Hubungan antara motivasi belajar, iklim kelas, dukungan orangtua dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Depok tahun pelajaran 2012 2013

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS,

DUKUNGAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Lucia Nawangsari Anggar Kusuma NIM: 091334033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS,

DUKUNGAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Lucia Nawangsari Anggar Kusuma NIM: 091334033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

iii


(5)

iv

Persembahan

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua orang tuaku Bapak Heribertus Tugino dan Ibu

Katarina Purwani

Adikku Angelina Devani Rahajeng

Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(6)

Faith-v

Motto

“ Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”

“Tuhan tidak pernah ingkar janji dan akan selalu

menepatinya jika waktunya telah tiba”

“Usahamu hari ini adalah masa depanmu esok”

“Berjalan lebih lama dari biasanya, berpikir lebih keras dari

biasanya, bekerja lebih lama dari biasanya, tekat lebih kuat

dari biasanya dan mulut yang tak pernah berhenti untuk

berdoa”


(7)

(8)

(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS, DUKUNGAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lucia Nawangsari Anggar Kusuma Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara: (1) motivasi belajar dan prestasi belajar, (2) iklim kelas dan prestasi belajar, (3) dukungan orang tua dan prestasi belajar.

Jenis penelitian adalah studi kasus dilakukan di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2013. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Depok. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI yang berjumlah 164 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Depok kelas XI (rhitung = 0,199 ; ρ = 0,011 < α = 0,05); (2) tidak ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Depok kelas XI (rhitung = 0,081 ; ρ = 0,305 > α = 0,05); (3) tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Depok kelas XI (rhitung = 0,105; ρ= 0,179 >α = 0,05).


(10)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION, CLASS CIRCUMSTANCES, PARENTS’ SUPPORT AND

LEARNING ACHIEVEMENT OF SMA NEGERI I DEPOK STUDENTS 2012/2013 ACADEMIC YEAR

Lucia Nawangsari Anggar Kusuma Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to know the significant correlation between: (1) learning motivation and learning achievement, (2) class circumstances and learning achievement, (3) parents’ support and learning achievement.

This research is a case study which was conducted in SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. The research was conducted from April until May 2013. The technique of gathering the data were questionnaire, documentation and interview. The research population were all students of SMA Negeri 1 Depok . The samples were the eleventh grade students. The total samples were 164 students. The researcher used purposive sampling technique to take samples. The researcher used Spearman Correlation technique to analyse the data.

The result of the data shows that: (1) there is a significant and positive correlation between learning motivation and learning achievement of the eleventh grade students of SMA Negeri 1 Depok(rcount= 0,199 ; ρ= 0,011< α = 0,05); (2) there is no significant correlation between the class circumstances and learning achievement of the eleventh grade students of SMA Negeri 1 Depok (rcount= 0,081

; ρ= 0,305 >α = 0,05); (3) there is no significant correlation between the parents’ support and learning achievement of the eleventh grade students of SMA Negeri 1 Depok (rcount= 0,105; ρ= 0,179 >α = 0,05).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, IKLIM KELAS, DUKUNGAN ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1 DEPOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa dan Bunda Maria yang telah mengabulkan doa-doa dan permohonanku.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Rohandi, Ph.D.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si.

4. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si.


(12)

xi

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam menyusun skripsi.

6. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. sebagai dosen penguji skripsi yang telah menguji dan memberikan masukan yang berharga kepada penulis.

7. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. sebagai dosen penguji skripsi yang telah menguji dan memberikan masukan yang berharga kepada penulis.

8. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu selama kuliah kepada penulis.

9. Bapak Drs. Maskur selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 10. Kepada siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 1 Depok yang telah bersedia

mengisi kuesioner.

11. Ayahku Heribertus Tugino dan Ibuku Katarina Purwani yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, dukungan, doa dan materiil kepada penulis.

12. Adikku Angelina Devani Rahajeng dan Om Heri yang telah mendoakan dan mendukungku selama ini.

13. Sahabat Kurcaciku, Septi, Evi, Bety, Herni dan Pipin yang sudah menemaniku selama 4 tahun di Jogja. Terima kasih buat canda, tawa,


(13)

(14)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Teoritik ... 10

1. Belajar... 10

2. Prestasi Belajar ... 14

3. Motivasi Belajar... 16

4. Iklim Kelas... 19

5. Dukungan Orang Tua ... 22

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu... 25


(15)

xiv

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 29

D. Populasi, Teknik Sampling dan Ukuran Sampling... 30

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya... 31

F. Teknik Pengumpulan Data... 37

G. Pengujian Kuesioner ... 39

H. Teknik Analisis Data... 57

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 63

A. Sejarah SMA... 63

B. Pengertian SMA Negeri 1 Depok ... 67

C. Latar Belakang ... 68

D. Tujuan Satuan Pendidikan ... 69

E. Sistem Pendidikan ... 71

F. Kurikulum ... 75

G. Organisasi Sekolah ... 75

H. Sumber Daya Manusia... 81

I. Siswa SMA Negeri 1 Depok ... 82

J. Kondisi Fisik ... 83

K. Proses Belajar Mengajar ... 89

L. Fasilitas Pendidikan dan Latihan... 92

M. Majelis Sekolah... 93

N. Hubungan Dengan Instansi Lain... 99

O. Usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 100

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 103

A. Deskripsi Data... 103

B. Uji Prasyarat... 107

C. Pengujian Hipotesis ... 109


(16)

xv

B. Keterbatasan... 118

C. Saran... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(17)

xvi

Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar... 32

Tabel III.2 Operasionalisasi Variabel Iklim Kelas... 33

Tabel III.3 Operasionalisasi Variabel Dukungan Orang Tua... 34

Tabel III.4 PAP Tipe II ... 36

Tabel III.5 Perhitungan Interval Skor Siswa... 37

Tabel III.6 Pengujian I: OutputUji Validitas Motivasi Belajar... 41

Tabel III.7 Hasil Uji Validitas I Motivasi Belajar ... 42

Tabel III.8 Pengujian II: OutputUji Validitas Motivasi Belajar ... 44

Tabel III.9 Hasil Uji Validitas II Motivasi Belajar ... 45

Tabel III.10 Operasionalisasi Baru Variabel Motivasi Belajar ... 46

Tabel III.11 Pengujian I: OutputUji Validitas Iklim Kelas... 47

Tabel III.12 Hasil Uji Validitas I Iklim Kelas... 47

Tabel III.13 Pengujian II: OutputUji Validitas Iklim Kelas ... 49

Tabel III.14 Hasil Uji Validitas II Iklim Kelas ... 49

Tabel III.15 Operasionalisasi Baru Variabel Iklim Kelas... 50

Tabel III.16 Pengujian I: Output Uji Validitas Dukungan Orang Tua... 51

Tabel III.17 Hasil Uji Validitas I Dukungan Orang Tua ... 51

Tabel III.18 Pengujian II: Output Uji Validitas Dukungan Orang Tua ... 53

Tabel III.19 Hasil Uji Validitas II Dukungan Orang Tua ... 53

Tabel III.20 Operasionalisasi Baru Variabel Dukungan Orang Tua... 54

Tabel III.21 Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar ... 56

Tabel III.22 Hasil Pengujian Reliabilitas Iklim Kelas ... 56


(18)

xvii

Tabel IV.2 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Depok ... 82

Tabel IV.3 Bangunan di SMA Negeri 1 Depok... 84

Tabel IV.4 Peran, Fungsi Manajemen dan Indikator Kerja ... 94

Tabel V.1 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Motivasi Belajar... 104

Tabel V.2 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Iklim Kelas... 104

