Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Pada Siswa SMA Negeri 1 Berastagi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM KELAS
DENGAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA
PADA SISWA SMA NEGERI 1 BERASTAGI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
NATALIA VIER VEMINA
061301098
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2009/2010
(2)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :
Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika pada Siswa SMA Negeri 1 Berastagi
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juni 2010
NATALIA VIER VEMINA 061301098
(3)
Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika pada Siswa SMA Negeri 1 Berastagi
Natalia Vier Vemina dan Dian Ulfasari, M.Psi ABSTRAK
Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Studi lapangan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Berastagi menunjukkan bahwa beberapa siswa kurang termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika dan nilai fisika mereka berada di bawah standar ketuntasan minimal. Beberapa hal yang membuat siswa kurang atau tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika adalah penilaian siswa yang kurang baik terhadap hubungan mereka dengan guru dan tidak adanya dukungan dari teman - teman dalam belajar fisika. Hal ini terkait dengan persepsi siswa terhadap iklim kelas mereka. Persepsi terhadap iklim kelas adalah proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan oleh siswa baik positif maupun negatif terhadap situasi yang muncul dari interaksi sosial dalam kelas yang meliputi hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan antar peserta didik yang mempengaruhi proses belajar – mengajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Berastagi tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah sebanyak 88 orang. Data diperoleh dengan menggunakan alat ukur berupa skala Likert. Reliabilitas alat ukur untuk persepsi terhadap iklim kelas adalah 0,949 dan untuk motivasi belajar mata pelajaran fisika adalah sebesar 0,957. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika siswa (r = 0,614 ; ρ = 0.000). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap iklim kelas berhubungan dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1 Berastagi.
(4)
The Correlation Between Perception of Classroom Climate and Students Motivation to Learn Physic Subject at SMA Negeri 1 Berastagi
Natalia Vier Vemina and Dian Ulfasari, M.Psi ABSTRACT
Motivation to learn is an absolute key in learning process, not just as stimulus but it also contains effort to get learning goal, where there are understanding and developing from learning activity. A field study in SMA Negeri 1 Berastagi showed that some of students have low motivation to learn physic subject and get mark under the minimum standard score. Some reason that made student have a low motivation to learn are their bad evaluation of student relationship with teacher and no support from their classmate in learning physic. It relates with student perception of their classroom climate. Perception of classroom climate is student organizazing ,interpretation and evaluation processes wheter positive or negative about situation that appear from social interaction in the classroom, include relationship between teacher and student, and relationship between student with their other classmate that influence learning process.
The purpose of this research is to know the correlation between perception of classroom climate and students motivation to learn physic subject at SMA Negeri 1 Berastagi. This is a correlational study. Sampling technique that used in this study is simple random sampling and the sample in this study are students from tenth grade and eleven grade’s classes at SMA Negeri 1 Berastagi in 2009/2010, there are 88 students. Data collected by using the questionnaire with Likert Scale. The reliability of each instruments are 0,949 for perception of classroom climate, and 0,957 for students motivation to learn physic subject. Method of data analyze is correlation test of Pearson Product Moment.
The result of this research showed that there is a significant positive correlation between perception of classroom climate and students motivation to learn physic subject (r = 0,614 ; ρ = 0.000 ). The conclusion indicate that the perception of classroom climate relate to students motivation to learn physic subject at SMA Negeri 1 Berastagi.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus, Allah Penyelamatku yang selalu ada buat penulis, memberikan kekuatan, kesehatan, kemampuan dan semangat kepada penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini walau banyak tantangan yang harus dihadapi. Hanya karena berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika pada Siswa SMA Negeri 1 Berastagi.”
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp. A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi USU, beserta Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Psikologi USU. 2. Kak Dian Ulfa Sari, M.Psi selaku dosen pembimbing yang dengan
sabarnya membimbing penulis selama proses mengerjakan skripsi ini. Terima kasih kak atas bimbingan, masukan- masukan, serta semangat yang telah kakak berikan kepada penulis. Terima kasih juga karena meskipun kakak sibuk tapi kakak selalu menyediakan waktu untuk membimbing saya. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kakak. Terima kasih Kak.
(6)
3. Ibu Filia Dina Anggraeni, M.Si yang telah bersedia memberikan waktunya untuk menjadi dosen penguji pada saat sidang skripsi ini. Terimakasih Bu buat masukan-masukan yang ibu berikan pada saya sehingga skripsi ini bisa lebih baik lagi dalam penyusunannya. Terima kasih buat semuanya ya Bu. Ibu memberikan banyak insight dan pemahaman baru kepada saya. 4. Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, S.Psi yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk menguji skripsi ini dan memberikan bimbingan dalam memperbaiki skripsi ini agar lebih baik.
5. Terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Berastagi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga Pak buat semangat dan dukungannya.
6. Terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pancur Batu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data. Terima kasih Pak.
7. Orang tua penulis, M. Naipospos dan K. br Nainggolan, terima kasih yang tak terhingga buat bapak dan mama yang selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada penulis. Terima kasih buat semangat dan doa-doa yang terus kalian panjatkan untuk penulis. Kalian adalah karunia terindah, orangtua terbaik yang Tuhan berikan buat penulis. Tetap semangat dan berjuang buat kedelapan anak-anakmu. Penulis sangat bangga memiliki orangtua seperti kalian, walaupun kami anak-anakmu delapan bersaudara tetapi kalian tetap berusaha dan semangat menyekolahkan kami. Walaupun capek dan banyak hal lain yang dipikirkan tapi kalian tidak
(7)
pernah lelah mengingatkan kami anak-anakmu untuk tetap maju, menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.
8. Kak Silviana Realyta, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah bersedia untuk membimbing penulis selama empat tahun di Fakultas Psikologi. Terima kasih kak buat arahan dan semangat yang telah kakak berikan selama ini. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan kakak. Terima kasih Kak.
9. Buat Kakak – kakak dan adik – adik penulis ( Kak Iska, Ira, Grace, Riris, Helen, Exa, dan Titin) terima kasih buat semangat yang selalu diberikan buat aku. Kalian adalah kakak dan adik-adik terbaikku. Buat kak Iska, Ira, dan Grace ayo kak tetap semangat buat kerjanya dan buat adikku Riris, Helen, Exa, dan Titin, ayo dek semangat juga buat sekolahnya biar bapak dan mama bangga sama kita semua.
10. Buat sahabat penulis, Ria, Junita, Prinst, Wira, Mitha, Inggrid, Yenni, Helva, Herna, Dinar dan sahabat-sahabatku yang lain yang tidak tertulis namanya. Terima kasih atas semangat, masukan, dan tingkah lucu kalian selama ini.Aku bersyukur punya sahabat – sahabat seperti kalian. Jangan pernah lupa dengan persahabatan kita yah.
11. Ibu Etty, M.Si, yang mau menyediakan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dan banyak memberikan masukan pada penulis khususnya mengenai pengolahan data.
(8)
12. Kepada seluruh dosen di Fakultas Psikologi yang telah berbagi ilmu dengan kami mahasiswa Psikologi. Terima kasih untuk ilmu yang sudah bapak ibu berikan buat penulis.
13. Kepada seluruh staff di Fakultas Psikologi, terima kasih atas bantuannya. 14. Buat penghuni kost Gg. Juhar No.10 (Martha, Elin, Gita, Dian, Evia), terima
kasih buat kebersamaan kita selama ini. Penulis merasa sangat senang bersama kalian, serasa bersama saudara-saudara sendiri. Keberadaan kalian membuat hidup penulis lebih berwarna.
15. Teman-teman angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terima kasih buat kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama empat tahun ini. Gak terasa yah satu persatu dari kita akhirnya lulus dan jadi sarjana Psikologi juga. Ayo teman - teman yang lain, semangat terus buat kuliahnya.
