bab ini terbagi dalam beberapa sub bab diantaranya: latar belakang masalah, yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti ini muncul dan apa yang menjadi alasan penulis mengangkat masalah tersebut. Selain latar belakang masalah terdapat pula rumusan masalah dan pertanyaan penelitian dibuat agar peneliti menjadi lebih fokus pada permasalahan. Tujuan penelitian bertujuan untuk menyajikan hal yang ingin dicapai setelah melaksanakan penelitian. Terdapat juga manfaat penelitian dan struktur organisasi.

BAB II, merupakan landasan teoritis yang berisi mengenai definisi pembelajaran sejarah penerapan media gambar, , aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran serta bagaimana penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penjabaran mengenai konsep yang berkaitan dengan materi yang diangkat.

BAB III, merupakan prosedur penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitianya. Yang terbagi dalam beberapa sub bab, diantaranya: seting penelitian,


(17)

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data.

BAB IV, merupakan hasil penelitian dan pembahasannya. Pada bab ini berisikan hasil penelitian, di dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil-hasil data yang telah diolah peneliti serta adanya analisis dari hasil pengolahan data tersebut.

BAB V, penutup. Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil pembahasan dan saran-saran atau rekomendasi. Dalam bab ini disajikan penafsiran atau pemaknaan peneliti berupa kesimpulan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain kesimpulan ada pula saran yang bertolak dari titik lemah atau kurangnya yang didapatkan selama penelitian.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) ini dilaksanakan di sekolah yang berlokasi di Jln. Pahlawan Belakang No. 17 Bandung yaitu di SMA Persatuan Guru Islam Indonesia 2 Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa yang duduk dikelas X.1 SMA PGII 2 Bandung tahun ajaran 2013-2014. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 26 orang, terdiri dari 16 perempuan dan 10 laki-laki.

Peneliti menggunakan teknik pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah purposve sampling. Menurut Sugiyono (2009: 300) “purposve sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Adapun pertimbangan peneliti memilih kelas X.1 SMA PGII 2 Bandung sebagai subjek penelitian berdasarkan atas pelaksanaan observasi yang mana menunjukan bahwa adanya suatu pembelajaran yang kurang kondusif.

Berdasarkan pengamatan peneliti, peneliti mendapatkan gambaran bahwa situasi pembelajaran yang kurang kondusif dan terdapat kelas yang selalu gaduh dan prestasi belajar siswa kelas X.1 rendah jika dibandingkan dengan kelas lainya khususnya dalam pembelajaran sejarah.

B. Desain Penelitian

Menurut Milan (Muhadi, 2011: 11) “desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian”. Metode yang peneliti gunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang merujuk pada model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart.

Desain yang digunakan adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Alasan peneliti menggunakan desain model spiral tersebut


(19)

adalah karena desain spiral yang sederhana dan mudah dimengerti oleh peneliti. Selain itu desain spiral tersebut efektif dan efesien dengan masalah yang diteliti yaitu “penerapan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran sejarah”. Untuk mengetahui apakah siswa memiliki aktivitas yang tinggi dalam belajar yaitu apakah tumbuh, tetap, atau malah menurun setelah diterapkanya media gambar, tidak akan bisa diketahui dengan hanya dalam satu tindakan, tapi dalam beberapa siklus dilakukan agar hasil yang didapat akurat.

Prosedur penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) akan dilakukan dengan beberapa siklus. Setiap siklus di dalamnya terdiri dari tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode yang peneliti gunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang merujuk pada model beberapa siklus spiral dari Kemmis dan Mc Taggart. Adapun gambar desainya sebagai berikut:

Gambar B.1. Desain Penelitian

Model spiral dari Kemmis dan Taggart terdiri dari empat langkah dimana akan terus berulang seperti spiral sampai akhirnya permasalahan yang dirasakan mengalami perbaikan. Dari gambar tersebut terdapat empat langkah penting dalam PTK, yaitu rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi. Mengadopsi desain penelitian tindak kelas (PTK) model Kemis & MC Taggart ( Aqib, 2008: 22-23). Menjelaskan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

Refleksi

Observasi Tindakan 1 Rencana tindakan Rencana Tindakan 2 Pra Rencana Tindakan 3 Observasi Observasi Refleksi Refleks i

Tindakan 2 Tindakan 3


(20)

Keterangan:

1. Rencana (plan)

Rencana atau perencanaan adalah suatu persiapan yang harus dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian dilapangan. Perencanaan akan terkait dengan beberapa hal, dalam tahapan ini berupa penyusunan rencana tindakan yang menjelaskan tentang bagaimana tindakan tersebut dilakukan, dengan tahapan ini diharapkan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan dapat tersusun dengan baik dan dapat direncanakan terlebih dahulu.