Tabel V.3 Perhitungan dan Interpretasi Penilaian Dukungan Orang Tua... 105

Tabel V.4 Perhitungan dan Interpretasi Prestasi Belajar ... 106

Tabel V.5 Hasil Uji Normalitas ... 107

Tabel V.6 Hasil Uji Liniearitas ... 108

Tabel V.7 Interpretasi Hubungan Antar Variabel ... 109


(19)

xviii

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... 122

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas... 130

Lampiran 3 Tabulasi Kuesioner Penelitian dan Nilai Rapor ... 138

Lampiran 4 Uji Normalitas dan Linearitas ... 155

Lampiran 5 Uji Korelasi Kendall dan Spearman... 159

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi... 162

Lampiran 7 Tabel r dan F... 174

Lampiran 8 Hasil Wawancara... 179

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ... 188


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan adalah dunia dimana setiap manusia berusaha untuk menambah ilmu dan pengetahuan mereka yang nantinya akan menjadi bekal dalam meraih cita-cita dan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan dapat diperoleh melalui dua jalur, yakni pendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal biasanya diperoleh di lingkungan sekolah, sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh di lingkungan keluarga, agama, pergaulan dan masyarakat. Pendidikan yang diberikan oleh sekolah umumnya lebih didominasi oleh pendidikan dalam bidang akademik, karena memang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan berbagai macam ilmu pengetahuan formal, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Daerah, dan mata pelajaran lain. Tetapi memang disela-sela memberikan bekal dalam bidang akademik, sekolah juga memberikan pendidikan dan bimbingan kepribadian misalnya dalam pembentukan tingkah laku, sikap dan mental siswa. Kekuatan antara akademik dan kepribadian memang selalu diusahakan untuk berjalan secara seimbang.

Prestasi yang tinggi adalah hasil akhir yang memang menjadi tujuan utama setiap siswa untuk diraih. Sudah bukan menjadi rahasia


(21)

umum lagi bahwa prestasi yang cemerlang merupakan tolok ukur atas keberhasilan dan kepintaran seorang siswa. Carol (dalam Uno dan Mohamad, 2012:190) mengatakan bahwa apabila siswa diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan ia menggunakan sebaik-baiknya, maka ia akan mencapai hasil yang diharapkan.

Tingkat penguasaan materi dalam konsep belajar tuntas ditetapkan antara 75%-90%. Berdasarkan konsep belajar tuntas, maka pembelajaran yang efektif adalah apabila setiap siswa sekurang-kurangnya dapat menguasai 75% dari materi yang diajarkan. Sehingga untuk meraih hasil belajar maksimal tersebut dan prestasi terbaik di sekolah banyak usaha yang selalu dilakukan oleh siswa, seperti belajar dengan giat, mengikuti les privat, melengkapi semua fasilitas yang dibutuhkan siswa dalam belajar dan banyak membaca buku yang menunjang pembelajaran maupun untuk memperluas wawasan mereka. Selain itu faktor lingkungan belajar juga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti lingkungan keluarga, iklim kelas sebagai tempat siswa belajar di sekolah dan situasi sekolah itu sendiri.

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam belajar. Motivasi tinggi belum tentu merupakan bawaan lahir dari seseorang. Motivasi tumbuh ketika seseorang mengharapkan sesuatu atau telah menetapkan tujuan untuk diraih, sehingga seseorang akan berusaha dengan giat dan penuh semangat untuk mencapainya. Terkadang motivasi juga tumbuh setelah seseorang mengalami kegagalan. Sama halnya dengan


(22)

motivasi dalam hal belajar. Motivasi belajar merupakan semangat dan kemauan belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa. Jika kita melihat secara luas dan nyata, banyak siswa yang kurang memiliki perasaan senang dalam belajar, tetapi ketika siswa tersebut mengalami kegagalan dalam pencapaian nilai rapor yang sangat kurang dan berakibat buruk pada prestasinya, maka lama-kelamaan siswa tersebut akan menumbuhkan motivasi belajar yang lebih tinggi daripada sebelumnya dengan tujuan untuk memperbaiki prestasinya di sekolah. Ketika siswa telah memiliki motivasi atau semangat dalam belajar maka walaupun sesusah apapun materi yang sedang dipelajari maka siswa tersebut tidak akan mudah putus asa sehingga akan lebih cepat memahami materi.

Slavin (dalam Uno dan Mohamad, 2012:193-194) mengatakan bahwa motivasi merupakan salah satu prasyarat yang paling penting dalam belajar. Bila tidak ada motivasi, maka proses pembelajaran tidak akan terjadi dan motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Hubungan motivasi dengan tujuan yang akan dicapai dikemukakan oleh Weiner (dalam Uno dan Mohamad, 2012:194). Berdasarkan penelitiannya, Weiner membuktikan bahwa seseorang pada tingkat kecemasan akan kegagalan yang tinggi, tetapi ia dapat melaksanakan tugas dengan baik, maka berdasarkan pengalamannya dapat mempermudah mengerjakan tugas. Tetapi seseorang yang mempunyai tingkat kecemasan yang rendah, maka ia akan lebih banyak memerlukan dorongan untuk menyelesaikan tugasnya. Penemuan ini menunjukkan bahwa akibat motivasi, maka


(23)

keberhasilan atau kegagalan tergantung dari bagaimana individu dapat mengadaptasikan kemampuan dirinya dengan tujuan yang akan dicapai.

Selain faktor intern, ada juga faktor ekstern yang juga turut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satunya adalah iklim kelas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:466) kelas merupakan ruang tempat belajar di sekolah. Jadi ketika siswa sedang bersekolah maka kelas adalah ruangan di mana siswa melakukan proses pembelajaran, baik saat mendengarkan penjelasan dari guru, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, memahami materi, berdiskusi dengan teman maupun saat mengerjakan ujian. Dengan fungsi yang sangat primer tersebut, maka ruang kelas harus dikondisikan sebaik mungkin agar para siswa merasa nyaman saat melakukan proses pembelajaran. Baik dari segi fisik ruangan yang meliputi kebersihan, kelengkapan sarana belajar, sirkulasi udara dan cahaya juga tata letak perangkat kelas; maupun dari segi suasana yang diciptakan oleh peserta didik itu dan para guru yang mengajar. Kondisi dan suasana ini sering dikenal dengan iklim kelas.

Menurut Sagala (2006:91) iklim dapat dipandang sebagai karakteristik abadi yang mencirikan suatu kelas tertentu, yang membedakannya dari kelas lain dan mempengaruhi perilaku guru dan siswa. Di lain pihak, iklim kelas sebagai perasaan yang dipunyai guru dan siswa terhadap suasana belajar di kelas itu. Jika iklim kelas mampu diciptakan sekondusif mungkin maka proses pembelajaran akan berjalan lebih lancar, konsentrasi siswa juga akan lebih terbentuk sehingga para


(24)

siswa akan lebih mampu untuk berprestasi. Namun untuk mewujudkan iklim kelas yang baik harus ada kerjasama antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan diri mereka sendiri. Karena kepribadian mereka juga akan sangat mempengaruhi perilaku mereka dalam menciptakan suasana kelas. Ada siswa yang kalem, pintar, kurang pintar, suka membuat keramaian, maupun siswa yang biasa-biasa saja. Selain siswa, guru pun juga turut mempengaruhi, terlebih bagaimana cara guru tersebut dapat mengendalikan kelas maupun suasana yang mereka ciptakan saat mengajar para siswa. Apakah komunikasi yang dijalin bagus atau adanya suatu kecanggungan antara guru dan siswa. Selain itu, iklim kelas juga dipengaruhi oleh tata tertib yang berlaku di kelas tersebut. Jika tata tertib yang diciptakan cukup jelas dan telah disosialisasikan dengan baik maka siswa akan dapat memahami dan mentaati tata tertib tersebut. Tetapi jika tata tertib tidak disosialisasikan dengan baik maka banyak siswa yang merasa tidak tahu bahwa ternyata ada tata tertib yang berlaku di kelas mereka, sehingga mereka juga tidak akan menaati tata tertib tersebut.