Akhir kata, penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Medan, Juni 2010
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …...1
B. Rumusan Masalah ………….…….………... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ...9
E. Sistematika Penulisan ...10
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika 1. Definisi Motivasi Belajar ... 12
2. Mata Pelajaran Fisika ……….. 13
3. Definisi Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika …...…………... 15
4. Aspek - Aspek Motivasi Belajar... 15
5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 17 B. Persepsi Terhadap Iklim Kelas
(10)
1. Persepsi ………..………..………19
a. Definisi Persepsi………... ……….……… 19
b. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi... 20
2. Iklim kelas a. Definisi Iklim Kelas... 21
b. Aspek – Aspek Iklim Kelas... 22
c. Menciptakan Iklim Kelas Yang Positif... 23
3. Persepsi Terhadap Iklim Kelas... 24
C. Siswa SMA... 25
D. Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika... 26
E. Hipotesis Penelitian... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian... 30
B. Definisi Operasional ... 30
1.Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika...30
2.Persepsi Terhadap Iklim Kelas...31
C. Populasi,Sampel penelitian, dan Teknik Pengambilan Sampel...32
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 33
1. Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika...34
2. Skala Persepsi Terhadap Iklim Kelas….…...36
E. Uji Reliabilitas dan Validitas...40
(11)
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian ... 46
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 48
3. Tahap Pengolahan Data Penelitian ... 48
H. Metode Analisia Data ... 48
BAB IV ANALISA DATA dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 50
2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 51
3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa ... 51
B. Hasil Utama Penelitian 1. Uji Asumsi Penelitian a. Uji Normalitas ... 52
b. Uji Linieritas ... 53
2. Hasil Analisa Data a. Hasil Perhitungan Korelasi... 56
b. Kategorisasi Data Penelitian... 57
1) Gambaran skor persepsi terhadap iklim kelas ... 58
2) Gambaran skor motivasi belajar mata pelajaran fisika ... 59
C. Hasil Tambahan ... 60
D. Pembahasan Hasil Penelitian... 62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
(12)
B. Saran
1. Saran Metodologis ... 67
2. Saran Praktis ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Sebelum Uji Coba
Tabel 2. Kategorisasi Norma Skor Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Persepsi Terhadap Iklim Kelas Sebelum Uji
Coba
Tabel 4. Kategorisasi Norma Skor Persepsi Terhadap Iklim Kelas
Tabel 5. Distribusi Aitem Skala Persepsi Terhadap Iklim Kelas Setelah Uji Coba Tabel 6. Distribusi AitemSkala Persepsi Terhadap Iklim Kelas Pada Saat
Penelitian Dengan Penomoran Baru
Tabel 7. Distribusi Aitem Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Setelah Uji Coba
Table 8. Distribusi AitemSkala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Pada Saat Penelitian Dengan Penomoran Baru
Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Tabel 11. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Pada Skor Persepsi Terhadap Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
(14)
Tabel 14. Hasil Uji Korelasi Antara Persepsi Terhadap Iklim Kelas Dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Tabel 15. Deskripsi Data Penelitian Persepsi Terhadap Iklim Kelas
Tabel 16. Kategorisasi Data Empirik Variabel Persepsi Terhadap Iklim Kelas Tabel 17. Deskripsi Data Penelitian Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Tabel 18. Kategorisasi Data Empirik Variabel Motivasi Belajar Mata Pelajaran
Fisika
Tabel 19. Deskripsi Data Penelitian Persepsi Terhadap Iklim Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 20. Hasil Uji ANOVA Persepsi Terhadap Iklim Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Scatter Plot Persepsi terhadap Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Reliabilitas Uji Coba Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas Lampiran 2. Hasil Reliabilitas Uji Coba Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran
Fisika
Lampiran 3. Skor Masing-Masing Subjek dalam Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas
Lampiran 4. Skor Masing-Masing Subjek dalam Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas pada Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas dan Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Lampiran 6. Hasil Uji Linieritas Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Lampiran 7. Scatter Plot Uji Linieritas
Lampiran 8. Hasil Uji Korelasi Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
(17)
Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika pada Siswa SMA Negeri 1 Berastagi
Natalia Vier Vemina dan Dian Ulfasari, M.Psi ABSTRAK
Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar, tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar. Studi lapangan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Berastagi menunjukkan bahwa beberapa siswa kurang termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika dan nilai fisika mereka berada di bawah standar ketuntasan minimal. Beberapa hal yang membuat siswa kurang atau tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika adalah penilaian siswa yang kurang baik terhadap hubungan mereka dengan guru dan tidak adanya dukungan dari teman - teman dalam belajar fisika. Hal ini terkait dengan persepsi siswa terhadap iklim kelas mereka. Persepsi terhadap iklim kelas adalah proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan oleh siswa baik positif maupun negatif terhadap situasi yang muncul dari interaksi sosial dalam kelas yang meliputi hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan antar peserta didik yang mempengaruhi proses belajar – mengajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1 Berastagi. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMA Negeri 1 Berastagi tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah sebanyak 88 orang. Data diperoleh dengan menggunakan alat ukur berupa skala Likert. Reliabilitas alat ukur untuk persepsi terhadap iklim kelas adalah 0,949 dan untuk motivasi belajar mata pelajaran fisika adalah sebesar 0,957. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika siswa (r = 0,614 ; ρ = 0.000). Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap iklim kelas berhubungan dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1 Berastagi.
(18)
The Correlation Between Perception of Classroom Climate and Students Motivation to Learn Physic Subject at SMA Negeri 1 Berastagi
Natalia Vier Vemina and Dian Ulfasari, M.Psi ABSTRACT
Motivation to learn is an absolute key in learning process, not just as stimulus but it also contains effort to get learning goal, where there are understanding and developing from learning activity. A field study in SMA Negeri 1 Berastagi showed that some of students have low motivation to learn physic subject and get mark under the minimum standard score. Some reason that made student have a low motivation to learn are their bad evaluation of student relationship with teacher and no support from their classmate in learning physic. It relates with student perception of their classroom climate. Perception of classroom climate is student organizazing ,interpretation and evaluation processes wheter positive or negative about situation that appear from social interaction in the classroom, include relationship between teacher and student, and relationship between student with their other classmate that influence learning process.
The purpose of this research is to know the correlation between perception of classroom climate and students motivation to learn physic subject at SMA Negeri 1 Berastagi. This is a correlational study. Sampling technique that used in this study is simple random sampling and the sample in this study are students from tenth grade and eleven grade’s classes at SMA Negeri 1 Berastagi in 2009/2010, there are 88 students. Data collected by using the questionnaire with Likert Scale. The reliability of each instruments are 0,949 for perception of classroom climate, and 0,957 for students motivation to learn physic subject. Method of data analyze is correlation test of Pearson Product Moment.
The result of this research showed that there is a significant positive correlation between perception of classroom climate and students motivation to learn physic subject (r = 0,614 ; ρ = 0.000 ). The conclusion indicate that the perception of classroom climate relate to students motivation to learn physic subject at SMA Negeri 1 Berastagi.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Wasilah, 2008).
Pendidikan dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur, diantaranya adalah pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi (“Pendidikan”, 2009).
Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar – mengajar yang melibatkan siswa dan guru. Hadinata (2006) menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi dalam diri siswa. Pendapat senada juga disebutkan oleh Kauchak & Eggen (2004) bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang berhubungan erat. Seorang siswa tidak dapat dengan sepenuhnya melakukan kegiatan belajar dan memahami pelajaran tanpa adanya motivasi.
(20)
Dalam pengertian umum, motivasi merupakan dorongan yang menggerakkan dan mengarahkan suatu perilaku untuk mencapai satu tujuan (Parsons & Hinson, 2001). Bila dikaitkan dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2003).
Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar (Hadinata,2006). Ormrod (2003) menambahkan bahwa motivasi belajar mengarahkan perilaku belajar dalam mencapai suatu tujuan, serta mendorong siswa untuk meningkatkan usaha dan energi dalam belajar.
Peneliti melakukan survey pada tanggal 16 November 2009 dengan menyebarkan angket kepada 80 orang siswa SMA Negeri 1 Berastagi dan didapati bahwa beberapa siswa termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika dan beberapa siswa lain tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika. Siswa tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika sebab pada pelajaran fisika banyak sekali rumus dan teori yang harus dimengerti serta dihafal; pelajaran fisika yang membosankan; cara mengajar guru yang tidak menarik; teman-teman yang kurang mendukung untuk belajar mata pelajaran fisika bersama; dan anggapan
(21)
para siswa bahwa guru mereka pilih kasih serta kurang peduli terhadap kesulitan siswa dalam belajar mata pelajaran fisika. Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah seorang siswa:
“Kalau pelajaran yang lain, kami senang belajarnya Kak, tapi kalau udah fisika, dengar fisika saja kami udah lemas duluan. Banyak rumus yang harus dihapal, kami juga kurang dekat dengan gurunya karena hanya siswa yang pintar saja yang diperhatikan, kurang pintar menerangkan lagi. Teman - teman juga nggak ada yang mau belajar fisika sama-sama.”
(Komunikasi personal, 16 November 2009)
Beberapa siswa lain termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika sebab menurut mereka pelajaran fisika memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari; pelajaran fisika penting karena ikut diujikan dalam ujian nasional dan ujian masuk perguruan tinggi; dan adanya rasa penasaran serta tertantang dalam diri siswa untuk mengerjakan soal fisika. Berikut hasil wawancara peneliti dengan siswi X 1, yang berinisial EM (16 tahun):
“Yah, sebenarnya Kak kalau belajar fisika sulit juga karena banyak rumus yang harus dihapal. Mau nanya sama guru, saya malas karena nggak begitu dekat sama gurunya, apalagi gurunya juga terlalu cepat menjelaskan materinya padahal kami belum ngerti. Dari teman-teman juga jarang ada yang mau mengajari karena kurang paham. Saya sendiri tetap mau belajar fisika karena fisika kan masuk ujian nasional.”