Dalam tahap ini peneliti akan menyusun serangkaian rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilakukan bersama guru mitra untuk mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Pada penelitian ini rencana yang disusun adalah:

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

b. Menentukan observasi pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian.

c. Meminta kesediaan guru untuk menjadi kolaborator peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator mengenai waktu penelitian. e. Mendiskusikan dan menentukan materi yang akan diterapkan dalam

penelitian tindakan kelas.

f. Menyusun silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan saat pembelajaran dalam penelitian.

g. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mengukur proses pembelajaran..

h. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian untuk melihat perkembangan aktivitas belajar siswa.

i. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan dengan kolaborator peneliti.

j. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan dengan mitra peneliti.


(21)

k. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari penelitian.

2. Tindakan (act)

Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara seksama. Kunandar (2008: 72) tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.

Tindakan dalam penelitian tindakan kelas harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis yang terencana. Ini dapat terjadi jika tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional dan terukur. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu tindakan yang sesuai dengan silabus dan rencana pengajaran yang telah disusun.

b. Mengoptimalkan penggunaan media gambar dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Mengadakan evaluasi non test dengan rubrik yang telah dibuat oleh guru. d. Menggunakan instrument penelitian yang telah disusun.

e. Melakukan diskusi balikan dengan mitra penelitian.

f. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan. g. Melaksanakan pengolahan data.

3. Pengamatan (observe)

Observasi pada PTK mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang. Observasi yang hati-hati dalam hal ini sangat diperlukan untuk mengatasi keterbatasan tindakan yang diambil peneliti yang disebabkan oleh adanya keterbatasan menembus rintangan yang ada di lapangan.


(22)

Pada tahap ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan sebagai berikut:

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang diteliti.

b. Pengamatan mengenai kesesuaian penerapan media gambar dengan materi yang berlangsung.

c. Pengamatan kesesuaian penggunaan media gambar dengan kaidah-kaidah teoritis yang digunakan.

d. Mengamati perubahan dalam aktivitas belajar siswa ketika proses pembelajaran.

4. Refleksi (reflect)

Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan strategik. Menurut Kunandar (2008: 75) pada tahapan ini peneliti dan mitra mengingat semua penelitian yang berlangsung dari awal hingga akhir dan mengevaluasi untuk memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang.

Langkah ini juga dapat digunakan untuk menjawab variasi situasi sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya tindakan terencana. Pada kegiatan ini peneliti melakukan sebagai berikut:

a. Kegiatan diskusi balikan dengan kolaborator maupun mitra dan siswa setelah tindakan dilakukan.

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya.

C. Metode Penelitian

Tahapan awal dari suatu penelitian adalah menentuan sebuah metode yang tepat untuk digunakan oleh peneliti. Metode penelitian adalah hal terpenting dalam suatu penelitian karena dapat sangat menentukan kesuksesan atau tidakanya suatu penelitian terutama dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi


(23)

peneliti. Tujuanya adalah untuk menjadi pedoman agar dapat mengarahkan dalam pelaksanaan penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian adalah suatu cara memperoleh informasi atau memecahkan permasalahan yang ada (pada pendidikan). Metode yang peneliti gunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang merujuk pada model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart.

Menurut Sugiyono (2009: 2) bahwa “ metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Menurut Milan (Muhadi, 2011: 11) “desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian”.

Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) menurut Aqib (2008: 12-13) dari namanya sendiri penelitian tindakan kelas sebenarnya sudah menunjukan isi yang terkandung di dalamnya. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka maka ada tiga pengertian pula yang dapat diterangkan: 1. Penelitian - kegiatan yang mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untukmeningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan - sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas - sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang salah dan dipahami secara luas oleh umum dengan “ruang tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dapat kerja di lab, lapangan olahraga, workshop, dan lain-lain.


(24)

Menurut Supriatna (2007: 190), juga turut melengkapi pendapat di atas bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan terjemahan dari (Classroom Action Research) dapat didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara individual atau kelompok terhadap masalah pembelajaran yang dihadapinya guna memecahkan masalah tersebut atau menghasilkan model atau prosedur tertentu yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar dan kultur yang sedang berlaku dilingkungan setempat.