Selain iklim kelas, faktor ekstern yang juga sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah dukungan orang tua siswa. Orang tua merupakan pihak luar yang paling dekat dengan siswa. Apa yang menjadi keluh kesah siswa dan segala bentuk kebahagiaan pasti akan mereka sampaikan ke orang tua mereka. Terutama dalam hal pendidikan. Siswa merupakan tanggung jawab orang tua. Jadi segala kebutuhan siswa selama


(25)

menempuh pendidikan secara otomatis juga menjadi tanggung jawab orang tua untuk dipenuhi. Misalnya kebutuhan seperti uang sekolah, pembelian buku-buku pelajaran, alat tulis sekolah dan yang paling penting adalah dukungan psikis yang diberikan oleh orang tua. Orang tua dapat memberikan semangat, bimbingan, perhatian dan doa kepada anak-anak mereka, karena hal itulah yang paling mereka butuhkan. Perhatian dari orang tua dapat membuat siswa semakin semangat dalam belajar dan tentunya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Dari uraian latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara motivasi belajar, iklim kelas, dukungan orang tua dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Depok tahun pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Ada banyak masalah yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa, salah satunya adalah motivasi belajar siswa, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa, seperti iklim kelas dan dukungan dari orang tua. Iklim kelas adalah suatu kondisi di dalam kelas di mana siswa melangsungkan pembelajaran di sekolah. Jika iklim atau kondisi kelas kondusif maka akan berpengaruh baik pada prestasi belajar siswa, demikian pula sebaliknya jika iklim kelas sangat tidak mendukung maka prestasi belajar yang tinggi juga akan sulit untuk dicapai.


(26)

Orang tua adalah pihak luar yang paling dekat dengan siswa. Jadi apapun perhatian yang diberikan oleh orang tua sangat berpengaruh pada diri dan semangat siswa dalam berprestasi, baik itu berupa semangat, bimbingan, perhatian serta ketersediaan sarana dan prasarana yang diberikan oleh orang tua. Tetapi faktor yang paling utama dalam hal meraih prestasi adalah dari dalam diri siswa sendiri. Motivasi dalam belajar adalah hal yang paling berpengaruh dalam pencapaian prestasi siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan

prestasi belajar siswa?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:


(27)

1. Untuk mengetahui ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.

2. Untuk mengetahui ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan prestasi belajar siswa.

3. Untuk mengetahui ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sekolah dalam memberikan bimbingan untuk turut menumbuhkan motivasi belajar dan iklim kelas yang kondusif bagi siswa.

2. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru dalam meningkatkan bimbingan kepada siswa.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan agar siswa dapat lebih mengetahui bahwa motivasi belajar yang tinggi, iklim kelas yang baik dan dukungan dari orang tua dapat mempengaruhi prestasi belajar mereka.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai referensi dalam melakukan penelitian sehingga menambah bahan bacaan di Perpustakaan Sanata Dharma.


(28)

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman dan lebih mengetahui hal-hal yang mempengarui prestasi belajar siswa.


(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Witherington (dalam Uno dan Mohamad, 2012:139), belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Dalam buku yang sama, Hilgard juga mengemukakan bahwa belajar adalah proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.

Belajar menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999:9) merupakan suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons


(30)

pebelajar, respons si pebelajar dan konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan yang disebut sebagai hasil belajar.

b. Proses Belajar

Menurut Bruner (dalam S. Nasution, 1982:9), dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode, yakni:

1) Informasi

Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.

2) Transformasi

Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

3) Evaluasi

Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

c. Ciri-ciri Perubahan Tingkah Laku dalam Belajar

Menurut Slameto (2010:3) ada beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar, yaitu:

1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan


(31)

berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

d. Konsentrasi dalam Belajar

Dimyati dan Mudjiono (1999:239) mengemukakan bahwa konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakkers (dalam Dimyati, 1999:239), kekuatan


(32)

perhatian selama 30 menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit. Dengan selingan istirahat tersebut, prestasi belajar siswa akan meningkat kembali.

e. Prinsip-prinsip dalam Belajar

Sardiman (1986:26), mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting untuk diketahui, antara lain:

1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.

2) Belajar memerlukan proses dan pentahapan serta kematangan diri para siswa.

3) Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/ dasar kebutuhan/ kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi dengan rasa tertekan dan menderita.

4) Dalam banyak hal belajar merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.

5) Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

6) Belajar dapat melakukan tiga cara: a) Diajar secara langsung

b) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung c) Pengenalan dan/ atau peniruan.

7) Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan, cara berfikir kritis dan lain-lain, bila dibandingkan dengan belajar hafalan saja.

8) Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.

9) Bahan pelajaran yang bermakna/ berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, daripada bahan yang kurang bermakna.

10) Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.


(33)

11) Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalaminya sendiri.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Bloom (dalam Uno, 2007:211) dalam taksonominya terhadap hasil belajar mengkategorikan hasil belajar pada tiga ranah atau kawasan, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (motor skill domain). Kawasan kognitif mengacu pada respons intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis sintesis dan evaluasi. Ranah afektif mengacu pada respons sikap, sedangkan ranah psikomotor berhubungan dengan perbuatan fisik (action). b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2001:132), secara global faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Adanya faktor internal ini yang membuat prestasi belajar


(34)

siswa menjadi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

a) Bakat: merupakan kemampuan untuk belajar.

b) Kecerdasan: yaitu potensi dasar yang dimiliki oleh setiap siswa.

c) Minat: yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang cenderung bersifat menetap yang di dalamnya ada unsur rasa senang.

d) Motivasi: yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu.

2) Faktor Eksternal

Pengertian prestasi belajar menurut para ahli tidak mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam meningkatkan prestasi belajar. Faktor eksternal prestasi belajar antara lain:

a) Kualitas guru dalam penguasaan materi. b) Metode yang digunakan dalam mengajar.

c) Fasilitas mengajar, misalnya media dan alat peraga. d) Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya. 3) Faktor Pendekatan Belajar

Aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor pendekatan belajar merupakan suatu upaya belajar siswa yang menggunakan strategi dan metode belajar yang digunakan siswa. Strategi dan metode belajar digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Dengan demikian, semakin mendalam cara belajar siswa dengan menggunakan suatu strategi dan metode belajar maka prestasi yang diperoleh siswa semakin baik.

c. Batas Minimal Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin (1997:152) guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi cipta, rasa dan karsa siswa. Menetapkan batas minimum keberhasilan siswa selalu berkaitan


(35)

dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut ialah:

1) Norma skala angka dari 0 sampai 10 2) Norma skala angka dari 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/ keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar.

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Uno dan Mohamad (2012:193) membedakan dan menghubungkan pengertian antara motif dan motivasi. Mereka mendefinisikan bahwa motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (force) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk


(36)

bergerak ke arah tujuan tertentu. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 1986:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

b. Motivasi Belajar

Winkel (1987:169) berpendapat, bahwa motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Sardiman (1986:75), motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.

c. Jenis Motivasi Belajar

Uno dan Mohamad (2012:194), membedakan motivasi menjadi 2 macam, yaitu:

1) Motivasi Intrinsik

Sesuatu hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Contoh motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan akan materi tersebut, misalnya untuk kebutuhan masa depan siswa yang bersangkutan.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Contoh konkret motivasi ekstrinsik adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan dari orang-orang di sekelilingnya, seperti guru dan orang tua.


(37)

d. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:84), pentingnya motivasi belajar adalah:

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.

3) Mengarahkan kegiatan belajar; sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, ia akan mengubah perilaku belajarnya.

4) Membesarkan semangat belajar; sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.

5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:51) secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh, bahwa di antara tiga faktor, yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar.


(38)

Walberg (masih dalam buku Eveline Siregar) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11%-20% terhadap prestasi belajar.