(Komunikasi personal, 16 November 2009) Peneliti juga sempat melakukan observasi saat pelajaran fisika berlangsung, peneliti melihat beberapa orang siswa saling membantu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Namun, ada juga yang tampak hanya berbicara dengan temannya di belakang kelas tanpa mengerjakan soal. Menurut penuturan seorang guru fisika, saat pelajaran fisika berlangsung, hanya sedikit siswa yang terlibat aktif dalam kelas. Nilai siswa dalam pelajaran fisika juga
(22)
kurang memuaskan. Siswa sering memperoleh nilai yang rendah pada mata pelajaran fisika yaitu berkisar 60 – 70 padahal standar ketuntasan minimal untuk mata pelajaran fisika sendiri adalah 69.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa siswa SMA Negeri 1 Berastagi juga ditemukan bahwa beberapa siswa memiliki penilaian negatif tentang hubungan siswa dengan guru. Siswa merasa tidak memiliki hubungan yang dekat dengan guru fisika mereka, berbeda dengan guru mata pelajaran yang lain dimana mereka mau bercanda saat berada dalam kelas, interaksi antara guru dengan siswa juga berjalan kaku sebab ada ketakutan dalam diri siswa untuk menanyakan hal yang mereka tidak ketahui. Selain itu adanya anggapan para siswa bahwa guru mereka hanya memperhatikan siswa yang pintar saja dan kurang peduli pada siswa yang lain membuat siswa malas bertanya pada guru selama kegiatan belajar berlangsung. Begitu juga dengan siswa yang mereka anggap pintar pada mata pelajaran fisika tapi lebih suka belajar sendiri.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui survey di SMA Negeri 1 Berastagi bahwa beberapa siswa termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika. Namun, ada juga siswa yang tidak atau kurang termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika padahal menurut Sunardi (2009) belajar fisika merupakan aktivitas yang sangat penting dilakukan oleh siswa sebab hidup manusia dalam kesehariannya tidak dapat dilepaskan dari fisika. Pelajaran fisika memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, mengembangkan keterampilan dan wawasan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Pemahaman akan pelajaran fisika sangat perlu untuk
(23)
meningkatkan kesejahteraan manusia sebab dengan belajar fisika, maka siswa akan memiliki kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran fisika juga memberikan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang diperlukan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
Sunardi (2009) juga menambahkan dengan adanya motivasi dalam belajar mata pelajaran fisika akan mendorong siswa untuk lebih semangat dan aktif dalam kegiatan belajar. Namun, saat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah pada mata pelajaran fisika maka akan menyebabkan siswa tidak dapat belajar secara optimal dan kurang bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar sehingga terhambat dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hal ini semakin diperkuat oleh Uno (2008) yang menyatakan bahwa kurang atau tidak adanya motivasi untuk belajar akan membuat siswa tidak tahan lama dalam belajar dan mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Pendapat senada juga disebutkan oleh Kauchak dan Eggen (2004) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi dalam belajar akan melakukan usaha untuk memahami topik pelajaran baik pelajaran itu menarik atau pun tidak bagi siswa tersebut. Mereka berusaha dalam belajar karena mereka yakin bahwa pemahaman yang mereka peroleh itu berharga dan bermanfaat bagi mereka.
Berkaitan dengan motivasi belajar yang telah dijelaskan sebelumnya, Parsons dan Hinson (2001) menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mendorong atau menghalangi motivasi belajar siswa adalah iklim kelas. Iklim kelas yang dirasakan aman oleh siswa akan mendukung siswa dalam belajar.
(24)
Namun, iklim yang terbentuk dalam kelas juga dapat dirasakan mengancam oleh siswa dan berakibat pada rendahnya keterlibatan siswa dalam belajar. Tokoh lain seperti Kauchak & Eggen (2004) juga menyatakan bahwa iklim kelas memiliki peran penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Iklim kelas yang mendukung siswa dalam belajar, membuat siswa merasa aman, bebas dalam menyampaikan ide - ide yang dimiliki, kualitas hubungan yang baik dalam kelas, seperti saling memberikan perhatian dan saling menghargai akan membuat siswa lebih terdorong untuk belajar.
Dinamika interpersonal yang ada dalam lingkungan kelas atau cara siswa berhubungan dengan orang lain, baik dengan guru maupun dengan siswa lain dalam mencapai tujuan akan membentuk atmosfer kelas yang dapat memberi dampak terhadap motivasi belajar siswa (Parsons & Hinson, 2001). Bila siswa merasa dirinya diterima oleh siswa yang lain dan punya keahlian sosial yang baik, biasanya mereka memiliki motivasi belajar dan prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, saat siswa merasa ditolak oleh teman - temannya, maka siswa tersebut akan mengalami masalah dalam belajar, seperti rendahnya motivasi untuk belajar, mendapat nilai buruk, dan dikeluarkan dari sekolah. Hubungan yang negatif antara siswa dengan guru juga berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Apabila siswa merasa diperhatikan dan didukung oleh gurunya, maka siswa tersebut akan lebih termotivasi untuk belajar, dibandingkan dengan siswa yang merasa punya guru yang tidak supportif dan tidak perhatian kepadanya (Santrock, 2004).
(25)
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, iklim kelas memegang peranan penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa (Kauchak & Eggen, 2004). Firr (dalam Amar & Strugo, 2003) menyebutkan bahwa iklim kelas merupakan suasana yang terbentuk dalam kelas sebagai hasil dari proses pendidikan dan interaksi sosial yang terjadi antara siswa, guru, dan sekolah. Iklim kelas ini gabungan dari kondisi psikologis serta kondisi sosial yang terdapat dalam lingkungan kelas yang bersifat spesifik karena di dalamnya terlibat proses persepsi individu terhadap lingkungan tersebut.
Nair (2001) menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap iklim kelas merupakan penilaian paling tepat untuk mengetahui iklim kelas karena siswa adalah orang yang paling banyak menghabiskan waktunya di dalam kelas, lebih mengetahui hal - hal yang terjadi di dalam kelas sehingga memiliki penilaian yang lebih akurat terhadap kelas. Meskipun siswa berada pada kelas yang sama namun siswa dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap suasana kelas mereka. Persepsi siswa yang positif terhadap lingkungan kelas, akan mendorong motivasi dan performa akademik yang lebih baik serta sikap yang lebih positif terhadap suatu pelajaran. Persepsi siswa terhadap iklim kelas ini merupakan data penting bagi pihak sekolah sebagai umpan balik untuk perbaikan lingkungan belajar yang lebih kondusif (Chen & Chang (2002).
Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti di SMA Negeri 1 Berastagi serta uraian teori yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti melihat adanya ketidaksesuaian antara fakta di lapangan dengan teori. Menurut McCombs
(26)
(dalam Santrock, 2004) jika siswa merasa dirinya diterima oleh teman-teman sekelas dan memiliki guru yang perhatian, mendukung siswa dalam belajar, mengerti kesulitan yang dihadapi siswa tersebut dalam belajar maka itu akan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Sebaliknya, ketika siswa merasa tidak diperhatikan dan didukung oleh guru dan siswa-siswa yang lain, maka akan menyebabkan siswa tidak termotivasi untuk melakukan kegiatan akademik sebab tidak adanya pemberian semangat dan dorongan dari orang sekitar untuk belajar. Namun, data di lapangan menunjukkan bahwa ada siswa yang tetap termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika meskipun merasa guru kurang peduli terhadap kesulitan mereka dalam belajar fisika, seperti terus menerangkan materi tanpa mempedulikan apakah siswa mengerti apa tidak, hanya memperhatikan siswa yang pintar fisika saja dan teman-teman yang juga kurang mendukung untuk belajar bersama.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMA Negeri 1 Berastagi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut, ”Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMAN 1 Berastagi?”
(27)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMAN 1 Berastagi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran dalam mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya bagi psikologi sekolah, berkaitan dengan iklim kelas serta motivas belajar serta dapat digunakan sebagai bahan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:
a) Bagi Sekolah
Bagi sekolah dapat memahami bagaimana iklim kelas berhubungan dengan motivasi belajar siswa dan dapat digunakan sebagai masukan dalam menciptakan iklim kelas yang lebih baik
b) Bagi Guru
Bagi para guru bidang studi eksakta dan guru – guru bidang studi lain dapat membentuk iklim kelas yang mendukung bagi kelangsungan proses belajar - mengajar dan lebih memotivasi siswa untuk belajar
(28)
c) Bagi Siswa
Bagi siswa agar lebih bekerja sama dengan pihak sekolah dan guru dalam menciptakan iklim kelas yang mendukung bagi kegiatan belajar - mengajar dan memahami pentingnya motivasi belajar untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah : Bab I Pendahuluan
Berisi uraian singkat tentang latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
Bab II Landasan Teori
Berisikan tentang teori-teori penyusunan variabel yang diteliti, hubungan antara variabel dan hipotesa.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel, defenisi operasional dari masing-masing variabel, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur penelitian serta metode analisa data.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, hasil tambahan penelitian serta pembahasan.
(29)
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
(30)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika 1. Definisi motivasi belajar
Motivasi secara sederhana dapat diartikan sebagai dorongan yang menggerakkan dan mengarahkan sebuah perilaku untuk mencapai suatu tujuan (Parsons & Hinson, 2001). Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2004).
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2003).