Dari pengertian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dilakukan dan terjadi di dalam sebuah kelas. Selain itu juga penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) juga memiliki sifat dan karakteristik tertentu. Metode penelitian adalah menekankan kepada cara bagaimana memperoleh data yang menekankan pada bagaimana caranya mendapatkan informasi atau data yang bisa disebut sebagai strategi, proses dan pendekatan dalam memilih jenis, karakteristik, dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan.

Menurut Winter (Aqib, 2008: 17) ada enam kharakteristik penelitian tindak kelas (Classroom Action Research), yaitu:

1. Kritik refleksi, 2. Kritik dialektis, 3. Kolaborasi, 4. Resiko,

5. Susunan jamak, dan

6. Internalisasi teori dan praktik.

Menurut Hopkins (Aqib, 2008: 17) melengkapi bahwa ada enam prinsip dalam penelitian tindak kelas (Classroom Action Research), yaitu sebagai berikut:


(25)

1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apa pun metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang diterapkannya seyogianya tidak menggagu komitmenya sebagai pengajar.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang menggagu proses pembelajaran. 3. Metode yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru

mengidentifikasi serta merumuskan hipoteris secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk mrnjawab hipotesis yang dikemukakan.

4. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesional.

5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaan.

6. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan class room excerding perspective, dalam arti permasalahan tidak terlihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melaikan perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Sebagai contoh yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah adalah memperbaiki sekolah, sedangkan pengewas sekolah memperbaiki sistem pendidikan (operasional kepengawasan). PTK hanyalah sebuah modal, yang penting proses memperbaiki.

Secara umum penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan. Selain itu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) juga memberikan kontribusi kepada pengajar (guru) atau mereka yang sedang menghadapi persoalan dan membutuhkan penyelesainya dalam hal pendidikan.Tujuan tersebut sebenarnya “melekat” di dalam diri seorang pengajar


(26)

(guru) dalam melakukan tugasnya sebuah penunaian misi profesional kependidikan.

Menurut Mulyasa (2005: 155) secara umum penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) bertujuan untuk:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di kelas;

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas khususnya layanan kepada peserta didik (siswa);

3. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas; dan

4. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dulakukan.

Menurut Aqib (2008: 18) Adapun manfaat yang dapat dipetik jika guru (pengajar) mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas itu terkait dengan komponen pembelajaran, antara lain:

1. Inovasi pembelajaran.

2. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas. 3. Peningkatan profesionalisme guru.

D. Definisi Operasional.

Definisi operasional dalam penelitian ini diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman antara penulis dan pembaca dalam menafsirkan istilah yang terdapat dalam judul penelitian. Untuk memudahkan dalam penelitian, maka di bawah ini terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :


(27)

Media Gambar adalah alat yang digunakan sebagai suatu alat salur untuk menyampaikan pesan atau informasi yang berguna untuk merangsang perhatian siswa dalam proses belajar mengajar, dalam bentuk gambar yang menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian, tempat maupun objek yang akan di perlihatkan dalam bentuk gambar.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan prilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar, kegiatan yang dimaksud tersebut adalah kegiatan yang mengarah kepada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas, dapat menjawab pertanyaan dari guru dan dapat bekerja sama dengan siswa yang lain termasuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

Maka aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan dalam bentuk sikap, pikiran dan perhatian dalam kegiatan belajar untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa dapat diukur melalui perhatian siswa atau fokus siswa dalam pembelajaran, keaktifan siswa dan rajinnya siswa mengejakan ataupun mengumpulkan tugas dari guru. Berdasarkan definisi operasional, maka indikator-indikator yang merujuk pada aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Perhatian belajar siswa yang menunjukkan fokusnya siswa dalam pembelajaran.

b. Aktifnya siswa dalam proses pembelajaran (bertanya, menjawab dan mengajukan pendapat).

c. Rajin mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

E. Teknik Pengolahan Data

Analisis data dilakukan terhadap data yang terkupul dan berpedoaman pada kenyataan-kenyataan yang telah dibuat dalam penelitian. Data yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menemukan


(28)

kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian. Adapun prosedur pengolahan data kualitatif. pengumpulan, kodifikasi dan kategorisasi data sebagai berikut: (1) Validasi Data. Dan (2) Analisis Data.