4. Iklim Kelas

a. Pengertian Kelas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:466) kelas merupakan ruang tempat belajar di sekolah. Menurut Mariyana (2009:51) kelas adalah ruangan yang berfungsi untuk menyimpan tas atau perbekalan anak, menampung dan mengumpulkan anak, tempat belajar utama anak, tempat makan serta tempat yang akan memudahkan pengamatan dan pengaturan kelompok kelas. Ruang kelas adalah syarat utama pengadaan sekolah.

b. Pengertian Iklim

Sedangkan iklim (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 369) adalah suasana atau keadaan.

c. Pengertian Iklim Kelas

Menurut Sagala (2006:91) iklim dapat dipandang sebagai karakteristik abadi yang mencirikan suatu kelas tertentu, yang membedakannya dari kelas lain dan mempengaruhi perilaku guru dan siswa. Di lain pihak, iklim kelas sebagai perasaan yang dipunyai guru dan siswa terhadap suasana belajar di kelas itu.

Anne Forester dan Margaret dan dua guru di Kanada (dalam Majid, 2009:166) dalam buku mereka yang popular, ”The


(39)

Learners Way” berbicara tentang “menciptakan sebuah iklim kelas yang menyenangkan.” Mereka mengatakan bahwa variasi, kejutan, imajinasi, dan tantangan sangatlah penting dalam menciptakan iklim tersebut. Mendatangkan tamu yang mengejutkan, melakukan perjalanan misteri, kunjungan lapangan, program spontan, penelitian yang diusulkan siswa sendiri menambah pengayaan, disamping membaca, menulis, dan diskusi. Majid pun menyimpulkan bahwa dengan kondisi tersebut maka ruang kelas akan jarang sepi dan mati. Kebersamaan dan interaksi adalah komponen vital dari iklim yang menyenangkan. Penemuan, pembelajaran gaya baru, dan kegairahan mencapai prestasi menuntut ekspresi yang meyakinkan. Jika iklim keasyikan tersebut mampu Anda hadirkan begitu memasuki ruangan kelas yang direncanakan dengan baik, itulah langkah pertama dalam menyiapkan suasana kondusif untuk proses belajar yang efektif. d. Kondisi Fisik

Majid (2009:167) berpendapat bahwa lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:

1) Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling


(40)

mengganggu antara siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.

2) Pengaturan tempat duduk

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.

3) Ventilasi dan pengaturan cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan (kendatipun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.

4) Pengaturan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar.

e. Iklim Kelas yang Demokratis

Menurut Sagala (2006:91) model kepemimpinan kelas yang dikembangkan oleh guru yang dapat mengembangkan potensi siswa ke arah belajar yang lebih dinamis cenderung bersifat demokratis. Sikap demokratis ini terlihat dari upaya guru mengembangkan rasa saling mempercayai, menghargai siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan kelas sesuai dengan kemampuannya serta suasana yang harmonis yang dilakukan guru. Suasana seperti ini perlu dikembangkan oleh guru dalam pengelolaan kelas, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Rudolf Dreikurs yang menekankan pentingnya suasana kelas yang demokratis, dimana siswa diajar bertanggung jawab, siswa diperlakukan sebagai manusia yang mampu, berharga, adanya saling menghargai dan mempercayai.


(41)

Sagala melanjutkan, bahwa dengan kondisi seperti ini memungkinkan siswa merasa aman, tenang, merasa dihargai sehingga menimbulkan respon psikologi siswa pada saat guru mengajar bisa lebih tinggi, yang pada akhirnya proses belajar mengajar bisa berjalan lebih efektif dan lebih bermutu. Dilihat dari pengaruhnya tipe kepemimpinan guru yang demokratis dapat membawa suasana kelas yang kondusif.

5. Dukungan Orang Tua

a. Pengertian Orang Tua dan Keluarga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:802), orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga. Hasbullah (2005:34) mengungkapkan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggungjawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

b. Dukungan Orang Tua

Dalam dunia pendidikan dukungan orang tua sangatlah dibutuhkan sebagai faktor yang turut mempengaruhi prestasi akademik anak di sekolah. Seperti yang kita ketahui orang tua adalah pihak luar yang paling dekat dengan siswa. Dukungan orang


(42)

tua, yaitu suatu bentuk perlakuan orang tua dalam memberikan perhatian serta bantuan dalam masalah-masalah di bidang pendidikan guna mencapai prestasi akademik yang dihadapi anaknya. Dukungan tersebut dapat berupa kasih sayang, perhatian pada kemajuan pendidikan anak, pemberian semangat pada anak untuk rajin belajar, melengkapi fasilitas belajar anak dan doa orang tua untuk anaknya.

Hasbullah (2005:90) berpendapat bahwa orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

c. Fungsi Dukungan Orang Tua

Menurut Abu Ahmadi (1991:287) faktor orang tua merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Sebaliknya orang tua yang tidak mengindahkan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuh, bahkan tidak memperhatikan sama sekali tentu tidak akan berhasil dalam


(43)

belajarnya. Misalnya anak tidak disuruh belajar secara teratur, tidak dibelikan alat-alat belajar, dan sebagainya. Mungkin anak itu sebetulnya pandai, tetapi karena tidak teratur belajarnya dan tidak ada bimbingan, akhirnya menemui kesulitan belajar dan kemudian segan untuk belajar.

Anak membutuhkan rangsangan, motivasi, bimbingan atau dukungan dari orang tua. Untuk memberikan dukungan ini hendaknya orang tua melakukan berbagai usaha, diantaranya membimbing anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimiliki, memberikan pujian dan kasih sayang. Dukungan dari orang tua sangat penting dalam membangkitkan minat dan rangsangan anak untuk belajar.

d. Peranan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar

Ahmadi (2005:135) berpendapat sebagai orang tua hendaknya kita berusaha agar apa yang merupakan kewajiban anak-anak kita dan tuntunan kita sebagai orang tua mereka kenal dan laksanakan, sesuai dengan kemampuan mereka dan kemampuan kita sebagai orang tua. Seperti halnya dengan prestasi belajar. Kita menghendaki dan menuntut, bahwa anak-anak kita belajar dengan tekun, serta berprestasi sebaik mungkin. Hal ini hanya dapat dicapai, jika kita cukup menunjukkan perhatian terhadap sekolah. Janganlah orang tua hanya datang ke sekolah, jika mereka merasa kepentingannya terancam. Kebiasaan belajar


(44)

yang baik, disiplin diri, harus sepagi mungkin kita tanamkan, karena kedua hal ini secara mutlak harus dimiliki anak-anak kita. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi (n-achievement) harus selekas mungkin kita tanamkan pada diri anak-anak dengan jalan meng-ekspos mereka pada standard of excellence karena hanya dengan n-achievement yang tinggi kita mengembangkan jiwa dan sikap entrepreneur, kepribadian yang mau bekerja keras serta berani menghadapi kesulitan, dan jika perlu, kesalahan demi keberhasilan proyek-proyek yang besar.

B. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti menemukan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan dukungan orang tua dan prestasi belajar. Penelitian tersebut dilakukan oleh Widati Sriyana.

Penelitian Widati Sriyana

Penelitian yang dilakukan oleh Widati Sriyana pada tahun 2005 dengan judul “Hubungan antara Perhatian Orang Tua, Bimbingan Guru dan Dukungan Teman dengan Prestasi Belajar Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar siswa (ݐ௛ ௜ ௧ ௨ ௡ ௚= 6,75 > ݐ௧ ௔ ௕ ௘ ௟=

2, 663). (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan

guru dan prestasi belajar siswa (ݐ௛ ௜ ௧ ௨ ௡ ௚= 5,75 > ݐ௧ ௔ ௕ ௘ ௟= 2,663). (3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan teman dan prestasi


(45)

belajar siswa ( ݐ௛ ௜ ௧ ௨ ௡ ௚= 7,05 > ݐ௧ ௔ ௕ ௘ ௟= 2,663). (4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua, bimbingan guru dan dukungan teman secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa (ܨ௛ ௜ ௧ ௨ ௡ ௚= 39,076 > ܨ௧ ௔ ௕ ௘ ௟= 2,679) dan besarnya koefisien korelasi ganda adalah 0,823.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa

Tidak terlalu berbeda dengan minat, motivasi belajar juga akan mempengaruhi prestasi siswa. Motivasi adalah semangat yang timbul dari dalam diri siswa. Ketika seorang siswa memiliki motivasi belajar, ketika siswa tersebut menghadapi materi yang sangat sulit maka siswa tersebut tidak akan mudah putus asa. Tetapi berbeda kondisinya ketika siswa tersebut tidak memiliki motivasi dalam belajar, walaupun materi yang sedang dipelajari termasuk dalam kriteria yang mudah, maka siswa tersebut tetap akan mengalami kesulitan dalam menyerap materi. Jadi tinggi-rendahnya motivasi belajar siswa akan berpengaruh pula pada prestasi yang nantinya akan diraih siswa.