Sejalan dengan pernyataan di atas, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk memperoleh manfaat yang diharapkan dari aktivitas tersebut. Motivasi belajar ini pada dasarnya merupakan respon kognitif yang melibatkan usaha - usaha untuk memahami suatu informasi, menghubungkan informasi tersebut dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dan menguasai keterampilan –
(31)
keterampilan tertentu untuk mengembangkan aktivitas belajar. Motivasi belajar melibatkan kesadaran dalam diri siswa untuk belajar, tujuan-tujuan belajar dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan belajar tersebut.
Tokoh lain, Dalyono (dalam Efrida, 2006) menyebutkan motivasi belajar sebagai suatu daya penggerak atau pendorong yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan yaitu belajar. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah akan menyebabkan sikap malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.
2. Mata pelajaran fisika
Mata pelajaran fisika adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menjelaskan tentang unsur-unsur dalam alam serta fenomenanya secara empiris, logis, sistematis dan rasional. Pada mata pelajaran fisika, siswa banyak mempelajari tentang zat, energi, dan gerakan. Pelajaran fisika juga merupakan ilmu pengetahuan kuantitatif atau ilmu pengetahuan tentang pengukuran, percobaan, dan hasil percobaan secara
(32)
sistematis, dimana lebih ditekankan pentingnya pemahaman siswa daripada penghapalan (Siregar, 2003).
Pada dasarnya, pelajaran fisika sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bertujuan untuk mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat-sifat zat serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kesuksesan dalam belajar mata pelajaran fisika dapat dicapai jika siswa memiliki kemampuan untuk memahami tiga hal pokok fisika yaitu konsep-konsep / pengertian, hukum-hukum / asas-asas, dan teori-teori (Siregar, 2003).
Dalam Subratha (2007) disebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas (SMA) meliputi aspek – aspek sebagai berikut:
1. Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton, alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar gelombang elektromagnetik
2. Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika
3. Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan arus bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, radioaktivitas.
(33)
3. Definisi motivasi belajar mata pelajaran fisika
Sardiman (2003) menyebutkan motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2003). Dalam kaitannya dengan mata pelajaran fisika maka motivasi belajar mata pelajaran fisika adalah dorongan pada diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar mata pelajaran fisika, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa pada mata pelajaran fisika dapat tercapai.
4. Aspek - aspek motivasi belajar
Menurut Worell dan Stiwell (dalam Hadinata, 2006) terdapat enam aspek dalam motivasi belajar, yaitu tanggung jawab, tekun, usaha, umpan balik, waktu, dan tujuan.
a. Tanggung jawab
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi merasa bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya dan tidak meninggalkan tugas tersebut. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya rendah, kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang ia kerjakan, dan sering menyalahkan hal-hal di luar dirinya.
(34)
b. Tekun
Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi dapat bekerja terus-menerus dengan waktu yang relatif lama, tidak mudah menyerah dan memiliki tingkat konsentrasi yang baik. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah memiliki konsentrasi yang rendah sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas tepat waktu.
c. Usaha
Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi, memiliki sejumlah usaha, kerja keras dan waktu untuk kegiatan belajar, seperti pergi ke perpustakaan. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah akan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain.
d. Umpan balik
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, menyukai umpan balik atas pekerjaan yang dilakukannya. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah tidak menyukai umpan balik, karena akan memperlihatkan kesalahannya. Adanya umpan balik berupa penilaian dan kritikan terhadap pekerjaan yang dilakukan siswa ini berhubungan dengan usaha siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
e. Waktu
Siswa dengan motivasi belajar tinggi, akan berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu yang cepat dan seefisien mungkin. Sedangkan siswa
(35)
dengan motivasi belajar yang rendah kurang tertantang untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin, cenderung lama dan tidak efisien.
f. Tujuan
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi mampu menetapkan tujuan yang realistik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan juga mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah yang dituju, sedangkan siswa dengan motivasi belajar yang rendah akan melakukan sebaliknya.
5. Faktor - faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Menurut Elliot,dkk (1996) ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, yaitu:
a. Kecemasan
Ada beberapa sumber kecemasan bagi siswa ketika berada di dalam kelas, seperti guru, ujian, teman, hubungan sosial, dan lain-lain. Kecemasan terhadap beberapa sumber kecemasan tersebut akan berpengaruh terhadap performansi siswa. Apabila tingkat kecemasan relatif rendah atau sedang, maka hal itu akan bersifat konstruktif. Namun, apabila kecemasan tersebut berada pada tingkat yang relatif tinggi, maka hal itu bisa bersifat destruktif.
b. Sikap
Sikap merupakan cara individu dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau orang lain dan sifatnya relatif permanen. Dalam hal ini, guru memiliki pengaruh yang besar dalam hal perubahan tingkah laku siswa
(36)
melalui komunikasi yang persuasif. Cara guru memperlakukan siswa dapat mempengaruhi sikap siswa selama proses belajar.
c. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu siswa ditampilkan dalam perilaku yang aktif, suka mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu. Keadaan yang rileks, kebebasan untuk mengeksplorasi sesuatu, dan penerimaan terhadap hal - hal yang tidak biasa dapat mendorong rasa ingin tahu siswa.
d. Locus of control
Locus of control diartikan sebagai keyakinan individu atas apa yang terjadi dalam hidupnya apakah disebabkan karena kemampuan diri sendiri (internal locus of control) atau dari luar diri / lingkugan (external locus of control). Jika siswa percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan kemampuan mereka sendiri, maka mereka telah dianggap mampu untuk mengendalikan tujuan mereka (internal locus of control). Sebaliknya, siswa yang percaya bahwa kesuksesan dan penghargaan yang mereka raih dikarenakan faktor keberuntungan, maka mereka dianggap memiliki kontrol yang rendah terhadap tujuan mereka (external locus of control).
e. Learned helplessness
Learned helplessness adalah perasaan tak berdaya pada diri seseorang yang menggambarkan kondisi frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang terjadi berulang kali. Siswa yang merasa tidak memiliki kemampuan ketika dihadapkan dengan suatu masalah seringkali langsung merasa putus asa dan tidak melakukan suatu apapun untuk mengatasinya.
(37)
f. Efikasi diri
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan dan kompetesinya. Siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung untuk memfokuskan perhatian dan usahanya pada tuntutan tugas dan berusaha meminimalisasi kesulitan yang mungkin terjadi.
g. Belajar bersama ( kooperatif )
Belajar bersama ( kooperatif ) merupakan suatu metode dalam belajar dimana siswa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas akademik. Metode ini bertujuan agar seorang siswa dapat membantu siswa lainnya dalam belajar. Salah satu caranya adalah dengan membentuk kelompok diskusi dalam mengerjakan suatu tugas.
B. Persepsi terhadap Iklim Kelas 1. Persepsi
a. Definisi persepsi
Rakhmad (2004) mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai proses kognitif seseorang untuk memberi arti atau nilai terhadap stimuli dari lingkungan, yang dapat ditangkap melalui panca indera (Sigit, 2003). Tokoh lain, Wade & Tavris (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengaturan dan penerjemahan informasi sensorik oleh otak.
(38)
Sementara itu, Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Wade & Tavris (2007) bahwa seseorang mempersepsikan sesuatu dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan sesuatu adalah:
1) Kebutuhan
Ketika seseorang membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau menginginkannya, maka orang tersebut akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.
2) Kepercayaan
Apa yang dianggap seseorang sebagai yang benar dapat mempengaruhi interpretasi orang tersebut terhadap sinyal sensorik.
3) Emosi
Emosi dapat mempengaruhi interpretasi seseorang mengenai suatu informasi sensorik. Emosi yang negatif, seperti marah, takut, atau sedih dapat menghasilkan penilaian yang negatif terhadap suatu stimulus.
(39)
4) Ekspektansi
Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan sesuatu. Seseorang cenderung untuk mempersepsikan suatu hal sesuai dengan harapannya.
2. Iklim kelas
Iklim kelas sering digantikan dengan istilah lain seperti atmosfir, suasana, ekologi, dan lingkungan belajar. Iklim kelas dapat memberikan dampak bermanfaat bagi siswa dan staf sekolah. Namun, juga bisa menjadi hambatan untuk belajar (Adelman & Taylor, 2002).
a. Definisi iklim kelas
Kata iklim sering digunakan secara bergantian dengan kata perasaan, atmosfir, dan lingkungan. Sejalan dengan itu, iklim kelas juga digunakan untuk mewakili kata -kata lain seperti lingkungan belajar, lingkungan kelas, dan iklim kelompok. Iklim kelas merupakan kualitas yang dirasakan dari pengaturan berbagai faktor lingkungan (misalnya, fisik, materi, organisasi, operasional, dan komponen sosial) (Adelman & Taylor, 2002 ). Hoy dan Miskell (dalam Tarmidi, 2006) menyebutkan bahwa istilah iklim sama seperti kepribadian pada manusia. Artinya, masing - masing kelas mempunyai ciri (kepribadian) yang tidak akan sama dengan kelas - kelas lain, meskipun kelas itu dibangun dengan fisik dan bentuk atau arsitektur yang sama.