1. Analisis Data

Menurut Sanjaya (2010: 106 a) menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan sebagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan untuk dapat melihat hasil dari penelitian, data diperoleh pada saat pra penelitian dan data yang diperoleh pada saat pelaksanaan penilitian yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode media gambar dan setelah melaksanakan pembelajaran berupa hasil tes. Data yang sudah terkumpul dari berbagai instrumen penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis. Pada penelitian data yang dikumpulkan berupa tes belajar siswa, wawancara dan catatan lapangan. Data yang terkumpul akan diolah, karena menurut Sanjaya (2010: 107 a) mengungkapkan bahwa “data yang telah dikumpulkan tidak akan berarti apa-apa tanpa dianalisis dan diberi makna melalui interpretasi data”.

Prosedur yang akan digunakan dalam pengolahan dan analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Menurut Sugiono (2005: 92). reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dilakukan karena jumblah data yang banyak oleh karena itu diperlukan pencatatan secara teliti agar menghasilkan data yang akurat. b. Penyajian Data

Menurut sugiono (2005: 95) “dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat maupun hubungan antara kategori”.


(29)

2. Validasi data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah aktivitas belajar siswa yang dilakukan pada saat tindakan dilakukan. Oleh karena itu dalam mengumpulkan semua data yang ada di lapangan diperlukan beberapa perangkat peneliatian. Adapun perangkat-perangkat yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data antara lain:

a. Member check, merupakan salah satu alat validasi data, pada tahap ini peneliti memeriksa kembali keterangan ataupun informasi data yang diperoleh dari observasi dan wawancara. Menurut Wiraatmadja (2009: 168) yaitu memberikan kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber. Pada penelitian ini member check dilakukan antara guru, siswa dan peneliti. b. Audit trail, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan meminta

bantuan kepala mitra guru yang memahami prosedur penelitian tindakan kelas untuk memerikasa keabsahan didalam proses yang dipakai peneliti dalam pengambilan keputusan. Memeriksakan data yang telah dukumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini audit trail dilakukan dengan cara mendiskusikan dengan mitra peneliti. Dengan menggunakan audit trail, dapat memeriksa kesalahan-kesalahan di dalam metode yang digunakan oleh peneliti, dan juga dalam pengambilan suatu keputusan. c. Expert opinion adalah nasehat dari para pakar. Expert opinion dilakukan

dengan meminta saran dan nasehat kepada pembimbing. Perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing akan memvalidasi hipotesis, konstruk, dan analisis sehingga akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian yang dilakukan. Pada tahap ini peneliti akan berkonsultasi pada pembimbing untuk mendiskusikan data yang didapatkan pada setiap tindakan sehingga pembimbing dapat memberikan masukan dan kritikan apakah data tersebut sudah cukup tepat dan dipercaya.


(30)

d. Triangulasi adalah memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang dilakukan peneliti dengan membandingkan dengan hasil mitra lain yang hadir dan menyaksikan pada situasi yang aman. Perbandingan yang telah dilakukan menyebabkan peneliti mempunyai kesempatan untuk menganalisisnya dan melakukan perubahan berdasarkan data yang baru dan lengkap. Pada tahap ini peneliti akan berdiskusi dengan kolaborator mengenai data yang telah diperoleh kemudian menyimpilkan kekurangan dan kelebihan tindakan yang telah dilakukan. Kekurangan haris diperbaiki pada pertemuan selanjutnya sedangkan kelebihan harus dipertahankan dan dimaksimalkan.

F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, maka instrumen atau teknik pengumpulan data dalam proses penelitian ini maka sangat dibutuhkannya suatu teknik atau cara bagaimana data tersebut dapat terkumpul yang selanjutnya dapat diolah oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan alat-alat sebagai berikut:

1. Observasi/Catatan Lapangan

Teknik pengumpulan data yang pertama adalah pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi biasa disebut pula dengan pengamatan. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Teknik observasi peneliti digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi belajar siswa disekolah, kegiatan di perpustakaan, dan kegiatan belajar mengajar sejarah di kelas. Peneliti mengobservasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Menurut Syaodih (2007: 220) observasi (Observation) atau


(31)

pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Metode observasi dilakukan karena dalam penelitian tindakan kelas, penelitian mengamati aktivitas pada proses pembelajaran, mengamati apa saja yang dilakukan siswa dan guru.

2. Wawancara (interview)

Interview yang sering disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang terwawancara. Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan dan mengumpulkan informasi tambahan sehubungan dengan model pembelajaran sejarah pada umumnya, kesulitan apa saja yang ditemui dalam proses pembelajaran, dan upaya apa yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin dan bebas. Interview dilakukan secara lisan dan tatap muka.