2. Hubungan Iklim Kelas dengan Prestasi Belajar Siswa

Iklim kelas adalah suasana dan kondisi yang tercipta di kelas dimana siswa melaksanakan proses pembelajaran. Baik dari kebersihan kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, tata tertib yang berlaku, suasana, dan keharmonisan yang diciptakan oleh siswa dan guru. Jika


(46)

iklim kelas sangat kondusif dan nyaman untuk belajar maka siswa juga akan betah di dalam kelas, mampu berkonsentrasi dengan baik dan berprestasi setinggi mungkin. Namun jika iklim kelas tidak nyaman, tidak teratur dan tidak kondusif untuk belajar maka siswa juga akan merasa kesulitan dalam pendalaman materi sehingga prestasi juga sulit untuk dicapai.

3. Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa

Segala bentuk perhatian, semangat dan doa dari orang tua merupakan macam-macam bentuk dari dukungan orang tua kepada anaknya. Orang tua merupakan pihak yang paling dekat dengan anak, jadi dukungan apapun yang mereka berikan maka akan mempengaruhi mental si anak. Dan ketika si anak telah merasakan dukungan itu, secara otomatis anak tersebut telah merasakan kelengkapan dalam batin mereka. Mereka akan merasa nyaman dan bahagia dengan dukungan tersebut sehingga secara perlahan mereka akan merasa harus bertanggungjawab pada orang tua mereka dengan berusaha meraih prestasi yang gemilang di sekolah. Dukungan yang tinggi dari pihak orang tua maka akan mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah, demikian pula sebaliknya.


(47)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang disajikan peneliti untuk diteliti adalah:

1. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok.

2. Ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok.

3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok.

Untuk menentukan hasil dari hipotesis tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah. Selain itu peneliti juga akan memberikan kuesioner yang harus dijawab oleh siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok.


(48)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah studi kasus. Menurut Zainal Arifin (2011:50), studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu, kelompok atau lembaga yang dianggap memiliki atau mengalami kasus tertentu. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara mendalam dan sistematis dalam kurun waktu cukup lama tentang sesuatu kasus sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Depok yang beralamat di Babarsari, Depok, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2013.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok.


(49)

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah permasalahan-permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu motivasi belajar, iklim kelas, dukungan orang tua dan prestasi belajar.

D. Populasi, Teknik Sampling dan Ukuran Sampling

1. Populasi

Menurut Zainal Arifin (2011:215) populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Sugiyono (dalam Riduwan, 2003:7), memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Depok.

2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling atau pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dimana sample dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (FX Muhadi, 2009:36). Sampel yang diambil adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok, dengan pertimbangan:


(50)

a) Kelas XI merupakan tingkatan yang sudah lebih stabil, karena kelas X masih dalam tahap penyesuaian awal SMA.

b) Kelas XII tidak diambil karena sedang mempersiapkan Ujian Nasional.

c) Kelas XI sudah mendapatkan penjurusan, jadi sudah sesuai dengan keahlian masing-masing siswa.

3. Ukuran Sampel

Ukuran sampel adalah banyaknya anggota yang dipilih sebagai sampel. Sampel yang akan diteliti adalah siswa kelas XI yang berjumlah 208 siswa.

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1989:10) variabel adalah hal-hal yang ditatap (dijinggleng-Jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed). Arifin (2011:185) berpendapat variabel merupakan suatu fenomena yang bervariasi atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi.

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Bebas

Azwar (2010:62) mengartikan variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain. Dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang


(51)

pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah motivasi belajar siswa, iklim kelas dan dukungan orang tua.

1) Motivasi Belajar

Variabel motivasi belajar dijabarkan ke dalam indikator-indikator di bawah ini:

Tabel III.1

Operasionalisasi Variabel Motivasi Belajar

Variabel Indikator No. Pernyataan Positif Negatif Motivasi

Belajar

1. Memiliki semangat dan dorongan yang kuat untuk memulai aktivitas dan menghadapi tugas.

1, 21 15, 25

2. Tekun dalam menghadapi tugas. 8, 19 4, 17 3. Punya minat yang tinggi terhadap

macam-macam masalah.

2, 14 13

4. Rela meninggalkan kewajiban/tugas lain demi tujuan yang ingin dicapai.

9, 20 5

5. Gigih dan ulet dalam menemui kesulitan.

3, 18, 24

12, 23

6. Menyelesaikan tugas tepat waktu. 10, 22 6, 16 7. Mampu mempertahankan pendapat. 11 7


(52)

2) Iklim Kelas

Variabel iklim kelas dijabarkan ke dalam indikator-indikator dibawah ini:

Tabel III.2

Operasionalisasi Variabel Iklim Kelas

Variabel Indikator No. Pernyataan Positif Negatif Iklim

Kelas

1. Kondisi Fisik 1, 2, 4 3 2. Kekompakan 5, 6, 10 7

3. Kompetisi 8 9

4. Demokrasi 11

5. Kejelasan Aturan 12 13 6. Keamanan 14

7. Kenyamanan 15

3) Dukungan Orang Tua

Variabel dukungan orang tua dijabarkan ke dalam indikator-indikator di bawah ini:


(53)

Tabel III.3

Operasionalisasi Variabel Dukungan Orang Tua

Variabel Indikator No. Pernyataan Positif Negatif Dukungan

Orang Tua

1. Perhatian terhadap fasilitas belajar siswa.

15

2. Perhatian berkaitan dengan aktivitas belajar siswa di rumah.

1, 5, 14 13

3. Perhatian terhadap hasil belajar (prestasi) anak.

7, 8, 10 9

4. Perhatian terhadap perkembangan anak.

11, 12

5. Perhatian terhadap kegiatan belajar di sekolah.

2, 3, 4, 6

b. Varibel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Siregar, 2010:110). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa.


(54)

2. Pengukuran Variabel Penelitian

a. Variabel Motivasi Belajar, Iklim Kelas dan Dukungan Orang Tua Diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan skala yang digunakan adalah Skala Likkert, yaitu dengan menghadapkan responden dengan sebuah pernyataan dan kemudian diminta untuk memberi jawaban. Skala Likkert sering digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi responden terhadap suatu obyek karena relatif mudah dan mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi. Kuesioner mencakup 2 pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Untuk mengukur motivasi belajar, iklim kelas dan dukungan orang tua, masing-masing pernyataan menyajikan empat alternatif jawaban, yaitu:

1) Untuk pernyataan yang bersifat positif a) Selalu (SL) : skor 4 b) Sering (SR) : skor 3 c) Jarang (JR) : skor 2 d) Tidak Pernah (TP) : skor 1 2) Untuk pernyataan yang bersifat negatif

a) Selalu (SL) : skor 1 b) Sering (SR) : skor 2 c) Jarang (JR) : skor 3 d) Tidak Pernah (TP) : skor 4


(55)

Menjawab pernyataan dengan cara memilih jawaban berupa angka antara 1 sampai 4 ini, maka variabel bebas ini bersifat skala ordinal. Karena setiap alternatif jawaban angka memiliki kadar kualitas kriteria tertentu dari tingkatan paling tinggi “selalu” hingga tingkatan paling rendah “tidak pernah”.

b. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh untuk sejauh mana siswa mampu memahami materi yang diberikan guru. Prestasi belajar diperoleh berdasarkan nilai dari rapor pada semester ganjil. Prestasi belajar ini berskala interval, karena ada interval atau jarak tertentu dimana prestasi akan digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah dan sangat rendah. Peneliti menggunakan pedoman penilaian PAP Tipe II.