Iklim kelas ini merupakan suasana yang terbentuk di dalam kelas yang muncul sebagai hasil dari proses pendidikan dan interaksi sosial yang terjadi
(40)
antara siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa lainnya (Amar & Strugo, 2003). Selain itu, iklim kelas juga mengandung pengertian sebagai tempat dimana tercipta komunitas di antara siswa, tempat dimana siswa diberi kontrol beraktivitas dalam kelas, tempat untuk mengkomunikasikan pesan - pesan mengenai permasalahannya di sekolah, serta tempat untuk mengkomunikasikan penerimaan, penghargaan dan perhatian guru kepada siswanya (Ormrod, 2003).
Berdasarkan beberapa pengertian iklim kelas di atas maka dapat disimpulkan bahwa iklim kelas adalah suasana atau situasi yang muncul akibat interaksi sosial yang ada dalam kelas yang meliputi hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar - mengajar.
b. Aspek – aspek iklim kelas
Menurut Fraser, McRobbie, dan Fisher (dalam Dorman, 2009), dimensi dari iklim kelas dapat dibagi ke dalam beberapa aspek, yaitu:
1) Kekompakan siswa / Student cohesiveness
Aspek ini mengukur sejauh mana siswa saling mengenal, membantu dan mendukung satu sama lain.
2) Dukungan guru / Teacher support
Aspek ini mengukur sejauh mana guru membantu siswa, mampu bersahabat dengan siswa, memberikan perhatian dan percaya pada siswa.
(41)
3) Keterlibatan siswa dalam pelajaran / Involvement
Aspek ini mengukur sejauh mana siswa menaruh perhatian dan tertarik pada kegiatan belajar, berpartisipasi dalam diskusi, mampu mengerjakan tugas tambahan, dan merasa nyaman dalam kelas.
4) Kegiatan penyelidikan / Investigation
Aspek ini mengukur sejauh mana siswa mampu melakukan proses penyelidikan (investigasi) dalam menyelesaikan masalah.
5) Orientasi tugas / Task orientation
Aspek ini mengukur sejauh mana siswa mampu menyelesaikan suatu tugas dan mampu untuk tetap fokus pada pelajaran.
6) Kerjasama siswa / Cooperation
Aspek ini mengukur sejauh mana siswa lebih memilih untuk saling bekerja sama daripada berkompetisi dalam belajar
7) Kesetaraan / Equity
Aspek ini mengukur sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru.
c. Menciptakan iklim kelas yang positif
Adelman dan Taylor (2002) mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan iklim kelas yang supportif, yaitu:
1) Menciptakan atmosfer kelas yang ramah dan penuh perhatian 2) Memberikan dukungan sosial bagi siswa dan staf
3) Menyusun cara dan alternatif pilihan dalam mencapai tujuan bersama 4) Meningkatkan partisipasi siswa dan staf dalam pengambilan keputusan
(42)
5) Menyediakan instruksi dan memberikan respon terhadap suatu masalah secara tepat
6) Menggunakan berbagai strategi untuk mencegah dan mengatasi masalah secepat mungkin
7) Menciptakan lingkungan fisik yang kondusif bagi kegiatan belajar – mengajar
3. Persepsi terhadap iklim kelas
Iklim kelas adalah suasana atau situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar – mengajar. Iklim kelas juga merupakan gabungan dari kondisi psikologis serta kondisi social yang terdapat dalam lingkungan kelas yang bersifat spesifik karena di dalamnya terlibat proses persepsi individu terhadap lingkungan tersebut (Amar & Strugo, 2003). Sementara itu, persepsi diartikan sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi (Atkinson, 2000).
Berdasarkan pengertian persepsi dan iklim kelas yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap iklim kelas adalah proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan oleh siswa baik positif maupun negatif terhadap situasi yang muncul dari interaksi sosial dalam
(43)
kelas yang meliputi hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan antar peserta didik yang mempengaruhi proses belajar – mengajar.
Persepsi positif terhadap iklim kelas adalah penilaian terhadap suasana kelas sebagai lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi kegiatan belajar-mengajar. Sedangkan, persepsi negatif terhadap iklim kelas adalah penilaian terhadap suasana kelas sebagai lingkungan yang kurang nyaman dan menghambat kegiatan belajar-mengajar.
C. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Sardiman (2003) menyebutkan bahwa dalam kegiatan belajar – mengajar di sekolah, siswa menempati posisi sentral karena siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita - cita, memiliki tujuan dan ingin mencapainya secara optimal sehingga siswa diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Pada umumnya di Indonesia, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki usia berkisar 15/16- 18/19. Pada usia tersebut, individu berada pada tahapan masa remaja. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2007), pada masa remaja ini, individu berada pada tahap operasional formal yang ditandai dengan berkembangnya kemampuan untuk berpikir abstrak dan menggunakan cara berpikir ilmiah dalam mengatasi suatu masalah.
(44)
D. Hubungan antara Persepsi terhadap Iklim Kelas dengan Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi pada diri siswa. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan penting dalam memberikan semangat belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar (Hadinata, 2006).
Uno (2008) menyatakan bahwa kurang atau tidak adanya motivasi untuk belajar akan membuat siswa tidak tahan lama dalam belajar dan mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Pendapat senada juga disebutkan oleh Kauchak dan Eggen (2004) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi dalam belajar akan melakukan usaha untuk memahami topik pelajaran baik pelajaran itu menarik atau pun tidak bagi siswa tersebut.
Salah satu faktor yang dapat mendorong atau menghalangi motivasi belajar siswa adalah iklim kelas (Parsons & Hinson, 2001). Iklim kelas yang dirasakan aman oleh siswa akan mendukung siswa dalam belajar. Namun, iklim yang terbentuk dalam kelas juga dapat dirasakan mengancam oleh siswa dan berakibat pada rendahnya keterlibatan siswa dalam belajar. Kauchak & Eggen (2004) juga menyatakan bahwa iklim kelas memiliki peran penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Iklim kelas yang mendukung siswa dalam belajar, membuat siswa merasa aman, bebas dalam menyampaikan ide - ide yang dimiliki, kualitas
(45)
hubungan yang baik dalam kelas, seperti saling memberikan perhatian dan saling menghargai akan membuat siswa lebih terdorong untuk belajar.
Berdasarkan survey dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa siswa SMA Negeri 1 Berastagi pada tanggal 16 November 2009 didapati bahwa beberapa siswa termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika sedangkan beberapa siswa lagi tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika dan nilai fisika mereka berada di bawah standar ketuntasan minimal padahal menurut Sunardi (2009) belajar fisika itu sangat penting bagi siswa sebab hidup manusia dalam kesehariannya tidak dapat dilepaskan dari fisika. Siswa memiliki kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dapat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi lewat belajar mata pelajaran fisika.
Beberapa hal yang membuat siswa kurang atau tidak termotivasi untuk belajar mata pelajaran fisika adalah penilaian siswa yang kurang baik terhadap hubungan mereka dengan guru dimana menurut penuturan siswa bahwa saat kegiatan belajar - mengajar berlangsung interaksi antara siswa dan guru berjalan kaku, jarang bercanda, adanya anggapan para siswa bahwa guru hanya memperhatikan siswa yang pintar fisika saja dan kurang peduli terhadap kesulitan mereka dalam belajar, seperti terus menerangkan materi di depan kelas tanpa peduli siswa sudah mengerti atau belum. Selain itu, tidak adanya dukungan dari teman - teman untuk belajar fisika bersama menjadi salah satu penyebab kurangnya motivasi siswa untuk belajar mata pelajaran fisika.
(46)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hubungan sosial yang terbentuk antar siswa dan antara siswa dengan guru merupakan gambaran iklim kelas dan dari hasil survey serta wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa siswa SMA Negeri 1 Berastagi ditemukan bahwa persepsi siswa terhadap iklim kelas ini berhubungan dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika. Iklim kelas sendiri merupakan gabungan dari kondisi psikologis serta kondisi sosial yang terdapat dalam lingkungan kelas dan sangat berperan dalam menciptakan suatu lingkungan yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa. Iklim kelas bersifat spesifik karena di dalamnya terlibat proses persepsi individu terhadap lingkungan tersebut (Amar & Strugo, 2003). Persepsi sendiri dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi (Atkinson, 2000).
Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa SMA Negeri 1 Berastagi diketahui bahwa adanya perbedaan persepsi siswa terhadap hubungan yang terbentuk antara siswa dengan guru juga antara satu siswa dengan siswa lain. Beberapa siswa menilai bahwa guru kurang peduli terhadap kesulitan mereka dalam belajar, interaksi yang berjalan antara siswa dengan guru juga kaku dan cara guru yang tidak menarik dalam menerangkan materi. Namun, ada juga siswa yang merasa bahwa guru perhatian pada mereka, mau berdiskusi saat ada soal yang tidak dimengerti dan cara guru menerangkan materi pelajaran fisika juga sudah baik. Begitu juga dengan penilaian siswa terhadap dukungan siswa yang lain dalam belajar fisika. Beberapa siswa menilai bahwa dari teman-teman mereka
(47)
sendiri tidak ada dukungan dan keinginan untuk belajar mata pelajaran fisika bersama karena mereka juga tidak mengerti fisika. Namun, ada juga siswa yang merasa bahwa teman mereka mau membantu mengerjakan tugas saat ada soal fisika yang tidak dimengerti.