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang banyak digunakan pada penelitian kualitatif, deskriptif, kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara (interview) peneliti sebelumnya sudah mempersiapkan apa saja yang akan ditanyakan pada pelaksanaan wawancara hal ini dilakukan agar terstruktur dengan baik. Peneliti pula harus memiliki hubungan baik dengan narasumber, agar dalam pelaksanaan wawancara dengan narasumber dapat berjalan lancar dan dapat dengan leluasa memberikan komentarnya atau jawabanya atas apa yang peneliti tanyakan.

3. Studi Dokumentasi

Metode ini adalah studi dokumenter, suatu teknik pengumpulan data dan menganalisis dokumen-dokumen, baik yang tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumentasi seperti halnya gambar dapat digunakan untuk mengabadikan


(32)

bagaimana proses pembelajaran yang menggunakan media gambar, kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran yang berlangsung tersebut.

Metode yang ketiga adalah studi dokumenter (Dokumentari study), menurut Syaodih (2007: 221) dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Metode dokumentasi seperti halnya gambar dapat digunakan untuk mengabadikan bagaimana pembelajaran yang menggunakan media gambar berlangsung, kegiatan siswa dan kegiatan guru pada proses pembelajaran tersebut.

4. Tugas Siswa

Tugas siswa diberikan baik secara individu maupun kelompok untuk memperlihatkan hasil refleksi siswa secara non-lisan. Hal ini dilakukan untuk melihat aktivitas belajar siswa apakah siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Tugas-tugas refleksi ini dapat berbentuk berbagai produk misalnya karangan bebas, puisi, artikel, surat, karikatur, poster dan lain-lain.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di kelas X-1 kondisi awal pembelajaran di kelas tersebut siswa kurang tertarik pada pelajaran sejarah karena materi yang banyak ingatan, cerita-cerita saja dan guru hanya menjelaskan dengan ceramah di depan kelas tanpa menggunakan media yang menarik yang dapat membantu siswa memahami materi. Peneliti melihat aktivitas siswa dalam belajar sejarah masih kurang, hal tersebut terlihat dalam proses pembelajaran, hanya beberapa siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan peneliti pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada pembelajaran sejarah yang dilaksanakan di kelas X-1 SMA PGII (Persatuan Guru Islam Indonesia) 2 Bandung mengenai “Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah”, maka secara garis besar dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, mendesain pembelajaran bukan lah hal yang mudah. Konsep-konsep yang akan dikembangkan mungkin masih belum dapat dipahami oleh siswa atau bahkan sama sekali tidak mengetahui dan belum pernah mendengarnya. Untuk itu memerlukan usaha yang gigih, ketelitian dan kerjasama peneliti dengan pihak sekolah khususnya guru mata pelajaran. Yang mana peneliti akan bertindak sebagai pelaksana senantiasa selalu berkonsultasi dengan semua pihak merencanakan pembelajaran yang efektif agar penerapan dan pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan media gambar demi meningkatkan aktivitas belajar siswa dapat berjalan dengan baik dan lancar, tentunya mencapai kesuksesan sebagaimana apa yang diharapkan peneliti. Materi pembelajaran disampaikan tidak hanya materi secara mutlak, tetapi dengan menyisipkan konsep-konsep yang telah di rancang. Perencanaan yang dilakukan guru untuk


(34)

mengimplementasikan pembelajaran sejarah dengan menggunakan media gambar dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran sejarah yaitu meliputi penyusunan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanan Pembelajaran) sesuai dengan langkah-lagkah dalam pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan hanya sampai tiga siklus, karena dalam siklus ketiga peneliti menganggap bahwa pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Kedua, pelaksanaan Pembelajaran sejarah di SMA PGII 2 Bandung dengan mengguanakan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada awalnya, peneliti mengalami kesulitan baik itu yang datangnya dari siswa maupun dari peneliti sendiri. Siswa yang menerima pembelajaran sejarah dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar ini merupakan siswa kelas X-1, dimana mereka baru memasuki jenjang pendidikan SMA. Kebiasaan mereka pada waktu SMP masih terbawa sampai SMA. Hal ini yang membuat mereka kurang berkeinginan untuk mengutarakan pendapat, gagasan dan ide-ide yang mungkin akan memperkaya pembelajaran. Pengetahuan yang terbatas juga membuat mereka kurang berani untuk bertanya, menjawab dan berpendapat. Hal tersebut lah yang menjadi tantangan peneliti untuk melanjutkan penelitian ini dan berusaha mewujudkan apa yang diharapkan yaitu perubahan ke arah yang lebih baik.