Tabel III.4 PAP Tipe II Tingkat Penguasaan

Kompetensi

Keterangan

81%-100% Sangat Tinggi

66%-80% Tinggi

56%-65% Cukup

46%-55% Rendah


(56)

Skor tertinggi rata-rata semua mata pelajaran yang diharapkan dicapai oleh para siswa adalah 100, sehingga akan diperoleh interval skor sebagai berikut:

Tabel III.5

Perhitungan Interval Skor Siswa

No Perhitungan Interval Skor

Kriteria

1 81% x 100 81-100 Sangat Tinggi 2 66% x 100 66-80 Tinggi 3 56% x 100 56-65 Cukup 4 46% x 100 46-55 Rendah 5 < 46% x 100 0-46 Sangat Rendah

F. Teknik Pengumpulan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat (Arikunto, 1989:177). Dalam mengumpulkan data penelitian, perlu menggunakan alat yang sesuai untuk mengungkap masalah motivasi


(57)

belajar, iklim kelas dan dukungan orang tua siswa. Instrumen/ alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner/ Angket

Kuesioner/ angket digunakan peneliti untuk mengukur motivasi belajar, iklim kelas dan dukungan orang tua siswa. Kuesioner/ angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya (Arifin, 2011:228). Kuesioner diberikan kepada siswa untuk diisi sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

Kisi-kisi kuesioner motivasi belajar mengacu pada kisi-kisi kuesioner yang ada dalam penelitian Maria Nessya Chrisyuanamurti pada tahun 2011 dengan judul “Hubungan antara Disiplin di Sekolah dan Motivasi Belajar pada Siswa SMA Strada Santo Thomas Aquino Tangerang”.

Untuk kisi kuesioner iklim kelas mengacu pada beberapa kisi-kisi kuesioner yang ada dalam penelitian FX. Bari Dwi Admoko yang meneliti tentang “Pengaruh Disiplin Belajar, Iklim Kelas dan Persepsi tentang Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Akuntansi”.

Kemudian kisi-kisi untuk kuesioner dukungan orang tua mengacu pada kisi-kisi kuesioner yang ada dalam penelitian Widati Sriyana yang


(58)

meneliti tentang “Hubungan antara Perhatian Orang Tua, Bimbingan Guru, dan Dukungan Teman dengan Prestasi Belajar Siswa”.

2. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1989:188) dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan oleh peneliti adalah nilai rapor siswa pada semester ganjil siswa kelas XI SMA Negeri 1 Depok tahun ajaran 2012-2013.

3. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya-jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011:233). Teknik ini diterapkan ke beberapa siswa untuk mengetahui secara langsung bagaimana pendapat mereka setelah mengisi kuisioner yang telah dibagikan oleh peneliti.

G. Pengujian Kuesioner

1. Uji Validitas

Validitas (Jogiyanto, 2008:36) menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Untuk menghitung validitas suatu


(59)

instrumen digunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

= ∑ (∑ ∑ )

√{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ )²}

Keterangan:

= koefisien korelasi n = jumlah responden

∑X = jumlah skor dalam sebaran X (skor item per butir)

∑Y = jumlah skor dalam sebaran Y (skor item total)

∑XY = jumlah hasil kali skor X dan skor Y yang berpasangan

∑X² = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y² = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

Untuk mempermudah perhitungan, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.0 For Windows. Langkah-langkah pengujian validitas adalah sebagai berikut:

a) Memasukkan data skor yang diperoleh kedalam data uji coba menggunakan program Microsoft Office Excel.

b) Menghitung skor total yang diperoleh setiap siswa menggunakan program Microsoft Office Excel.

c) Mentabulasikan data tersebut ke dalam tabel uji coba pada program SPSS Statistics 16.0 for Windows.

d) Menguji validitas dengan bantuan program SPSS Statistics 16.0 for Windows.


(60)

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi ( ) bernilai positif dan lebih besar atau sama dengan dengan taraf signifikansi 5%. Dan tidak valid apabila koefisien korelasi ( ) lebih kecil dari ) dengan taraf signifikansi 5%.

Uji validitas dilaksanakan di kelas XI IPS 2. Dari total siswa berjumlah 36 siswa, 2 orang siswa tidak masuk dan 4 kuesioner tidak kembali, jadi total responden untuk uji validitas berjumlah 30 siswa. Uji validitas menggunakan sampel berjumlah (N) = 30 responden, derajat kebebasan sebesar 28 (dk=30-2=28) sehingga didapatkan

= 0,361. Rangkuman dari hasil pengujian validitas tampak dalam tabel di bawah ini:

Tabel III.6 Pengujian Pertama

OutputUji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

butir_1 64.77 61.909 .669 . .823

butir_2 65.40 65.076 .126 . .838

butir_3 65.03 59.206 .576 . .820

butir_4 65.87 60.602 .532 . .823

butir_5 65.73 65.789 .046 . .843

butir_6 65.17 62.351 .371 . .829

butir_7 65.83 59.799 .418 . .828

butir_8 65.47 60.740 .511 . .824


(61)

butir_10 65.17 60.420 .478 . .825

butir_11 65.43 61.220 .407 . .828

butir_12 65.47 64.189 .167 . .838

butir_13 65.40 64.248 .200 . .836

butir_14 65.87 61.361 .554 . .823

butir_15 65.87 65.637 .049 . .843

butir_16 65.67 64.782 .121 . .840

butir_17 65.03 63.826 .234 . .834

butir_18 65.00 61.448 .516 . .824

butir_19 64.97 59.895 .601 . .820

butir_20 65.47 60.740 .511 . .824

butir_21 64.90 61.472 .506 . .825

butir_22 64.77 62.047 .406 . .828

butir_23 66.10 65.472 .166 . .835

butir_24 64.87 59.706 .573 . .821

butir_25 65.13 62.326 .474 . .826

Tabel III.7

Hasil Uji Validitas I Variabel Motivasi Belajar

No. Item Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0,669 0,126 0,576 0,532 0,046 0,371 0,418 0,511 0,493 0,478 0,407 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(62)

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0,167 0,200 0,554 0,049 0,121 0,234 0,516 0,601 0,511 0,506 0,406 0,166 0,573 0,474 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid

Dari tabel hasil uji validitas di atas diketahui besarnya koefisien korelasi ( ) 25 item kuesioner motivasi belajar siswa. Pada taraf signifikan 5 % diperoleh 8 item kuesioner yang nya lebih kecil dari 0,361 dan itu berarti item kuesioner tersebut tidak valid (item nomor 2, 5, 12, 13, 15, 16, 17, 23). Sedangkan item kuesioner lainnya (17 item) memiliki lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Item kuesioner yang tidak valid tersebut dihapus atau dibuang. Item kuesioner yang tidak valid dihapus atau dibuang, kemudian dilakukan pengujian ulang untuk kuesioner yang valid.