Adanya perbedaan persepsi siswa terhadap iklim kelas mereka sesuai dengan pernyataan Chen & Chang (2002) bahwa siswa yang berada pada kelas yang sama dapat memiliki persepsi yang berbeda terhadap suasana kelas mereka. Persepsi siswa yang positif terhadap lingkungan kelas, akan mendorong motivasi dan performa akademik yang lebih baik serta sikap yang lebih positif terhadap suatu pelajaran.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika pada siswa SMAN 1 Berastagi. Artinya, semakin positif persepsi terhadap iklim kelas maka motivasi siswa untuk belajar mata pelajaran fisika semakin tinggi, demikian sebaliknya semakin negatif persepsi terhadap iklim kelas maka semakin rendah motivasi siswa untuk belajar mata pelajaran fisika
(48)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk meneliti dan menjelaskan hubungan antara variabel (Hasan, 2002). Jadi, dalam penelitian ini, peneliti akan mencari hubungan antara persepsi terhadap iklim kelas dengan motivasi belajar mata pelajaran fisika.
Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian (Hadi, 2000).
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Untuk dapat menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu dilakukan identifikasi variabel-variabel yang ada dalam penelitian. Variabel-variabel tersebut adalah:
1. Variable Tergantung : Motivasi belajar mata pelajaran fisika 2. Variabel Bebas : Persepsi terhadap iklim kelas
B. Definisi Operasional
1. Motivasi belajar mata pelajaran fisika
Motivasi belajar mata pelajaran fisika adalah dorongan yang pada diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar mata pelajaran fisika, yang menjamin
(49)
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa pada mata pelajaran fisika dapat tercapai.
Motivasi belajar mata pelajaran fisika akan diukur dengan menggunakan skala motivasi belajar mata pelajaran fisika yang disusun peneliti berdasarkan aspek – aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Worell dan Stiwell (dalam Hadinata, 2006), yaitu tanggung jawab terhadap tugas, tekun dalam belajar, usaha dalam aktivitas belajar, umpan balik terhadap tugas yang dikerjakan, waktu dalam pelaksanaan tugas, dan tujuan yang realistik.
2. Persepsi terhadap iklim kelas
Persepsi terhadap iklim kelas adalah proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan oleh siswa baik positif maupun negatif terhadap situasi yang muncul dari interaksi sosial dalam kelas yang meliputi hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan antar peserta didik yang mempengaruhi proses belajar – mengajar.
Persepsi siswa terhadap iklim kelas akan diukur dengan menggunakan skala persepsi terhadap iklim kelas yang disusun peneliti berdasarkan aspek – aspek iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, McRobbie, dan Fisher (dalam Dorman, 2009), yaitu kekompakan siswa (student cohesiveness), dukungan guru (teacher support), keterlibatan siswa dalam pelajaran (involvement), kegiatan penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama siswa (cooperation), dan kesetaraan (equity).
(50)
C. Populasi, Sampel penelitian, dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Hadi (2000), yang dimaksud dengan populasi adalah semua individu untuk siapa kenyatan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenakan langsung dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Berastagi yang sedang mengikuti pelajaran fisika pada tahun ajaran 2009 / 2010. Peneliti mengambil sebagian dari siswa SMA Negeri 1 Berastagi sebagai sampel yang akan dikenakan langsung dalam penelitian. Sampel penelitian ini akan diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling, dimana semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian.
Peneliti mengambil sampel penelitian dari siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Berastagi yang sedang mengikuti mata pelajaran fisika pada tahun ajaran 2009 / 2010. Peneliti tidak mengikutkan siswa kelas XII karena pembatasan sampel penelitian dari pihak sekolah.
Pengambilan sampel penelitian akan dilakukan dengan cara randomisasi dari tabel bilangan random sebab menurut Hadi (2000) melalui cara randomisasi ini kemungkinan kesalahan dalam pengambilan sampel penelitian dapat dihindarkan sejauh - jauhnya dan prosedurnya juga sederhana. Tabel bilangan random sendiri pada umumnya terdapat pada buku - buku statistik. Bilangan – bilangan dalam tabel random tersebut ditetapkan secara random sehingga subjek-subjek yang dipilih dengan bilangan - bilangan itu sudah
(51)
terhitung sebagai subjek random. Peneliti membuat langkah - langkah penggunaan tabel randomisasi sesuai dengan Hadi (2000) sebagai berikut: 1. Membuat daftar subjek penelitian
2. Memberi nomor urut pada tiap - tiap subjek
3. Mengambil pensil dan menjatuhkan ujungnya pada tabel bilangan random itu di sembarang tempat lalu mencatat dua angka yang terdekat dengan jatuhnya ujungnya pensil. Dua angka ini merupakan bilangan petunjuk baris. 4. Kembali mengulangi langkah pada point 3 untuk memperoleh dua angka lagi
yang akan menjadi bilangan petunjuk lajur.
5. Menandai dan mengambil angka pada persilangan baris dan lajur yang telah diperoleh lalu menambahi dengan satu angka di belakangnya untuk memperoleh dua angka yang mengidentifikasikan anggota sampel yang pertama.
6. Selanjutnya untuk mengambil anggota sampel yang kedua, ketiga, dan seterusnya maka peneliti akan mengambil bilangan - bilangan di atas dan atau di bawah bilangan anggota sampel yang pertama. Pengambilan itu terus dilakukan sampai jumlah anggota sampel yang diperlukan, yaitu sebanyak 80 orang terpenuhi.
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode skala. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan
(52)
suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau aspek psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 1999).
Dalam penelitian ini akan digunakan dua skala yaitu skala motivasi belajar mata pelajaran fisika dan skala persepsi terhadap iklim kelas.
1. Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Skala motivasi belajar mata pelajaran fisika disusun oleh peneliti berdasarkan aspek – aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Worell dan Stiwell (dalam Hadinata, 2006), yaitu tanggung jawab terhadap tugas, tekun dalam belajar, usaha dalam aktivitas belajar, umpan balik terhadap tugas yang dikerjakan, waktu dalam pelaksanaan tugas, dan tujuan yang realistik.
Skala ini berupa skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pada pernyataan yang favorable, diberikan nilai 4 pada jawaban Sangat Setuju (SS), nilai 3 pada jawaban Setuju (S), nilai 2 pada jawaban Tidak Setuju (TS), dan nilai 1 pada jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Dan sebaliknya pada pernyataan yang unfavorable, diberikan nilai 1 pada jawaban Sangat Setuju (SS), nilai 2 pada jawaban Setuju (S), nilai 3 pada jawaban Tidak Setuju (TS), dan nilai 4 pada jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Semakin tinggi skor individu dalam skala ini, semakin tinggi pula motivasi belajar mata pelajaran fisika siswa, dan sebaliknya.
Blueprint skala motivasi belajar mata pelajaran fisika akan disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen atribut yang diukur, dan proporsi item dalam masing-masing komponen.
(53)
Blueprint skala motivasi belajar mata pelajaran fisika sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi Aitem Skala Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika Sebelum Uji Coba
Nomor aitem N
o
Dimensi Indikator perilaku
Fav Unfav Total Bobot (%) 1 Tanggung jawab terhadap tugas Adanya rasa bertanggung jawab terhadap tugas yang
dikerjakan
1,5 2,3,4,6 6 11,11%
Tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
7,9,10 8,11,12 6
2 Tekun . Berkonsentrasi terhadap tugas 13,16,17 ,18 14,15 6 22,22% Memiliki sejumlah usaha, kerja keras
dalam belajar
21,22,23 19,20,24 6 3 Usaha dalam
aktivitas belajar Memiliki waktu untuk belajar 25,29 26,27,28 ,30 6 22,22%
4 Umpan balik terhadap
tugas yang dikerjakan
Menyukai umpan balik atas pekerjaan
yang dilakukan
31,33,36 32,34,35 6 11,11%
5 Waktu dalam pengerjaan tugas
Berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam
waktu yang cepat dan efisien
37,38,40 39,41,42 6 11,11%
Mampu menetapkan tujuan yang realistik
43,45 44,46,47 ,48
6 6 Tujuan yang
realistik
Mampu berkonsentrasi terhadap setiap langkah yang dituju
49,50,53 ,54
51,52 6 22,22%
(54)
Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma pada tabel berikut:
Tabel 2. Kategorisasi Norma Skor Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fisika
Rentang nilai Kategori
x < µ - 1.0 SD Rendah
µ – 1.0 SD ≤ x < µ + 1.0SD Sedang
µ + 1.0 SD ≤ x Tinggi
2. Skala Persepsi terhadap Iklim Kelas
Dalam penelitian ini akan digunakan skala persepsi terhadap iklim kelas yang diisi oleh siswa. Skala persepsi terhadap iklim kelas yang akan digunakan peneliti disusun berdasarkan aspek – aspek iklim kelas yang dikemukakan oleh Fraser, McRobbie, dan Fisher (dalam Dorman, 2009), yaitu kekompakan siswa (student cohesiveness), dukungan guru (teacher support), keterlibatan siswa dalam pelajaran (involvement), kegiatan penyelidikan (investigation), arahan tugas dari guru (task orientation), kerjasama siswa (cooperation), dan kesetaraan (equity).