Ketiga, berita baik bagi peneliti karena hasil yang dicapai sudah dapat dikatakan berhasil. Peningkatan aktivitas belajar siswa melalui media gambar, melalui tindakan yang dilaksanakan di kelas X-1 SMA PGII 2 Bandung, menghasilkan dampak positif, karena siswa dituntut untuk membaca dan memahami materi. Dengan media gambar siswa lebih dapat memahami materi dan dapat mengingat kembali konsep-konsep yang telah dijelaskan oleh guru, dengan demikian siswa mampu menemukan pemahaman yang lebih mendalam melalui cerita maupun gambaran dalam media gambar tersebut. Seperti yang telah dipaparkan diatas dimana siswa pada awalnya hanya duduk diam dan mendengar apa yang disampaikan oleh guru, mengiyakan semua dan menelan bulat-bulat. Dikarenakan belajar di sekolah hanya sebatas belajar, tidak ada manfaat yang


(35)

dapat diterapkan dalam kehidupan nyata dan membosankan, dirubah kearah pemikiran bahwa belajar itu menyenangkan, dapat bermanfaat bagi diri siswa, bahkan hingga lingkungan. Sebagai siswa, salah satu perubahan yang dialami siswa melalui peningkatan belajar yaitu dengan adanya peningkatan aktivitas untuk belajar, minimal datang ke sekolah berniat untuk belajar supaya mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, sampai di sekolah mereka dapat bersosialisasi dengan teman, guru, dan dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian situasi belajar menyenangkan dan membuat anak lebih bersemangat lagi untuk sekolah. Proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media gambar, dapat meningkatnya aktivitas siswa seperti minat baca, berperan aktif dalam proses pembelajara dan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran sejarah, juga meningkatnya aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, dimana guru hanya mengarahkan serta mengkondisikan jalanya suatu proses pembelajaran. Dengan hasil yang telah dipaparkan di atas, peneliti beranggapan bahwa penelitian ini berhasil.

Keempat, kendala yang dihadapi guru adalah kesulitan baik itu yang datangnya dari siswa maupun dari peneliti sendiri. Siswa yang menerima pembelajaran sejarah dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar ini merupakan siswa kelas X-1, dimana mereka baru memasuki jenjang pendidikan SMA. Kebiasaan mereka pada waktu SMP masih terbawa sampai SMA. Hal ini membuat mereka kurang berkeinginan untuk mengutarakan pendapat, gagasan dan ide-ide yang mungkin akan memperkaya pembelajaran. Pengetahuan yang terbatas juga membuat mereka kurang berani untuk bertanya, menjawab dan berpendapat. Kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar terutama skenario pembelajaran yang terkadang kurang tepat kemudian ukuran gambar yang harus disesuaikan dengan keadaan kelas, kurangnya kemampuan guru mengkondisikan kelas ketika siswa sudah mulai tidak fokus dalam pembelajaran, siswa kurang aktif ketika proses pembelajaran, terdapat siswa yang mengobrol dalam pembelajaran dan mengandalkan temanya ketika ingin menanyakan sesuatu kepada guru, dan


(36)

keterbatasan waktu. Sedangkan solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan guru berusaha memahami dengan benar tentang makna dan langkah-langkah pembelajaran melalui media gambar, guru senantiasa meningkatkan kemampuan secara optimal dengan menambah wawasan ilmu pengetahuan baik tentang metode pembelajaran dll.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupaun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam pembuatan serta penggunaan media pembelajaran yang harus disesuaikan dengan materi pembelajaran, agar siswa tidak jenuh dan justru sebaliknya siswa aktif dalam belajar khususnya pada mata pelajaran sejarah.

2. Bagi siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pada pembelajaran sejarah menjadi lebih interaktif dan siswa dapat meningkatkan keaktifanya dalam pembelajaran aejarah.

3. Bagi sekolah agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah, memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada guru untuk berekspresi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan media dan metode pembelajran yang akan diterapkan di sekolah. Dan kepala sekolah hendaknya dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.

4. Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang penggunaan media gambar, sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai penerapan media gambar terhadap peningkatan aktivitas, minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah memperbanyak lagi materi mengenai media pembelajaran terutama media yang menarik dan mudah dibuat oleh


(37)

guru, Dan memberikan sarana dan prasarana yang menunjang bagi mahasiswa untuk dapat berkreasi dalam membuat media pembelajaran.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2008). Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Borman, R., D. (1988). Media Instruksional IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Harahap, H. (1982). Tehnik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bulan Bintang. Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Muhadi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Riyana, C. Dkk. (2007). Media Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS

Ruhimat, T., dkk. (2008). Kurikulum & pembelajaran. Bandung: MKDP Universitas Pendidikan Indonesia.