(63)

Tabel III.8 Pengujian Kedua

Output Uji Validitas Kuesioner Motivasi Belajar

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

butir_1 44.90 46.921 .571 . .870

butir_3 45.17 44.489 .523 . .870

butir_4 46.00 44.828 .570 . .868

butir_6 45.30 46.769 .362 . .876

butir_7 45.97 44.723 .394 . .878

butir_8 45.60 45.076 .533 . .869

butir_9 45.37 44.930 .529 . .870

butir_10 45.30 44.838 .493 . .871

butir_11 45.57 44.944 .478 . .872

butir_14 46.00 45.724 .568 . .869

butir_18 45.13 45.844 .523 . .870

butir_19 45.10 44.714 .585 . .867

butir_20 45.60 45.076 .533 . .869

butir_21 45.03 45.137 .601 . .867

butir_22 44.90 45.748 .478 . .872

butir_24 45.00 44.207 .593 . .867


(64)

Tabel III.9

Hasil Uji Validitas II Variabel Motivasi Belajar

No. Item Keterangan

1 3 4 6 7 8 9 10 11 14 18 19 20 21 22 24 25 0,571 0,523 0,570 0,362 0,394 0,533 0,529 0,493 0,478 0,568 0,523 0,585 0,533 0,601 0,478 0,593 0,472 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari hasil pengujian didapatkan bahwa 17 item memiliki diatas 0,361 sehingga dinyatakan valid. Berikut adalah indikator-indikator variabel motivasi belajar setelah uji validitas dengan nomor urut item kuesioner telah diperbaharui dengan nomor urut baru:


(65)

Tabel III.10

Operasionalisasi Baru Variabel Motivasi Belajar

Variabel Indikator No Pernyataan Positif Negatif Motivasi

Belajar

1. Memiliki semangat dan dorongan yang kuat untuk memulai aktivitas dan menghadapi tugas.

1,14 17

2. Tekun dalam menghadapi tugas 6, 12 3 3. Punya minat yang tinggi terhadap

macam-macam masalah.

10

4. Rela meninggalkan kewajiban/ tugas lain demi tujuan yang ingin dicapai.

7,13

5. Gigih dan ulet dalam menemui kesulitan.

2,11,16

6. Menyelesaikan tugas tepat waktu. 8,15 4 7. Mampu mempertahankan

pendapat.


(66)

Tabel III.11 Pengujian Pertama

OutputUJi Validitas Kuesioner Iklim Kelas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

butir_1 37.57 15.702 .508 . .502

butir_2 37.93 16.064 .450 . .515

butir_3 38.10 22.576 -.450 . .669

butir_4 37.70 15.941 .579 . .497

butir_5 38.17 17.937 .255 . .558

butir_6 37.57 17.220 .440 . .531

butir_7 38.23 17.633 .128 . .589

butir_8 37.40 20.248 -.131 . .615

butir_9 37.37 21.964 -.391 . .653

butir_10 37.30 16.976 .399 . .532

butir_11 37.70 15.941 .579 . .497

butir_12 37.40 15.972 .473 . .510

butir_13 37.90 18.300 .152 . .575

butir_14 38.13 18.740 .065 . .593

butir_15 37.60 16.731 .470 . .521

Tabel III.12

Hasil Uji Validitas I Variabel Iklim Kelas

No. Item Keterangan

1 2 3 4 0,508 0,450 -0,450 0,579 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Tidak Valid Valid


(67)

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 0,255 0,440 0,128 -0,131 -0,391 0,399 0,579 0,473 0,152 0,065 0,470 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid

Dari tabel hasil uji validitas di atas diketahui besarnya koefisien korelasi ( ) 15 item kuesioner iklim kelas. Pada taraf signifikan 5 % diperoleh 7 item kuesioner yang nya lebih kecil dari 0,361 dan itu berarti item kuesioner tersebut tidak valid (item nomor 3, 5, 7, 8, 9, 13, 14). Sedangkan item kuesioner lainnya (8 item) memiliki lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid. Item kuesioner yang tidak valid dihapus atau dibuang. Item yang tidak valid dihapus atau dibuang dan dilakukan pengujian ulang untuk item yang valid.


(68)

Tabel III.13 Pengujian Kedua

OutputUji Validitas Kuesioner Iklim Kelas

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

butir_1 19.90 13.197 .613 . .820

butir_2 20.27 13.857 .495 . .837

butir_4 20.03 13.137 .762 . .801

butir_6 19.83 15.523 .415 . .842

butir_10 19.63 14.723 .449 . .840

butir_11 20.03 13.137 .762 . .801

butir_12 19.73 13.030 .655 . .814

butir_15 19.93 14.685 .485 . .835

Tabel III.14

Hasil Uji Validitas II Variabel Iklim Kelas

No. Item Keterangan

1 2 4 6 10 11 12 15 0,613 0,495 0,762 0,415 0,449 0,762 0,655 0,485 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(69)

Dari hasil pengujian kedua didapatkan bahwa semua item memiliki diatas 0,361 sehingga dinyatakan valid. Berikut adalah indikator-indikator variabel iklim kelas setelah uji validitas dengan nomor urut item kuesioner telah diperbaharui dengan nomor urut baru:

Tabel III.15

Operasionalisasi Baru Variabel Iklim Kelas

Variabel Indikator No. Pernyataan Positif Negatif Iklim

Kelas

1. Kondisi Fisik 1, 2, 3 2. Kekompakan 4, 5 3. Demokrasi 6 4. Kejelasan Aturan 7 5. Kenyamanan 8


(70)

Tabel III.16 Pengujian Pertama

Output Uji Validitas Kuesioner Dukungan Orang Tua

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

butir_1 39.00 42.069 .555 . .797

butir_2 39.50 43.776 .364 . .808

butir_3 39.40 41.972 .385 . .808

butir_4 39.30 42.079 .494 . .800

butir_5 39.00 42.069 .555 . .797

butir_6 39.37 40.033 .677 . .787

butir_7 39.43 39.013 .760 . .780

butir_8 39.40 41.076 .563 . .795

butir_9 40.03 48.447 -.102 . .842

butir_10 39.33 42.230 .501 . .800

butir_11 39.60 41.628 .434 . .804

butir_12 39.00 40.276 .595 . .792

butir_13 39.30 45.459 .170 . .820

butir_14 39.57 45.220 .114 . .830

butir_15 39.10 40.231 .637 . .789

Tabel III.17

Hasil Uji Validitas I Variabel Dukungan Orang Tua

No. Item Keterangan

1 2 3 0,555 0,364 0,385 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid


(71)

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 0,494 0,555 0,677 0,760 0,563 -0,102 0,501 0,434 0,595 0,170 0,114 0,637 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid

Dari tabel hasil uji validitas di atas diketahui besarnya koefisien korelasi ( ) 15 item kuesioner dukungan orang tua. Pada taraf signifikan 5 % diperoleh 3 item kuesioner yang nya lebih kecil dari 0,361 dan itu berarti item kuesioner tersebut tidak valid (item nomor 9, 13, 14). Sedangkan item kuesioner lainnya (12 item) memiliki lebih besar dari 0,361 dan dinyatakan valid.


(72)

Tabel III.18 Pengujian Kedua

OutputUji Validitas Kuesioner Dukungan Orang Tua

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

butir_1 31.40 36.593 .519 . .854

butir_2 31.90 37.403 .416 . .860

butir_3 31.80 35.752 .422 . .862

butir_4 31.70 36.079 .517 . .854

butir_5 31.40 36.593 .519 . .854

butir_6 31.77 34.254 .693 . .842

butir_7 31.83 33.592 .745 . .839

butir_8 31.80 35.062 .594 . .849

butir_10 31.73 36.685 .472 . .857

butir_11 32.00 35.655 .452 . .860

butir_12 31.40 34.869 .569 . .851

butir_15 31.50 34.603 .635 . .846

Tabel III.19

Hasil Uji Validitas II Variabel Dukungan Orang Tua

No. Item Keterangan

1 2 3 4 5 6 0,519 0,416 0,422 0,517 0,519 0,693 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(73)

7 8 10 11 12 15 0,745 0,594 0,472 0,452 0,569 0,635 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Dari hasil pengujian kedua didapatkan bahwa semua item mempunyai nilai di atas 0,361. Jadi 12 item tersebut dinyatakan valid. Berikut adalah indikator-indikator dukungan orang tua setelah uji validitas dengan nomor urut item kuesioner telah diperbaharui dengan nomor urut baru:

Tabel III.20

Operasionalisasi Baru Variabel Dukungan Orang Tua

Variabel Indikator No. Pernyataan Positif Negatif Dukungan

Orang Tua

1. Perhatian terhadap fasilitas belajar siswa.

12

2. Perhatian berkaitan dengan aktivitas belajar siswa di rumah.

1, 5

3. Perhatian terhadap hasil belajar (prestasi) anak.


(74)

4. Perhatian terhadap perkembangan anak.

10,11

5. Perhatian terhadap kegiatan belajar di sekolah.

2, 3, 4, 6

2. Uji Reliabilitas

Menurut Jogiyanto (2008:36) reliabilitas suatu pengukuran menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep. Arifin (2011:248) mengatakan suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam koefisien reliabilitas. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha, yaitu:

=

−1 1−

∑ ²

² Keterangan:

= reliabilitas k = banyaknya soal

∑ ² = jumlah varian ² = varian soal

Pengujian reliabilitas dikerjakan dengan menggunakan bantuan Program SPSS dengan taraf signifikansi 5%. Dalam


(75)

penelitian ini, apabila semua item pernyataan mempunyai > berarti bisa dikatakan semua item pernyataan tersebut reliabel. Dalam penelitian ini nya adalah 0,361.

Tabel III.21

Hasil Pengujian Reliabilitas Motivasi Belajar

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.877 .883 17

Dari hasil uji reliabilitas variabel motivasi belajar diperoleh hasil pada kolom Cronbach’s Alpha sebesar 0,877. Karena 0,877 > 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner motivasi belajar tersebut reliabel.

Tabel III.22

Hasil Pengujian Reliabilitas Iklim Kelas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items


(76)

Dari hasil uji reliabilitas variabel iklim kelas diperoleh hasil pada kolom Cronbach’s Alpha sebesar 0,843. Karena 0,843 > 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner iklim kelas tersebut reliabel.

Tabel III.23

Hasil Pengujian Reliabilitas Dukungan Orang Tua Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.863 .865 12

Dari hasil uji reliabilitas variabel motivasi belajar diperoleh hasil pada kolom Cronbach’s Alpha sebesar 0,863. Karena 0,863 > 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner dukungan orang tua tersebut reliabel.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Kendall dan Spearman. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam analisis data:

1. Uji Deskriptif Data


(77)

Kuesioner yang dibagikan oleh peneliti dan diisi oleh para siswa berfungsi untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar, iklim kelas dan dukungan orang tua siswa terhadap prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner tersebut akan disajikan oleh peneliti dalam bentuk tabel frekuensi, yaitu tabel yang berisi tabulasi data dari skor-skor yang diperoleh dari jumlah keseluruhan skor untuk item-item pernyataan dalam kuesioner yang dibagikan pada siswa.

b. Menghitung rata-rata (mean), median, modus, dan simpangan baku (standar deviasi) berdasarkan skor-skor data yang telah peneliti susun dalam tabel distribusi frekuensi.

c. Klasifikasi data dan hasil penelitian

Untuk menentukan apakah hubungan prestasi belajar siswa dengan motivasi belajar, iklim kelas dan dukungan orang tua siswa sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah atau sangat rendah, peneliti mengacu pada penilaian patokan tipe II (PAP Tipe II). Pada PAP Tipe II ini tingkat penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup untuk nilai-nilai diatas dan dibawah cukup diperhitungkan sebagai berikut:


(78)

PAP Tipe II Tingkat Penguasaan

Kompetensi

Keterangan

81%-100% Sangat Tinggi

66%-80% Tinggi

56%-65% Cukup

46%-55% Rendah

Dibawah 46% Sangat Rendah

2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara grafis (Normal P-P Plot) dan uji hipotesis (One Sample Kolmogorov-Smirnov) (Brataningrum, 2008:27). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cara yang kedua yaitu uji hipotesis (One Sample Kolmogorov-Smirnov) yang memusatkan perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar. Rumus untuk uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas adalah sebagai berikut (Ghozali, 2002:36):


(79)

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

(Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi. Jika nilai Asymptotik. Sig > taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan normal, dan begitu pula sebaliknya.

Untuk pengujian normalitas ini, peneliti juga menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel terikatnya. Rumus yang digunakan adalah (Sudjana, 2005:332) :

F =

Keterangan:

F = Harga bilangan F untuk garis regresi = varians tuna cocok

= varians kekeliruan

Jika nilai < pada taraf signifikansi 5%, maka hubungan antara variabel bebas dan terikat bersifat linier, demikian pula sebaliknya.


(80)

Untuk pengujian linieritas ini, peneliti juga menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows.

3. Uji Hipotesis

a. Rumusan Hipotesis I

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar.

H1 : ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar. b. Rumusan Hipotesis II

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan prestasi belajar.

H1 : ada hubungan yang signifikan antara iklim kelas dengan

prestasi belajar. c. Rumusan Hipotesis III

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar.

H1 : ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua

dengan prestasi belajar.

Untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam rumusan hipotesis I, II dan III peneliti menggunakan teknik analisis Kendall dan Spearman.

Rumusnya adalah:

ρ = 1


(1)

o Nur : kebetulan orang tua saya bekerja semua. Tetapi mereka tetap

bisa meluangkan waktu paling tidak sekedar menanyakan tentang kemajuan belajar atau kesulitan belajar yang saya alami. Dan mereka memberikan nasehat kepada saya untuk tetap giat belajar.

o Benny : orang tua saya walaupun sibuk tetapi masih sempat menemani saya belajar. Jika sedang bekerja di luar kota, saat orang tua menelepon saya, mereka juga menanyakan bagaimana sekolah saya, pelajaran sudah sampai dimana, ada kesulitan atau tidak. Jadi kami saling terbuka.

o Ahmad : orang tua saya juga dua-duanya bekerja. Walaupun sepulang bekerja mereka capek, tetapi masih sempat mendatangi saya ketika saya belajar paling tidak untuk memastikan saya benar-benar belajar atau tidak dan memberikan nasehat kepada saya untuk belajar dengan rajin.

4. Prestasi Belajar

Menurut teman-teman sudah sampai dimanakah tingkat pencapaian prestasi belajar kalian? Apakah sudah maksimal atau belum?

o Nur : masih sangat kurang. Sebagian besar saya belum maksimal

dalam mencapai prestasi tinggi karena faktor kemalasan dan beberapa materi yang cukup sulit untuk dipahami.


(2)

186

o Benny : saya juga masih kurang karena mungkin sempat ada beberapa

pengalaman materi yang sulit jadi prestasi belajar juga masih naik turun.

o Ahmad : saya masih kurang berprestasi dengan baik. Hal ini

dikarenakan saya belajar masih tergantung mood. Jika mood sedang baik maka saya belajar dengan semangat tetapi jika mood sedang kurang maka saya juga malas untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

LAMPIRAN 9

Surat Ijin Penelitian


(4)

188

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

LAMPIRAN 10

Surat Telah Melakukan


(6)

190

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Pada Siswa SMA Negeri 1 Berastagi

4 35 122

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTABUMI LAMPUNG UTARA TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 14 72

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 3 13

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 2 16

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR Hubungan Dukungan Sosial Dan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Di SMP Negeri 1 Teras, Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2012 / 2013.

0 1 13

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI TINJAU DARI MOTIVASI DAN DUKUNGAN ORANGTUA Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Di Tinjau Dari Motivasi Dan Dukungan Orangtua Pada Siswa Kelas XI Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajar

0 2 13

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI TINJAU DARI MOTIVASI DAN DUKUNGAN ORANGTUA Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Di Tinjau Dari Motivasi Dan Dukungan Orangtua Pada Siswa Kelas XI Di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajar

0 4 13

Hubungan antara motivasi belajar, iklim kelas, dukungan orangtua dan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Depok tahun pelajaran 2012/2013.

0 0 203

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN BERORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 16