Aspek kekompakan siswa (student cohesiveness) mengukur sejauh mana siswa saling mengenal satu sama lain, membantu dan mendukung satu sama lain. Aspek dukungan guru (teacher support) mengukur sejauh mana guru membantu siswa, mampu bersahabat dengan siswa, memberikan perhatian dan percaya pada siswa. Aspek keterlibatan siswa dalam pelajaran (involvement) mengukur sejauh mana siswa menaruh perhatian dan tertarik pada kegiatan belajar, berpartisipasi dalam diskusi, mampu mengerjakan tugas tambahan, dan merasa nyaman dalam
(55)
kelas. Aspek kegiatan penyelidikan (investigation) mengukur sejauh mana siswa mampu melakukan proses penyelidikan (investigasi) dalam menyelesaikan masalah Aspek orientasi tugas (task orientation) mengukur sejauh mana siswa mampu menyelesaikan suatu tugas dan mampu untuk tetap fokus pada pelajaran. Aspek kerjasama siswa (cooperation) mengukur sejauh mana siswa lebih memilih untuk saling bekerja sama daripada berkompetisi dalam belajar. Aspek kesetaraan (equity) mengukur sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru.
Skala ini berupa skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada pernyataan yang favorable, diberikan nilai 4 pada jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 3 pada jawaban Sesuai (S), nilai 2 pada jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 pada jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Dan sebaliknya pada pernyataan yang unfavorable, diberikan nilai 1 pada jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 2 pada jawaban Sesuai (S), nilai 3 pada jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 pada jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Semakin tinggi nilai skala, maka semakin positif persepsi siswa terhadap iklim kelas. Demikian pula sebaliknya, jika semakin rendah nilai skala, maka semakin negatif persepsi siswa terhadap iklim kelas.
Blueprint skala persepsi terhadap iklim kelas akan disajikan dalam bentuk tabel yang memuat uraian komponen-komponen atribut yang diukur, proporsi item dalam masing-masing komponen.
Blueprint skala persepsi terhadap iklim kelas sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut:
(56)
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Persepsi Terhadap Iklim Kelas Sebelum Uji Coba Nomor Aitem N o . Dimensi Indikator
Perilaku Fav Un Fav
Total Bobot (%) Sejauh mana siswa saling mengenal satu sama lain
1,5,33 52,55 5
Sejauh mana siswa saling membantu satu
sama lain
53,57 2,6,34 5 1
.
Kekompakan siswa (student cohesiveness)
Sejauh mana siswa saling mendukung satu
sama lain
3,56 7,35,54 5
18,07%
Sejauh mana guru mau membantu
siswa
4,62,65 8,36 5
Sejauh mana guru mampu bersahabat dengan siswa
12,58,61 9,37 5
Sejauh mana guru memberikan perhatian kepada siswa 13,38,60 ,70 10 5 2 . Dukungan guru (teacher support)
Sejauh mana guru percaya pada siswa
11,59,67 14,39 5
24,10% Sejauh mana siswa menaruh perhatian dan tertarik pada kegiatan belajar
40,63 15,20,71 5
3 .
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran (involvement)
Sejauh mana siswa berpartisipasi dalam diskusi
16,69 18,41,64 5
(57)
Sejauh mana siswa mau dan
mampu mengerjakan tugas tambahan 19,42,66 ,68 21 5 Sejauh mana siswa merasa nyaman dalam kelas
43,72 17,22,82 5
4
. Kegiatan penyelidikan (investigation)
Sejauh mana siswa mampu melakukan proses penyelidikan (investigasi) dalam menyelesaikan masalah 23,44,45 ,78
24,74 6 7,23%
Sejauh mana siswa mampu menyelesaikan
suatu tugas
25,75,77 27,46 5
5 .
Orientasi tugas (task orientation) Sejauh mana siswa mampu untuk tetap fokus pada pelajaran
28,73,76 26,47 5
12,05%
6
. Kerjasama siswa (cooperation)
Sejauh mana siswa lebih memilih untuk saling bekerja sama daripada berkompetisi dalam belajar 79,81 29,30,48 ,50 6 7,23% 7
. Kesetaraan (equity) Sejauh mana siswa diperlakukan sama oleh guru
31,49,51 32,80,83 6 7,23%
(58)
Dari skor yang diperoleh, maka dilakukan kategorisasi nilai berdasarkan norma pada tabel berikut:
Tabel 4. Kategorisasi Norma Skor Persepsi Terhadap Iklim Kelas Rentang nilai Kategorisasi x ≥ µ + 0.25 SD Positif x < µ + 0.25 SD Negatif
E. Uji Reliabilitas dan Validitas
Menurut Suryabrata (2003), reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan suatu alat ukur dapat dipercaya. Sebelum dilakukan uji reliabilitas terlebih dahulu dilakukan uji daya beda aitem. Daya beda suatu alat ukur dalam penelitian sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Daya beda suatu aitem diketahui lewat koefisien korelasi aitem total (rix). Kriteria pemilihan aitem
berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.275.
Setelah melalui uji daya beda aitem, peneliti melakukan pengujian reliabilitas. Uji reliabilitas alat ukur atau skala ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, dimana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek (Azwar, 1999). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha cronbach dengan bantuan SPSS versi 14.0 for windows.
Selain melakukan uji reliabilitas, peneliti juga melakukan uji validitas. Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsinya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan penilaian mengenai kelayakan suatu aitem atau skala oleh orang-orang yang dianggap
(1)
I.
No Pernyataan Pilihan Jawaban
1 Saya akan membantu siswa lain yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan tugas fisika
SS S TS STS
2 Bila teman saya malas belajar fisika, saya akan memotivasi dia untuk lebih giat belajar
SS S TS STS
3 Saya tidak tahu siswa yang suka pelajaran fisika di kelas ini SS S TS STS 4 Saat saya mengalami kesulitan dengan pelajaran fisika, guru akan
membantu tanpa diminta
SS S TS STS
5 Guru fisika yang mengajar di kelas saya mau bercanda dengan siswa
SS S TS STS
6 Guru fisika yang mengajar di kelas saya akan menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan siswa
SS S TS STS
7 Guru fisika saya adalah sosok guru yang tidak menyenangkan SS S TS STS 8 Meskipun ada siswa yang ribut saat kegiatan belajar berlangsung,
guru fisika tidak akan memperdulikannya
SS S TS STS
9 Walau guru fisika sudah memasuki kelas, siswa tetap asyik dengan kegiatan masing-masing
SS S TS STS
10 Saya lebih suka bercanda dengan teman daripada mengikuti diskusi pelajaran fisika di kelas
SS S TS STS
11 Walaupun pelajaran fisika akan dimulai, tidak ada siswa yang mau menghapus papan tulis tanpa diminta terlebih dahulu
SS S TS STS
12 Saat pelajaran fisika berlangsung, kelas saya menjadi tempat yang membosankan
SS S TS STS
13 Sebagian besar siswa di kelas saya akan memperhatikan penjelasan guru fisika di depan kelas
SS S TS STS
14 Saat diskusi pelajaran fisika berlangsung, saya aktif dalam mengemukakan ide-ide yang saya miliki
SS S TS STS
15 Saat ulangan fisika telah selesai, saya akan membantu guru mengumpulkan kertas ujian teman-teman
SS S TS STS
16 Saya belajar fisika di kelas ini dengan hati yang tentram SS S TS STS 17 Untuk mengatasi ketidakpahaman saya akan materi pelajaran
fisika, saya akan mengajukan pertanyaan pada guru
SS S TS STS
(2)
untuk menganalisanya
19 Tanpa bantuan dari teman, saya mampu menyelesaikan tugas fisika dengan nilai yang bagus
SS S TS STS
20 Saat saya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas fisika, saya akan berhenti mengerjakannya
SS S TS STS
21 Walaupun mendekati akhir jam pelajaran fisika, siswa-siswa di kelas saya tetap tenang mengikuti penjelasan guru
SS S TS STS
22 Meskipun guru fisika sedang menerangkan di depan kelas, sebagian besar siswa di kelas saya tidak mendengarkannya
SS S TS STS
23 Guru fisika di kelas saya mau bercerita pada siswa saat dia ada masalah
SS S TS STS
24 Saat diskusi pelajaran fisika berlangsung, saya akan memberikan kesempatan bagi teman-teman sekelompok untuk berargumen
SS S TS STS
25 Guru fisika yang mengajar di kelas saya lebih memperhatikan siswa yang pintar saja
SS S TS STS
26 Saat pelajaran fisika, saya memiliki kesempatan yang sama dengan siswa lainnya dalam menyampaikan pendapat di kelas
SS S TS STS
27 Guru fisika akan menyerahkan tanggung jawab kepada siswa untuk menjaga kondisi ruangan tetap bersih saat dia memasuki kelas
SS S TS STS
28 Siswa yang pintar fisika di kelas saya tidak mau membantu siswa yang kesulitan dalam belajar
SS S TS STS
29 Bila saya mendapat nilai fisika yang kurang memuaskan, teman-teman akan memberikan semangat buat saya
SS S TS STS
30 Membantu teman yang kesulitan dalam memahami pelajaran fisika hanya akan merepotkan saya saja
SS S TS STS
31 Guru fisika yang mengajar di kelas saya, tidak pernah mengeluh dalam membantu siswa memahami materi pelajaran
SS S TS STS
32 Saya merasa nyaman bercerita tentang apapun dengan guru fisika saya
SS S TS STS
33 Saya terpaksa mendengarkan penjelasan guru fisika di kelas SS S TS STS 34 Setiap akhir pelajaran fisika, guru akan menanyakan apakah siswa
sudah memahami materi dengan baik
SS S TS STS
35 Saat pelajaran fisika dimulai, masih ada siswa yang terus bercerita dengan teman sebangkunya
SS S TS STS
(3)
miliki pada saat diskusi pelajaran fisika berlangsung
37 Jika bisa memilih, saya ingin keluar dari kelas daripada mengikuti pelajaran fisika
SS S TS STS
38 Guru fisika di kelas saya sabar membantu siswa dalam belajar SS S TS STS 39 Saat ada barang yang ketinggalan, guru fisika akan