Sadiman. (1996). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Persada Media.

Sanjaya, W. (2010 a). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Grup. Sanjaya, W. (2010 b). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: PT


(39)

Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Subana, M dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, N. dan Daeng, A. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung. Sinar Baru.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, N. (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: History Utama Press.

Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional 2006, Penerbit Fokus Media.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Konteporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah Di Indonesia : Profesional Perspektif Lokal, Nasional Dan Global. Bandung : Remaja Rosada.

Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sumber Jurnal:

Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna. Jurnal Historis. No. 4, Vol II.

Sjamsuddin, H. (2008). “Pembelajaran Sejarah Refleksi dan Prospek”, dalam Sejarah Sebuah Penilaian: Refleksi 70 tahun Prof.Dr. H. Asmawi Zainul, M.Pd. Bandung. Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.


(40)

Sumber Tesis:

Kurnila, N. (2008). Pemanfaatan Metode Sugesti-Imajinatif Melalui Media Lagu Bagi Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Sma Negri 3 Ketapang Kalimantan Barat. Tesis pada Fakultas Pasca Sarjana, UPI. Tidak diterbitkan.

Mistanti, S. (2013). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menyimak dengan Media ICT ( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III C SD Negeri I Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS pada Falkultas Pascasarjana, USM. Tidak diterbitkan.

Sumber Skripsi:

Fauziah, F.F. (2012). Penggunaan Media Gambar Cerita Proklamasi Kemerdekaan RI Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS: Pada Siswa Tunarungu Di SMALB Cicendo Kota Bandung. Skripsi pada FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kartika, R. (2011). Penggunaan Media Gambar Kartun Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XII IPS 1 SMAN 20 Bandung. Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Prastiana, D.N. (2012). Pemanfaatan Media LCD Sound Slide Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN Pagerejo II. Skripsi pada PGSD, UP. Tidak diterbitkan. Sulastri, E. (2004). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Tramiliya, T. (2012). Penerapan Media Komik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganaegaraan. Skripsi pada Falkultas Ilmu Pengetahuan Sosial, UPI. Tidak diterbitkan.


(1)

dapat diterapkan dalam kehidupan nyata dan membosankan, dirubah kearah pemikiran bahwa belajar itu menyenangkan, dapat bermanfaat bagi diri siswa, bahkan hingga lingkungan. Sebagai siswa, salah satu perubahan yang dialami siswa melalui peningkatan belajar yaitu dengan adanya peningkatan aktivitas untuk belajar, minimal datang ke sekolah berniat untuk belajar supaya mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, sampai di sekolah mereka dapat bersosialisasi dengan teman, guru, dan dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian situasi belajar menyenangkan dan membuat anak lebih bersemangat lagi untuk sekolah. Proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media gambar, dapat meningkatnya aktivitas siswa seperti minat baca, berperan aktif dalam proses pembelajara dan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran sejarah, juga meningkatnya aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, dimana guru hanya mengarahkan serta mengkondisikan jalanya suatu proses pembelajaran. Dengan hasil yang telah dipaparkan di atas, peneliti beranggapan bahwa penelitian ini berhasil.

Keempat, kendala yang dihadapi guru adalah kesulitan baik itu yang datangnya dari siswa maupun dari peneliti sendiri. Siswa yang menerima pembelajaran sejarah dengan menggunakan media gambar untuk meningkatkan aktivitas belajar ini merupakan siswa kelas X-1, dimana mereka baru memasuki jenjang pendidikan SMA. Kebiasaan mereka pada waktu SMP masih terbawa sampai SMA. Hal ini membuat mereka kurang berkeinginan untuk mengutarakan pendapat, gagasan dan ide-ide yang mungkin akan memperkaya pembelajaran. Pengetahuan yang terbatas juga membuat mereka kurang berani untuk bertanya, menjawab dan berpendapat. Kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran menggunakan media gambar terutama skenario pembelajaran yang terkadang kurang tepat kemudian ukuran gambar yang harus disesuaikan dengan keadaan kelas, kurangnya kemampuan guru mengkondisikan kelas ketika siswa sudah mulai tidak fokus dalam pembelajaran, siswa kurang aktif ketika proses pembelajaran, terdapat siswa yang mengobrol dalam pembelajaran dan mengandalkan temanya ketika ingin menanyakan sesuatu kepada guru, dan


(2)

keterbatasan waktu. Sedangkan solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan guru berusaha memahami dengan benar tentang makna dan langkah-langkah pembelajaran melalui media gambar, guru senantiasa meningkatkan kemampuan secara optimal dengan menambah wawasan ilmu pengetahuan baik tentang metode pembelajaran dll.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupaun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut: 1. Bagi guru dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam pembuatan serta

penggunaan media pembelajaran yang harus disesuaikan dengan materi pembelajaran, agar siswa tidak jenuh dan justru sebaliknya siswa aktif dalam belajar khususnya pada mata pelajaran sejarah.