mempercayakan siswa untuk menyimpannya
SS S TS STS
40 Guru fisika saya peduli dengan kesulitan yang saya hadapi dalam belajar.
SS S TS STS
41 Mendiskusikan pelajaran fisika dengan teman hanya menghabiskan waktu saya saja
SS S TS STS
42 Saya dengan sukarela membantu guru fisika mengangkat buku tugas siswa ke ruangan guru
SS S TS STS
43 Saya senang dengan suasana belajar fisika di kelas yang sekarang SS S TS STS 44 Dalam pelajaran fisika, saya berusaha untuk menguji ketepatan ide
- ide yang saya miliki dengan mencari sumber bacaan lain
SS S TS STS
45 Selama guru fisika menerangkan materi pelajaran, saya akan mendengarkannya dengan sungguh-sungguh
SS S TS STS
46 Dalam pelajaran fisika, saya aktif mencari data- data yang mendukung ide saya
SS S TS STS
47 Guru fisika yang mengajar di kelas saya memberikan perhatian yang sama untuk semua siswanya
SS S TS STS
48 Saat kegiatan belajar fisika berlangsung di kelas, sebagian besar siswa aktif bertanya tentang materi pelajaran
SS S TS STS
49 Guru fisika yang mengajar di kelas saya mampu menjadi teman buat saya
SS S TS STS
50 Guru fisika yang mengajar di kelas saya bersikap adil dalam memberikan nilai
SS S TS STS
51 Saat pelajaran fisika berlangsung di kelas, interaksi antara siswa dan guru berjalan kaku
SS S TS STS
52 Guru fisika yang mengajar di kelas saya selalu memberikan motivasi belajar pada siswa
SS S TS STS
53 Saya lebih suka belajar fisika di kelas lain daripada di kelas ini SS S TS STS 54 Saya menikmati kegiatan belajar fisika yang berlangsung di kelas SS S TS STS 55 Guru fisika di kelas saya hanya mendiskusikan materi pelajaran
dengan siswa-siswa tertentu saja
(4)
II.
No Pernyataan Pilihan Jawaban
1 Saya tidak peduli dengan tugas fisika yang diberikan guru SS S TS STS 2 Sesulit apapun tugas fisika yang diberikan, saya akan
menyelesaikannya sebaik mungkin
SS S TS STS
3 Saya tidak akan memperdulikan ajakan teman untuk bercerita, selama saya masih mengerjakan tugas fisika
SS S TS STS
4 Saya fokus mengerjakan tugas fisika hanya pada saat awal pengerjaan saja
SS S TS STS
5 Tidak ada kata menyerah bagi saya dalam menyelesaikan tugas fisika
SS S TS STS
6 Semakin sulit tugas fisika yang saya kerjakan, semakin saya malas untuk menyelesaikannya
SS S TS STS
7 Ketika saya tidak mengerti materi fisika yang diajarkan, saya akan menanyakannya pada guru
SS S TS STS
8 Sebelum guru menerangkan pelajaran fisika di kelas, saya terlebih dahulu membacanya di rumah
SS S TS STS
9 Saya akan berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru agar dapat memahami pelajaran fisika dengan baik
SS S TS STS
10 Walau tidak mendapatkan nilai fisika yang bagus, tapi saya tetap berusaha mempelajarinya
SS S TS STS
11 Saya tidak punya waktu khusus untuk belajar fisika di rumah SS S TS STS 12 Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain daripada
belajar fisika
SS S TS STS
13 Terlambat dalam menyelesaikan tugas fisika bukan merupakan masalah bagi saya
SS S TS STS
14 Saya berusaha menyelesaikan tugas fisika sebaik mungkin dalam waktu yang singkat
SS S TS STS
15 Agar memperoleh nilai fisika yang bagus, saya akan terus memanfaatkan waktu luang untuk belajar fisika
SS S TS STS
16 Saya tidak melaksanakan jadwal belajar fisika yang saya buat meskipun itu membantu saya untuk dapat memahami pelajaran fisika lebih baik
SS S TS STS
(5)
18 Saya membuat target nilai fisika yang tinggi walaupun saya malas belajar
SS S TS STS
19 Saat ada tugas fisika, saya akan melihat pekerjaan teman dan tidak mengerjakannya sendiri
SS S TS STS
20 Bagi saya, tidak menyelesaikan tugas fisika adalah hal yang biasa SS S TS STS 21 Walaupun tugas fisika itu sulit tapi saya tidak akan menyerah untuk
menyelesaikannya
SS S TS STS
22 Saya merasa sebesar apapun usaha saya dalam mengerjakan tugas fisika, saya tidak akan mampu menyelesaikannya dengan baik
SS S TS STS
23 Bagi saya fisika adalah pelajaran yang sulit sehingga saya malas untuk mempelajarinya
SS S TS STS
24 Walau tidak ada tugas, saya tetap berlatih mengerjakan soal-soal fisika
SS S TS STS
25 Saya belajar fisika hanya di sekolah saja SS S TS STS 26 Saya akan menyediakan waktu untuk mengulang pelajaran Fisika
di rumah
SS S TS STS
27 Jika bisa memilih, saya lebih suka melakukan aktivitas lain yang menyenangkan daripada menyelesaikan tugas fisika
SS S TS STS
28 Seberapa pun menariknya acara TV, tidak akan membuat saya terganggu dalam mengerjakan tugas fisika
SS S TS STS
29 Ketika saya mendapat nilai ulangan fisika yang kurang memuaskan, saya akan belajar lebih giat lagi untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian berikutnya
SS S TS STS
30 Bila tugas fisika saya dinilai jelek oleh guru, saya menjadi malas untuk memperbaikinya
SS S TS STS
31 Bagi saya, rutin belajar fisika hanya menghabiskan waktu saja SS S TS STS 32 Terus berlatih mengerjakan soal fisika merupakan hal yang
menyenangkan bagi saya
SS S TS STS
33 Saya langsung mengerjakan tugas fisika yang belum selesai, setelah pulang dari sekolah
SS S TS STS
34 Bila diberi waktu seminggu untuk mengerjakan tugas fisika, saya baru akan menyelesaikannya pada hari terakhir pengumpulan tugas
SS S TS STS
35 Saya membuat target nilai fisika yang harus dicapai pada akhir semester
SS S TS STS
(6)
hanya menjadi beban saja
37 Saya merasa tidak harus menyelesaikan semua tugas fisika yang diberikan guru bila saya tidak memahaminya
SS S TS STS
38 Saya tidak putus asa walau membutuhkan waktu berjam - jam untuk menyelesaikan tugas fisika yang diberikan guru
SS S TS STS
39 Ketika saya memiliki tugas fisika, saya akan mengerjakannya terlebih dahulu sebelum bermain
SS S TS STS
40 Saya akan berhenti mengerjakan tugas fisika saat kesulitan dalam menyelesaikannya
SS S TS STS
41 Saya tidak akan mendiskusikan pelajaran fisika bersama teman – teman
SS S TS STS
42 Walau tidak ada tugas, saya akan belajar fisika minimal dua kali dalam seminggu
SS S TS STS
43 Saya tidak akan mencari sumber bacaan lain untuk mengatasi ketidaktahuan saya pada suatu materi fisika
SS S TS STS
44 Saya menerima masukan dari guru dan teman - teman agar dapat menyelesaikan tugas fisika dengan lebih baik
SS S TS STS
45 Saya tidak akan melakukan aktivitas lain sebelum tugas fisika saya selesai
SS S TS STS
46 Setiap pulang sekolah, saya akan mengulang pelajaran fisika di rumah
SS S TS STS
47 Walaupun teman-teman mengajak jalan, saya akan tetap fokus menyelesaikan tugas fisika
SS S TS STS
48 Tanpa belajar, saya yakin nilai fisika saya akan bagus SS S TS STS