2. Bagi siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pada pembelajaran sejarah menjadi lebih interaktif dan siswa dapat meningkatkan keaktifanya dalam pembelajaran aejarah. 3. Bagi sekolah agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal,

maka hendaknya sekolah, memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada guru untuk berekspresi secara kreatif dan inovatif dalam menentukan media dan metode pembelajran yang akan diterapkan di sekolah. Dan kepala sekolah hendaknya dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.

4. Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang penggunaan media gambar, sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai penerapan media gambar terhadap peningkatan aktivitas, minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah memperbanyak lagi materi mengenai media pembelajaran terutama media yang menarik dan mudah dibuat oleh


(3)

guru, Dan memberikan sarana dan prasarana yang menunjang bagi mahasiswa untuk dapat berkreasi dalam membuat media pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. (2008). Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Borman, R., D. (1988). Media Instruksional IPS. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Harahap, H. (1982). Tehnik Penilaian Hasil Belajar. Jakarta : Bulan Bintang. Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Muhadi. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Riyana, C. Dkk. (2007). Media Pembelajaran Sekolah Dasar. UPI PRESS

Ruhimat, T., dkk. (2008). Kurikulum & pembelajaran. Bandung: MKDP Universitas Pendidikan Indonesia.

Sadiman. (1996). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Persada Media.

Sanjaya, W. (2010 a). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Grup. Sanjaya, W. (2010 b). Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta: PT


(5)

Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Subana, M dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, N. dan Daeng, A. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, N. (1991). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung. Sinar Baru.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, N. (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: History Utama Press.

Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional 2006, Penerbit Fokus Media.

Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Konteporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah Di Indonesia : Profesional Perspektif Lokal, Nasional Dan Global. Bandung : Remaja Rosada.

Wiriaatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sumber Jurnal:

Ismaun. (2001). Paradigma Pendidikan Sejarah yang Terarah dan Bermakna. Jurnal Historis. No. 4, Vol II.

Sjamsuddin, H. (2008). “Pembelajaran Sejarah Refleksi dan Prospek”, dalam Sejarah Sebuah Penilaian: Refleksi 70 tahun Prof.Dr. H. Asmawi Zainul, M.Pd. Bandung. Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Sumber Tesis:

Kurnila, N. (2008). Pemanfaatan Metode Sugesti-Imajinatif Melalui Media Lagu Bagi Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X Sma Negri 3 Ketapang Kalimantan Barat. Tesis pada Fakultas Pasca Sarjana, UPI. Tidak diterbitkan.

Mistanti, S. (2013). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menyimak dengan Media ICT ( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas III C SD Negeri I Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS pada Falkultas Pascasarjana, USM. Tidak diterbitkan.

Sumber Skripsi:

Fauziah, F.F. (2012). Penggunaan Media Gambar Cerita Proklamasi Kemerdekaan RI Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPS: Pada Siswa Tunarungu Di SMALB Cicendo Kota Bandung. Skripsi pada FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Kartika, R. (2011). Penggunaan Media Gambar Kartun Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XII IPS 1 SMAN 20 Bandung. Skripsi FPIPS UPI. Tidak diterbitkan.

Prastiana, D.N. (2012). Pemanfaatan Media LCD Sound Slide Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN Pagerejo II. Skripsi pada PGSD, UP. Tidak diterbitkan. Sulastri, E. (2004). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika

Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Tramiliya, T. (2012). Penerapan Media Komik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganaegaraan. Skripsi pada Falkultas Ilmu Pengetahuan Sosial, UPI. Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 4 BRANTI RAYA

0 18 16

PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 2 SMA Pasundan 8 Bandung.

0 1 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARCS UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X IIS 4 SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Geografi).

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 Di SMA N 1 Tasikmalaya.

0 5 65

PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN.

0 5 29

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU PERMAINAN SEJARAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 14 Bandung.

0 0 58

PENERAPAN METODE DEBAT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 2 SMA Pasundan 8 Bandung - repository UPI S SEJ 0800973 Title

0 0 3

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA ISLAM BAWARI PONTIANAK

0 0 11